-04-

1.8K 178 3
                                    

Happy reading

***

Bintang dan Aksa terkadang bisa akur dan terkadang bisa berdebat juga. Bintang yang dari dulu tidak mau mengalah dan sangat keras kepala kadang menciptakan kekesalan tersendiri bagi Aksa. Aksa pernah menginap di rumah temannya, Rendy. Awalnya Aksa pikir semuanya akan berjalan lancar. Tetapi kenyataannya tidak begitu. Bintang menangis sepanjang malam. Alhasil, Aksa harus kembali ke rumah.

Bintang terlalu proktektif, takut jika ada yang mengambil Aksa. Baginya, Aksa adalah pelindung dan juga malaikat. Sejak pindah dari panti asuhan, Aksa yang selalu mengajarkan banyak hal kepadanya. Aksa melakukan itu karena merasa kasihan, Bintang tidak punya siapa-siapa.

Namun semakin kesini Bintang menjadi menyebalkan. Aksa selalu menarik urat kalau Bintang terus menempel padanya. Aksa risi. Apalagi Bintang sudah menjelma menjadi seorang cewek yang cukup manis.

“Abang buat apa?” Bintang muncul dari balik kamar Aksa, melangkah ke tepi kasur sembari menatap sang kakak.

“Lagi belajar, kamu ke luar, gih!”

“Bintang mau lihat.”

Aksa melirik tajam. Bintang tersenyum kepadanya.

“Kamu ngapain ke sini? Bobo sana!”

“Sudah.”

“Nggak, pokoknya kamu tidur!” Aksa menunjuk pintu kamar, mengisyaratkan Bintang untuk ke luar.

Bintang menggeleng kencang. Dia sama sekali tidak mengantuk. Pagi-pagi tadi dia banyak tidur dan baru terbangun setelah Aksa pulang sekolah. Bintang di rumah tidak mempunyai pekerjaan yang menetap. Terlebih lagi dia tidak sekolah.

Bu Mala dan Pak Wiryo juga tidak bisa membiarkan Bintang melakukan pekerjaan tanpa pengawasan. Mereka takut jika Bintang melukai dirinya sendiri, padahal Bintang cukup tahu hal-hal kecil. Bintang merekam semua kejadian di dalam otaknya.

“Abang kerja? Lama?”

“Iya.” Aksa tidak menoleh sama sekali.

“Lama kapan?”

“Lama banget! Nggak usah ditungguin!”

“Bintang mau cerita.”

Aksa menarik napas panjang. Biasanya kalau Bintang bercerita itu sangat panjang, sangat mendetail. Aksa tidak bisa menjadi pendengar yang setia, ada banyak tumpukan tugas yang harus diselesaikannya sekarang. Tidak bisa ditunda-tunda.

“Nanti aja ceritanya. Aku lagi ngerjain tugas.”

Bintang duduk di samping Aksa, melirik tulisan cowok itu. “Itu apa?”

“Ini tugas.”

“Banyak?”

“Kan udah bilang dari tadi, Bintang….”

“Bintang mau bantu.”

Aksa tersenyum meremehkan. Dia saja yang normal tidak mampu untuk mengerjakan tugas itu. Bagaimana dengan Bintang?

“Kalau mau bantu, mending kamu tidur aja.”

Alis Bintang berkerut. Dia menghubungkan kalimat Aksa dengan apa yang terjadi sekarang. Selama beberapa menit dia terdiam, Bintang berusaha sangat keras.

“Kenapa?” tanya Aksa.

“Hm… Bintang mau bantu. Tidur nggak bantu. Bintang tidur, nggak bisa bantu. Bintang mau bantu kerja tugas, bukan Bintang tidur.”

Diam-diam Aksa tersenyum tipis. Bintang tampak menggemaskan dengan kata-kata rumitnya itu. Alisnya saling bertautan dengan bibir yang sedikit mengerucut.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang