"Seharusnya.... saya yang jujur tentang perasaan saya duluan."
"Saya sebenarnya juga sayang dengan kamu.."
"Sebentar, pengen liatin kamu dulu biar semangat nyetirnya."
"Iya aku emang nggak jelas. Tapi, masa depanku sama kamu jelas, kan?"
"KAK! AWAS!!"
Byur!
"Hah!!"
"Kak Yoon!"
"Mama! Kakak udah bangun!"
Sepasang mata yang sudah lama terpejam itu terbuka tanpa memberi tanda-tanda sebelumnya.
Gadis cantik itu terbangun dari alam bawah sadarnya.
Suara alat-alat medis yang berada di sekeliling, seakan menjadi pengiring deru napasnya yang tak beraturan.
Matanya yang belum terlalu jelas memandang, bergulir kesana-kemari.
Kepalanya terasa sangat pening ketika ia membuka mata, sehingga Seo Yoon eun tidak tahu siapa saja yang berada disana. Pandangannya masih buram.
Dadanya terasa sesak. Efek bayangan tenggelam.
Mama Tiffany dengan segera menghampiri Jisung yang berdiri menjulang tepat di samping bangsal, lantas memfokuskan pandangan pada Si sulung yang baru kembali dari alam bawah sadarnya.
Perasaan keduanya lega bukan main.
"Nak..." tak dapat menyembunyikan rasa haru, Mama Tiffany mengelus surai kecoklatan itu. Suaranya gemetar, bulir demi bulir air matapun di loloskannya.
"A-aku mau manggil dokter." Si bungsu langsung berlari keluar setelah mendapat anggukan setuju dari Sang ibu.
Kaki panjang Park Jisung mengambil langkah dengan cepat. Pandangannya terus beredar kesetiap penjuru lorong, siapa tahu dia dapat menemukan seorang dokter yang akan memeriksa keadaan kakaknya yang baru saja sadar dari komanya.
Terlalu banyak orang yang berlalu-lalang disini, sehingga Park Jisung tak bisa memfokuskan pandangannya pada satu objek.
Mengarahkan rambutnya kebelakang, anak laki-laki itu mengulum bibirnya sebentar.
Tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang gadis bersetelan putih biru. Tidak, itu bukan dokter.
Gadis itu nampak murung. Bahunya yang sempit itu terlihat naik turun dan sedikit gemetar.
Park Jisung menghampiri gadis itu.
Setelah berjarak cukup dekat, terdengar isakkan yang lolos dari bibir gadis itu. Lee Jinsol menangis. Entah apa penyebabnya.
Jisung harap, bukan karena kakaknya. Jisung tidak ingin mendengar kabar buruk tentang kondisi kakak iparnya itu.
"Jinsol..." tangannya mengulur untuk menyentuh bahu Lee Jinsol. Gadis itu menangangkat kepalanya.
Tidak tahan akan kesedihan yang terus menggrogoti ulu hatinya, Lee Jinsol langsung memeluk tubuh yang jauh lebih tinggi darinya itu. Tangisan Jinsol mengeras kala merasakan tangan Jisung yang mengusap punggung sempitnya.
"Kenapa?" Agaknya Park Jisung juga tidak tenang, terdengar dari nada bicaranya.
"Kak Jeno sung.."
"Iya, Kak Jeno kenapa?"
Si gadis yang masih terisak itu melepaskan pelukannya.
"Kak Jeno baik-baik aja, kan?"
Tak seperti yang Jisung harapkan, Lee Jinsol menggelengkan kepalanya lemah kemudian kembali menangis mengelukan nama kakaknya.
Entah apa yang terjadi, Jisung tidak mengerti.
Tapi perasaannya jadi tidak enak.
Tidak, Jisung tidak ingin Lee Jeno meninggalkan kakaknya.
Tidak!
Sampai jumpa
Di
Cerita yang sebenarnya^^Hai:)
Masih inget sama alur husband, kan?
Ini sequelnya:')
Sebenernya aku gamau publish dulu, tapi gimana ya, gatel aja gitu..
Kangen kalian:((Btw, ini mau langsung ku time skip ya😅
Jangan bosen aku tunggu respon kalian papawwwww❤❤❤
Sambil nunggu cerita ini di revisi mampir dulu yu ke work baru aku...
My Man | Lee Jeno
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband 2 | Lee Jeno | [END✔] (REVISI)
Fanfiction˝Mari bersama selamanya.˝ NCT√ LEE JENO√ GAJE√ BAKU NON BAKU√ MATURE KONTEN√ Disarankan untuk membaca versi pertama terlebih dahulu. -2020 ⓒyoonpcy