Aruna selesai mandi dan mendapati semua orang belum makan.
"Lho kok belum pada makan?" tanyanya.
"Kita nungguin kamu Run," jawab Vanissa ramah.
"Yah aku jadi nggak enak nih," sesal Aruna.
"Nggak papa Run, kan kita keluarga." Mak Ijah mendukung Vanissa.
"Makasih semua," ucap Aruna.
Mereka hanya menjawab dengan anggukan singkat. Selesai makan mereka membagi kamar karena di sini hanya ada tiga kamar. Itu berarti dua kamar untuk empat perempuan, dan satu kamar untuk Andra. Yup, memang rezeki nggak ada yang tau, Aruna dan Vanissa sekamar dan itu memudahkannya bertanya tentang dokter muda yang dimaksud Vanissa.
Sekitar pukul 21:30, mereka berbaring.
"Kak Nis," panggilnya.
"Iya, kenapa Run?" tanya Vanissa.
"Kalau boleh aku tau siapa dokter muda yang dimaksud Kak Nissa? Apa namanya dr. Bachtiar?" Aruna memastikan.
"Kamu kok tau? Kalian saling kenal?" tanya Vanissa antusias.
"I ... ya, aku salah satu ... korbannya," jawab Aruna khawatir.
"Yang bener? Emang Run, korbannya banyak banget, kamu berarti ikut ajang survivalnya?" Vanissa memastikan.
Aruna mengangguk singkat lalu melanjutkan, "apa aku bisa menemuinya?"
"Sekarang dia ada di Lembaga Pemasyarakatan Pulau Origa, dia udah lama ketangkep tapi secara sembunyi, jadi nggak bikin gempar pulau ini. Katanya Balai Kesehatan Pulau Marindang berhasil mendapat bukti dengan menemukan seorang saksi yang merupakan mantan anak buah dr. Bachtiar dan ia memiliki segudang bukti, jadi memudahkan balai menangkapnya, kasus bersamamu itu yang terakhir," terang Vanissa.
Aruna tiba-tiba menunduk, mukanya terlihat lesu.
"Lho kamu kenapa Run?" tanya Vanissa dengan perubahan ekspresi wajah Aruna.
"Bukannya aku gimana, tapi jujur aku bersyukur dengan ditangkapnya dia, aku sempat nggak enak sama Brilian karena dulu aku pakai uangnya, aku ngrasa kasihan sama korbannya karena mereka itu senasib denganku dulu, seorang penyandang difabel," ucap Aruna hati-hati.
"Nggak usah sungkan Run, aku juga bersyukur. Coba kalau dia nggak ketangkep, aku jadi sasarannya. By the way kamu jadi mau jenguk Tiar?" tawar Vanissa.
"Kalau Kak Nissa bolehin besok aku izin ke Emak, sekarang aku kabarin Lian mumpung ada sinyal," jawab Aruna.
"Oke, aku ikut," pinta Vanissa.
Aruna mengangguk setuju.
***
Keesokan harinya Aruna meminta izin pada Mak Ijah untuk pergi ke luar untuk sebuah urusan, dan kali ini seperti biasa proses negosiasi adalah hal tersulit, tapi tetap saja ujungnya diperbolehkan karena Brilian tiba-tiba datang.
"Kamu pake sihir apa Li? Kok kamu datang langsung dibolehin?" canda Aruna yang duduk di belakang bersama Vanissa.
"That's the power of tunangan," jawab Brilian dengan tawa renyahnya.
"Hm," ucap Aruna menanggapi ke-PD-an Brilian.
Vanissa sejak tadi hanya diam menatap jalanan, sambil sesekali memainkan HP.
"Ehm." Brilian berdehem dan kedua wanita itu menengok padanya.
"Kamu kakaknya Aruna ya? Aku baru lihat kamu, ups kayaknya kurang sopan ya? Siapa nama kakak?" tanya Brilian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Pulau Origa [Selesai]
Подростковая литератураCerita ini hanya fiksi belaka, bila ada kesamaan tokoh atau tempat itu hanya sebuah kebetulan *** Tentang sebuah hubungan antara kedua insan yang memiliki keadaan berbanding terbalik. Aruna, gadis pincang dengan keadaan tak memiliki banyak harta, ta...