-08-

1.6K 163 0
                                    

Happy reading

***

Karena kejadian hilang kemarin, kadar kemanjaan Bintang menjadi bertambah. Dia tidak mau melakukan sesuatu tanpa Aksa di sisinya. Dia akan merengek jika Bu Mala dan Pak Wiryo mendekatinya. Pokoknya, semua hal harus serba Aksa.

“Abang?” Bintang masuk ke dalam kamar Aksa, naik ke tempat tidur lalu memperhatikan lekat. “Abang?”

Ini masih sangat pagi. Di luar sana bintang masih tampak jelas. Aksa tidur sangat nyenyak, selimut menutupi tubuhnya sampai bagian leher. Cuaca hari itu juga agak dingin.

Bintang terbangun karena dia merasa rindu. Setiap saat dia ingin bertemu dengan Aksa, melihat wajah tampan itu seorang diri. Bintang tahu kalau kelakuannya ini pasti membuat Aksa marah, tetapi Bintang tidak bisa mengelak perasaannya.

“Abang?” Bintang menyentuh pipi Aksa, dia tersenyum kecil ketika Aksa bergerak gelisah.

Perlahan Bintang naik ke atas tubuh Aksa, memeluknya dengan erat. Sifat Bintang sama sekali tidak berkurang sejak dulu, sifat anak-anaknya masih melekat. Dia tidak peduli pada perkataan Aksa yang berbicara tentang batasan. Bintang juga tidak mengerti akan hal itu.

“Abang?”

“Hm?” Aksa mengerjap. Tubuhnya terasa berat.

“Bangun….”

Mata Aksa terbuka sempurna, dia bisa melihat Bintang dalam jarak yang sangat dekat. Aksa menelan ludah gugup, posisi mereka sangat ambigu.

“Turun, Bintang. Kamu berat.”

“Bintang berat?”

Aksa mengangguk. Bintang menggeleng.

Sepertinya Aksa harus mempertebal kesabarannya. Pasti Bintang tidak akan menurut begitu saja sampai rasa puasnya terpenuhi. Jadi, yang bisa Aksa lakukan saat ini adalah menahan semua penyiksaan yang Bintang berikan.

Kemarin saja Bintang tidak pernah membiarkan Aksa pergi, bahkan untuk ke toilet. Bintang selalu mengekor. Aksa pusing sekali menghadapi Bintang yang sekarang, cewek itu selalu berkata takut jika ditinggal sebentar saja. Semua itu ada pengaruhnya saat Bintang hilang. Aksa juga tidak tega untuk memarahi, dia masih trauma.

“Abang….”

“Iya?”

“Rendy baik?”

Tumben sekali Bintang bertanya tentang orang lain. Biasanya dia tidak mau tahu urusan siapa pun.

“Dia baik, kok.”

“Bintang tahu….”

“Kalau tahu kenapa masih nanya?”

“Rendy baik, bisa jadi teman Abang.”

Rupanya Bintang mulai membatasi pergaulan Aksa. Memilih mana orang yang baik untuk berada di sisi Aksa.

“Abang….” Bintang menyahut lagi, wajahnya semakin mendekat. “Abang marah?”

“Marah kenapa?”

“Bintang berat?”

Aksa bergumam. Sejujurnya Bintang tidak terlalu berat bagi Aksa, hanya saja Bintang membuatnya kehilangan napas lebih banyak. Aksa tidak bisa berbohong kalau sekarang ini ada yang mengganggu dibagian bawah perutnya. Terkhususnya saat Bintang bergerak tanpa tahu kondisi.

“Abang….”

“Kenapa manggil terus, sih?” Lama-lama Aksa muak juga. Acara tidurnya harus terganggu lagi karena Bintang, entah kapan hal itu akan berakhir. Ketenangannya sudah hilang.

Little Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang