Brilian menghela nafas, ia sudah pasrah jika Aruna akan menolaknya.
"Aku ngrasa kurang pantas buat kamu," desis Aruna yang pastinya terdengar oleh Brilian.
"Justru aku yang ngrasa kurang pantas denganmu, aku nggak pernah mengalami kegagalan yang fatal sehingga aku takut dengan kegagalan, aku selalu dihidangkan dengan kenikmatan yang kadang buat aku kurang mandiri, dan aku selalu disukai oleh semua orang yang buatku nggak tau gimana rasanya dibenci orang, itu juga buatku kurang bisa menghargai orang lain," sanggah Brilian.
Aruna belum kunjung menjawab pernyataan Brilian.
"Baiklah, kamu bisa menolakku jika kamu tidak nyaman denganku, tapi Lelaki Sejati itu nggak pernah cuma buat banyak gombal dan bahagiain pasangannya dengan gombalannya, tapi lelaki yang berusaha membuat pasangannya menjadi sederajat dengannya. Satu hal Run, aku akan berusaha membuatmu tidak akan menyesali apapun keputusanmu," ucap Brilian sambil mengepalkan tangan dan memukul pelan pada dadanya.
Aruna tersenyum, ia menjawab, "Wanita Sejati bukan cuma yang selalu melihat kekurangan dan kelebihan pasangannya, tapi juga yang bisa berusaha memperbaiki itu bersama-sama. Dengan ini, insyaa Allah aku bakal nerima pinanganmu."
Brilian tersenyum, entah kenapa ia merasa belum pernah sebahagia ini.
"Terimakasih, besok aku sekeluarga bakal ke rumahmu untuk membicarakan ini," izinnya.
Aruna mengangguk menyetujui itu.
"Ayo kita pulang sebelum matahari tenggelam," ajak Aruna.
Brilian langsung mengantar Aruna ke rumah Mak Ijah, kemudian ia segera pamit.
***
Malam hari ia duduk di pendopo memandang taburan bintang yang mungkin berjumlah ribuan. Di tengah itu Mak Ijah membawa dua cangkir teh hangat dan cemilan.
"Kamu ngapain tadi sama Brilian Run?" tanya Mak Ijah.
Sontak muka Aruna merah padam, ia tertawa kecil.
"Mak tau? Aruna akan menjadi menantu orang sebentar lagi jika Emak mengizinkan," ujar Aruna.
Mak Ijah malah tertawa mendengar itu. Ia berkata, "ditanya habis ngapain kok jawabnya mau jadi menantu orang, pacar aja nggak punya. Eh tapi cepet gih nikah usiamu tuh dah tua, nanti banyak cibiran lho."
"Besok keluarganya mau ke sini Mak," ucap Aruna seolah tidak menghiraukan omong Mak Ijah yang cukup terlihat menjatuhkan.
"Hah, yang bener? Serius? Akhirnya anak Emak ada juga yang nikah." Mak Ijah terlihat bahagia.
"Anak mana Run?" tanya Mak Ijah.
"Desa sebelah Mak, nggak jauh-jauh," jawab Aruna sambil mengambil cemilan dan memakannya.
Mak Ijah langsung masuk tanpa menjawab pertanyaan Aruna. Yang ditinggal pun tak memanggilnya lagi.
***
Pukul 22:30 Aruna belum kunjung tidur, Aruna terlihat gelisah dan tak dapat menidurkan matanya.
"Kamu kenapa sih Run?" tanya Mak Ijah yang sedikit terganggu karena Aruna beberapa kali mengganti posisi.
"Nggak papa Mak, cuma gelisah aja. Mak kok belum tidur?" tanya Aruna.
"Lha gimana bisa tidur, kasurnya goyang terus, setiap baru mau lelap Mak kira ada gempa," keluh Mak Ijah.
"Iya Mak maaf," ucap Aruna.
"Run, calon kamu anaknya siapa? Ibu banyak kenalan, dari desa sebelah yang mana?" tanya Mak Ijah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Pulau Origa [Selesai]
Ficção AdolescenteCerita ini hanya fiksi belaka, bila ada kesamaan tokoh atau tempat itu hanya sebuah kebetulan *** Tentang sebuah hubungan antara kedua insan yang memiliki keadaan berbanding terbalik. Aruna, gadis pincang dengan keadaan tak memiliki banyak harta, ta...