-24-

1.3K 123 2
                                    

Happy reading

***

Aksa mematung. Romy menganga tanpa kata. Mereka berdua memperhatikan makhluk mungil dalam balutan seragam, tampak manis dan juga sangat imut.

Kedua orang tua Aksa memutuskan agar Bintang bersekolah, agar perkembangannya semakin meningkat. Dengan bersekolah, Bintang juga bisa untuk mengenali lingkungan sekitarnya, walaupun itu sangat sulit. Bintang tidak suka berinteraksi dengan orang lain, dia beranggapan bahwa orang lain bisa menyakitinya.

“Bintang sekolah?” tanya Bintang lugu.

Romy mendekat, dia cukup terharu. Bintang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri, kenangan di dalam otaknya masih tergambar jelas. Saat Bintang belajar untuk berbicara, berjalan, melakukan aktifitas yang ringan. Hati Romy menghangat.

“Kamu cantik kalau pakai seragam, Bintang.” Romy menatap lekat.

“Cantik?”

“Iya.”

“Bintang mau sekolah?” Bintang bertanya lagi.

“Kamu harus sekolah, biar kamu pintar.”

Bintang berjalan ke sisi Aksa, cemas terpatri di wajahnya. “Abang, Bintang sekolah?”

Aksa belum sepenuhnya sadar, matanya memancarkan kilauan. Dia tidak pernah menyangka bahwa Bintang bisa seimut itu.

“Abang….”

“Hm?”

“Bintang sekolah? Bintang takut….”

Aksa tersenyum tipis, menggenggam tangan mungil itu. “Kenapa takut? Nggak ada yang bisa gangguin kamu, nanti aku awasin terus.”

“Bintang takut hilang….”

“Nggak akan, Bintang. Kamu nggak akan hilang kalau kamu patuhin perintahnya guru. Mama sama papa juga jagain kamu.”

“Aku juga ada, Bintang.” Romy menyahut. “Kalau bisa, aku akan tungguin kamu sampai selesai. Aku nggak akan kemana-mana. Jadi nggak usah takut, ya?”

Bintang tetap ragu. Orang lain baginya sudah seperti penjahat. Ketika masih di panti, Bintang pernah dilempari pasir oleh orang yang berkunjung ke sana. Seorang anak perempuan yang berusia tujuh tahun, dia juga meledek Bintang dan mengatakan hal yang buruk.

Bintang juga sering diejek gila, menertawainya dengan kencang. Mengingat itu semua, Bintang jadi sedih. Dia tidak tahu salahnya apa, dia tidak pernah mengganggu siapa pun. Bintang hanya ingin hidup tenang.

“Ayo berangkat.”

Di luar sana Pak Wiryo sudah siap mengantar Bintang ke sekolah. Romy yang menemani Bintang karena Aksa akan pergi ke sekolah, hari ini adalah hari terakhir ujian. Setelahnya dia bisa puas mengantar Bintang ke sekolah.

Sekolah Luar Biasa itu tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu beberapa menit. Bintang di tempatkan di kelas satu, memulainya dari dasar walaupun Bintang sudah terlatih untuk membaca dan menghitung. Tujuan utama Bintang bersekolah agar dia bisa terbuka dengan orang lain.

“Kamu siap, kan?” Romy bertanya pelan.

“Bintang takut….”

“Ada aku di sini.”

“Mereka baik?”

Romy mengelus bahu Bintang, memberikan semangat kepadanya. “Teman-teman yang ada di sini semua baik, mereka semua mau jadi teman kamu. Mereka suka punya teman baru. Kamu harus terbuka sama mereka, ya? Jangan takut. Nanti mereka juga takut.”

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang