-19-

1.3K 149 7
                                    

Happy reading

***

Bintang menunjukkan sisi barunya, dia bukan lagi Bintang yang manja, cengeng dan juga keras kepala. Bintang belajar untuk tidak bergantung kepada siapa-siapa. Semua orang terkejut dan bertanya-tanya.

“Pa, Bintang mau jalan-jalan.”

Aksa mendengar itu, dia mengerling kepada Bintang yang tidak memperhatikannya.

“Tumben ajak Papa," kata Pak Wiryo heran.

“Abang Aksa sibuk, Pa.”

Aksa risi, terusik. Jelas-jelas saat ini dia tengah bersantai sembari menonton TV.

“Dia nggak lagi sibuk, kok.” Pak Wiryo berkata setelah mengamati Aksa.

Bintang menggeleng pelan. “Abang sibuk, Pa….”

Pak Wiryo menyadari ada yang janggal. Sejak kemarin Bintang tidak pernah menanyakan Aksa, dia mulai bermain di kamar sendirian, dia juga tidak lagi menunggu kepulangan Aksa dari sekolah.

“Emang kamu mau kemana?”

“Bintang mau ke panti, Bintang rindu teman.”

“Panti?” tanya Pak Wiryo ragu.

“Iya, Bintang mau jalan-jalan ke sana.”

“Iya, boleh.”

“Kok boleh, Pa?” Aksa menyahut cepat, dia sudah siap untuk protes.

“Emang kenapa, Aksa? Bintang udah lama nggak ke sana.”

“Bintang.” Aksa beralih, dia mendekat. “Kamu kenapa mau ke panti?”

“Bintang rindu teman.”

“Kamu ngehindar?”

Bintang menggeleng.

“Kalian berdua kenapa, sih? Berantem? Emang masih zaman?” Pak Wiryo terkikik geli.

“Ayo, Pa.” Bintang menyeret lengan sang papa, dia tidak mau melihat Aksa dalam waktu yang lama. Hati dan pikirannya tidak sanggup.

Bintang dan Pak Wiryo berangkat menaiki mobil. Aksa melongo saking herannya akan perubahan Bintang yang drastis. Seandainya Aksa tahu kalau dampaknya sebesar ini, dia tidak akan pernah mengambil risiko.

Hari-hari berikutnya tetap sama. Bintang dan Aksa tidak seakrab dulu. Setelah sarapan, Bintang akan masuk ke kamarnya, meninggalkan Aksa begitu saja. Alhasil, Aksa tersakiti secara perlahan.

“Bintang sayang Abang.” Bintang menangis seorang diri, dia meringkuk di sudut ruangan. Walaupun Bintang penyandang tunagrahita, tetapi Bintang manusia. Hatinya bisa sakit juga.

Keduanya sama-sama merasakan sakit. Sakit yang begitu menyayat hati.

***

Aksa putus asa.

Bintang masih mengabaikannya, enggan untuk menyapa. Ketika Aksa berbicara, Bintang hanya mengangguk saja, tidak menimpali dengan ocehan panjangnya. Bintang tidak seceria dulu, dia lebih banyak terdiam.

Sore ini, Bintang dan Pak Wiryo ke panti lagi atas permintaan Bintang. Di sana dia bertemu dengan teman lama. Semua teman Bintang normal, tidak seperti dirinya. Walaupun begitu, mereka tidak mengucilkan Bintang atau mengejeknya, mereka malahan mengajak bermain. Berlari di taman.

“Bintang, kamu nginap disini, ya?” Salah satu temannya memohon, namanya Tiara. Cewek bertubuh tinggi dengan kulit yang putih.

“Tidur sini?”

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang