17. Kejuaraan Pertama

41 8 0
                                    

Aruna dan lelaki dari Atletik Squad itu telah sampai di rumah Mak Ijah, Aruna mengetuk pintu pelan.

"Assalamu'alaikum, Mak ... ini Runa," panggilnya.

Tak lama kemudian sebuah langkah kaki terdengar.

"Wa'alaikumussalam, ya sebentar Run," jawab Mak Ijah.

Pintu terbuka lebar sering terlihatnya seorang wanita. Aruna mencium tangan Mak Ijah.

"Ini siapa Run?" tanya Mak Ijah setelah menyadari bahwa Puterinya tak sendiri.

"Mohon maaf Bu, nama saya Reza, Consultant Atletik Squad ingin berkunjung di rumah Ibu jika diperkenankan," jawab lelaki yang kisaran usianya 19 tahun.

"Oh ya, silahkan masuk Nak Reza. Maaf rumahnya berantakan, duduk dulu. Mau dibuatin minuman apa?" tawar Mak Ijah.

"Oh nggak usah Bu, saya cuma sebentar kok," tolak Reza dengan lembut.

"Baik, maksud kedatangan Reza mau apa ya?" tanya Mak Ijah.

"Begini Bu, tadi saya melihat Aruna berlatih lompat tinggi begitu mengagumkan. Jika Ibu berkenan saya ingin Aruna bergabung ke Atletik Squad," izin Reza.

"Atletik Squad itu apa Nak?" tanya Mak Ijah.

Lalu Reza menjelaskan apa itu Atletik Squad seperti ia bercerita pada Aruna tadi, Mak Ijah mendengar dengan seksama. Namun, setelah selesai ia menghela nafas.

"Maaf Reza, saya tidak bisa mengizinkan Aruna bergabung," putus Mak Ijah.

"Kenapa Mak?" Kali ini Aruna yang bertanya.

"Kamu tega ninggalin Emak sendiri di sini Run? Emak juga udah nggak kuat pergi jauh. Kamu juga harus putus sekolah Run, kalau cuma buat sekolahnya masih lebih, tapi kalau mau ditambah asrama? Jujur Run Mak belum mampu," terang Mak Ijah.

"Insyaa Allah Runa bakal biayain sendiri Mak, tolong izinin Aruna ya," mohon Aruna.

"Nggak Run, Emak nggak ngizinin," jawab Mak Ijah tetap pada pilihannya.

"Runa mohon kali ini saja," rengek Aruna.

"Terserah kamu! Sekali saja kamu melangkah ke sana, pintu ini akan tertutup selamanya untukmu!" bentak Mak Ijah sambil pergi meninggalkan Puteri dan tamunya.

"Maaf Aruna, sebaiknya kamu bicarakan ini baik-baik dengan ibumu. Jika Beliau mengizinkan datang saja ke Pulau Sabak, kami akan selalu menerimamu kapanpun, saya izin pamit. Permisi," nasihat Reza sambil mengulur tangan.

Aruna menjabatnya dan mengangguk dengan senyum kecutnya. Reza pergi dari kediaman Mak Ijah diantar dengan tatap sayu Aruna.

Setelah Reza tak terlihat Aruna duduk di kursi dengan membenamkan wajahnya. Ia sedikit kecewa dengan dirinya karena membuat Mak Ijah yang sudah lama membesarkannya marah. Ia seharusnya mendengar ucapan itu. Lama membenam, ia pun tertidur.

Pukul 21:30 Aruna terjaga dan mendapati dirinya telah berselimut kain jarit dan Mak Ijah ikut tidur di kursi bersamanya. Ia menangis lirih melihat Mak Ijah berwajah lelah, ia mengecup pelan dahi emaknya kemudian mengambil satu kain jarit di lemari dan menyelimutkannya di tubuh emaknya. Ia kembali tidur dalam posisi duduk, sedang Mak Ijah berbaring di sebelah Sang Puteri.

***

Seminggu kemudian...

Aruna kembali menemui hari di mana ia berekstrakurikuler lompat tinggi. Semua peserta yang berjumlah 38 berkumpul di lapangan indoor, hingga waktu menunjukkan pukul 16:15 kegiatan telah selesai.

"Kalian bisa pulang kecuali Crish dan Aruna," pungkas Pak Hermawan.

Para siswa pulang hingga menyisakan dua lelaki dan satu gadis. Mereka berhadapan dengan posisi istirahat di tempat.

Seindah Pulau Origa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang