20. Akad Brilian

27 6 18
                                    

Aruna menatap jauh, lurus di mana rumahnya masih berdiri. Ia sebenarnya enggan untuk menjawab, tetapi bagaimana pun juga ia harus menjawabnya.

"Karena Bapak angkat saya pernah mengimpikan untuk membangun rumah sakit di Pulau Origa, dan Beliau dulunya ditawari untuk kuliah beasiswa jurusan kedokteran, tapi orangtuanya melarang. Saya sebagai anak ingin mewujudkan impiannya Pak, sekaligus saya ingin menjadi dokter di sana," jawab Aruna.

"Dengar itu semua, kalian yang masih punya orangtua harusnya meniru perbuatannya. Ingat di balik kekurangan orang pasti ada kelebihan, nggak harus bisa dilihat, tapi harus murni dilakukan. Itu namanya kelebihan," ucap Pak Hermawan.

Semua orang beralih menatap Aruna yang menunduk.

"Maafin kita Aruna," ucap mereka bersama.

"Iya, nggak papa," jawab Aruna sambil merekahkan senyum.

***

Tiga tahun kemudian....

Aruna berhasil memasuki perkuliahan kedokteran dengan usahanya selama menjadi atlet. Sekarang ia sering mewakili negeri ini untuk mengikuti kejuaraan dengan pelatih dari Atletik Squad dan sering menjuarainya. Selain mengharumkan nama negeri ini, ia juga mendapat pesangon yang fantastis, dan itu cukup untuk biaya kuliah dan hidup Aruna, biaya hidup Mak Ijah, merenovasi rumah emaknya tanpa mengubah aksen lamanya, dan ia juga sudah menjalani operasi untuk mengobati kakinya, jadi sekarang ia bisa berjalan layaknya orang normal. Sebagai perwujudan rasa syukur Aruna juga sering berbagi makanan dengan orang pinggiran.

Seperti sore ini Aruna sedang berbagi makanan kepada orang pinggiran di sekitar kost-nya bersama temannya. Saat aktivitasnya tinggal sedikit seseorang menelfonnya. Ia tersenyum ketika melihat nama di layar HP-nya.

"Aku angkat telfon dulu ya," izinnya pada temannya yang dibalas anggukan kepala.

Ia mencari tempat sepi kemudian mengangkat telfon.

"Assalamu'alaikum," ucapnya.

"Wa'alaikumussalam, kamu gimana kabarnya Run?" tanya seseorang dari jauh sana.

"Hmmm, kangen ya. Hahaha," canda Aruna.

"Iya, kamu besok bisa pulang nggak?" tanya orang itu tanpa ragu.

Seketika pipi Aruna merona, tapi ia cepat menjawab sebelum lawan bicaranya curiga.

"Kabarku Alhamdulillah sehat. Kenapa Li? Ada masalah kah? Tumben nyuruh aku pulang?" Aruna balik tanya.

"Alhamdulillah, em nggak papa sih. Aku pengin nunjukin kamu seauatu," jawab Brilian.

"Nggak bisa lewat VC? Emang mau nunjukin apa sih?" tanya Aruna.

"Enggak Run, kalau besok kamu nggak bisa pulang ya kapan aja lah, kamu kabarin aku ya," pinta Brilian.

"Oh, oke. Kayaknya sih baru bisa seminggu lagi, gimana?" Aruna meminta pertimbangan.

"Nggak papa, intinya kalau kamu bisa pulang, hari itu juga kamu kabarin aku ya," jawab Brilian.

"Hm, oh ya maaf Li aku lagi ada urusan aku tutup dulu ya. Assalamu'alaikum," pamit Aruna.

"Hati-hati. Wa'alaikumussalam," jawab Brilian.

Aruna menutup telfonnya kemudian kembali pada temannya.

Ngomong-ngomong kabar Brilian, ia sudah lulus setahun setengah yang lalu dari perkuliahannya di bidang bisnis. Ia memulai kariernya dari nol. Awal mula ia hanya menjadi karyawan, tetapi ratingnya selalu meningkat, hingga sekarang ia sudah memiliki perusahaan sendiri di bidang jasa marketing sejak tiga bulan lalu, dan sudah bisa mendapat omzet jutaan rupiah.

Seindah Pulau Origa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang