11. Liliany Amadilla

48 9 11
                                    

Belum lama ini umumnya untuk seluruh penduduk negeri, dan khususnya untuk seluruh warga SMA Adhi Jaya digemparkan oleh lahirnya sebuah karya berupa novel yang diciptakan oleh seorang pengarang bernama Liliany Amadilla.

Karya sastra berjudul "Pulau Marindang" itu menceritakan tentang pulau tempat tinggal pengarang dengan tokoh utama seorang remaja yang berlatar keluarga sederhana dan tak pernah akur dengan ayahnya, bercampur kata-kata indah, juga banyak terselip harapan untuk dunianya.

Ocehan siswa banyak yang penasaran dengan jati diri Liliany Amadilla karena letak Pulau Marindang masih satu kabupaten dengan Pulau Origa, dan cukup banyak siswa SMA Adhi Jaya yang berasal dari sana terutama Sisil.

Bahkan satu dua anak iseng bertanya pada bapak camat tentang kependudukan Liliany yang rupanya tidak tercatat dalam daftar penduduk. Itu berarti kemungkinan nama itu hanya disampirkan sebagai nama pena.

***

Istirahat pertama, Aruna dan Sisil pergi ke perpustakaan untuk membaca buku karena selepas itu mereka akan menghadapi ulangan harian.

"Run, kamu tau Liliany?" tanya Sisil.

"Hm, cuma sering denger, tapi nggak terlalu tahu siapa," jawab Aruna tanpa mengalihkan matanya dari buku.

"Itu loh pengarang yang lagi booming," terang Sisil.

"Ooh ya, emang kenapa?" tanya Aruna lagi.

"Nggak papa," jawab Sisil.

"Emang sebagus apa sih dia?" tanya Aruna dengan logat polosnya.

Sontak Sisil meletakkan bukunya dan menampakkan muka terkejutnya.

"Whooo, kamu nggak tau. Beh ... kata-katanya jleb banget," jawab Sisil.

"Nih, salah satunya begini,
Aku adalah gadis dingin dari kota hangat, yang selalu harus membuat Rangga Saraswati (panggung yang mengalir~bahasa Sansekerta) berbeda di setiap tempat. Kadang aku berpikir kenapa aku tak bisa hanya membuat satu saja Rangga Saraswati untuk semua tempat?" lanjutnya dengan nada puitis.

"Kamu hafal kata-katanya?" tanya Aruna takjub yang serasa terlihat lebih polos dari sebelumnya.

"Apa sih yang aku nggak tau dari Liliany, semua kata-katanya aja aku hafal," lagak Sisil.

"Berarti kamu tau dong jati diri Liliany?" selidik Aruna curiga.

Seketika Sisil kikuk dan gelagapan.

"Eeh anu emm ya nggak tau lah, kan kata orang itu cuma nama pena." Sisil beralasan.

"Ooh gitu," jawab Aruna menyudahi.

Sisil menghela nafas pelan, ia merasa lega Aruna tidak menggorek lebih jauh tentang Liliany.

***

Istirahat kedua hampir menjelang, guru mapel PAI keluar 30 menit sebelum istirahat karena ada kepentingan dengan memberi setumpuk tugas.

Shinta, satu anak yang ikut melabrak Aruna bersama komplotan Anit datang dengan muka bengisnya.

"Aruna tugasku garapin ya! Aku pergi dulu, jangan lupa!" perintahnya.

"Tapi aku juga masih banyak tugas, kamu kan bisa garap sendiri," tolak Aruna.

"Ayo dong! Masa gitu aja nggak mau!" kesal Shinta.

Seindah Pulau Origa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang