Pagi hari rumah Mak Ijah akhirnya terambah lagi oleh Aruna yang sehari penuh kemarin tak berkunjung. Ia menceritakan semua dengan jujur pada emaknya tentang kejadian kemarin, termasuk keinginan orangtua Brilian untuk menyekolahkannya.
Hari ini Mak Ijah juga melarang anaknya untuk mengantar petikan kelapa ke rumahnya agar kakinya istirahat sehari saja. Namun, Aruna terlalu sulit dinasihati pasal itu.
Walhasil memang perasaan ibu selalu benar, siang sebelum matahari tepat di atas kepala, Aruna jatuh dan kakinya terkilir.
"Kamu itu paling bandel kalau disuruh istirahat Run, dibilangin nggak usah bawain kelapa juga keras kepala banget kayak Ramamu (sebutan untuk sang ayah dari pasangan Mak Ijah)," kesal Mak Ijah sambil mengurut kaki Aruna.
"Akh ... bandel kayak apapun Rama, tapi Emak tetap sayang kan? Hehe," rintih Aruna tetapi masih sempat saja bergurau.
Mak Ijah tak menanggapi gurauan puterinya, tetapi sebuah senyum kecil tersurat di bibirnya.
"Mak, tiga anak Emak sebentar lagi pulang kan?" tanya Aruna.
"Kenapa emangnya?" Mak Ijah balik bertanya.
"Mak lupa kah? Kamis malam peringatan wafat Rama yang ke seribu hari." Aruna mengingatkan.
"Emak selalu ingat itu, entahlah mereka sempat atau tidak. Bagi Mak yang terpenting kamu ada, walau kamu bukan anak kandung Emak," jawab Mak Ijah datar.
Aruna hanya mengangguk dan tak ingin meneruskan pertanyaannya.
***
Hari Kamis pagi pekerja Mak Ijah diliburkan. Rumahnya ramai oleh para tetangga yang membantu untuk acara malam nanti.
Aruna membantu di bagian membungkus jajanan untuk para tamu. Di sela kegiatannya seorang remaja seusianya memberi tahu sesuatu.
"Aruna, kamu dicariin sama Putera Bupati di depan," ungkapnya.
"Oh, oke," jawab Aruna sambil berlalu diiringi bisik-bisik dari orang di sana.
Tentu saja hal itu mengundang lirikan tajam dari Mak Ijah, si Juragan Kelapa itu. Sontak orang-orang minta maaf padanya.
Aruna bergegas menghampiri Brilian. Ia mengajaknya ke tempat yang cukup jauh dari rumah agar tidak mengundang guncingan.
"Ada apa Li?" tanya Aruna setelah dirasa menemukan tempat yang tepat.
"Kok rumah Mak Ijah ramai? Mau ada acara kah?" tanya Brilian.
"Iya, nanti malam acara kenduri peringatan wafat Ramaku yang ke seribu hari," jawab Aruna.
Brilian hanya ber-oh ria. Tiba-tiba terlintas dalam benak Aruna untuk mengerjai sobatnya.
"Li, nanti malam kamu hadir ya kalau bisa," dalihnya.
"Ke acara kenduri?" Brilian memastikan.
"Iya lah, oh ya maaf Li aku pulang dulu ya. Nggak enak sama Emak," pamit Aruna.
"Oke, tunggu aku malam nanti," pinta Brilian.
"Insyaa Allah," jawab Aruna sambil meninggalkan sobatnya.
***
Malam hari pukul 19:30 halaman rumah Mak Ijah ramai dikunjungi. Seluruh lapisan masyarakat di desa itu datang dalam acara, baik dari kalangan Sesepuh bahkan anak-anak.
Suami dari Mak Ijah adalah orang yang cukup disegani di desa, Beliau bernama Said Rahman atau biasa dipanggil Pak Said. Beliau seorang juragan yang sangat dermawan dan jujur, juga sangat berbaur dengan masyarakat tanpa pandang bulu. Pak Said pernah menjadi kepala desa selama satu periode.
![](https://img.wattpad.com/cover/212511660-288-k145269.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Pulau Origa [Selesai]
Teen FictionCerita ini hanya fiksi belaka, bila ada kesamaan tokoh atau tempat itu hanya sebuah kebetulan *** Tentang sebuah hubungan antara kedua insan yang memiliki keadaan berbanding terbalik. Aruna, gadis pincang dengan keadaan tak memiliki banyak harta, ta...