Happy reading^^
"Saya pulang,"
Lee Jeno melangkah melewati koridor pendek apartemen yang ia tinggali bersama Sang istri.
Melempar tas kerja dan jas yang ia pakai sedari pagi secara asal, Jeno mendudukkan tubuhnya di sofa luas berwarna navy itu.
Pria itu melonggarkan dasi hitam yang melilit lehernya dengan kasar, ia mengusap wajahnya frustasi, lantas membuang napas kasar setelahnya.
Hari ini ia pulang sedikit larut, lebih larut dari biasanya. Ia memiliki keyakinan bahwa Seo Yoon Eun sudah tertidur kini.
Tentu saja, ini pukul sebelas tepat.
Lee Jeno tidak mengira bahwa rapatnya tadi akan memakan waktu begitu lama hingga ia pulang selarut ini.
Selama rapat tadi, dia masih belum menemukan solusi untuk mengatasi masalah yang menjadi topik utama tersebut.
Kepalanya terasa semakin berdenyut sekarang, rasanya ia bisa saja langsung mimisan lagi karena kepalanya sudah terlampau pusing.
Dia benar-benar stress sekarang. Lee Jeno ingin marah, tapi ia tahu itu tidak akan menyelesaikan masalah. Lagi pula, pada siapa dia akan melampiaskan kemarahannya?
Seo Yoon eun? Yang benar saja!
Istrinya itu bahkan tidak tahu menahu soal ini.
"Kak?"
Suara lembut terdengar dari arah pintu kamar. Lalu, terdengar suara langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.
Pria itu masih tidak memiliki keinginan untuk mengangkat kepalanya dan menatap Sang istri yang memandangnya dengan tatapan bingung.
Sepasang tangan kurus yang putih itu terulur untuk mengambil jas dan tas Sang suami yang tercecer di lantai.
Dari apa yang ia lihat, Seo Yoon eun mengerti betul bahwa suasana hati Jeno sedang buruk.
Duduk di samping Sang suami, Yoon eun meraih tangan kekar yang menutupi wajah Lee Jeno lantas mengelusnya pelan.
Tanpa Yoon eun ketahui, sentuhannya itu dapat membuat perasaan Lee Jeno yang tadinya menggebu, menjadi sedikit lebih tenang.
Di tatapnya wajah yang tertutup oleh tangan itu dengan sorot yang tenang khasnya, "kak, ada apa?" Kemudian wajah tampan itu mulai terlihat.
Seo Yoon eun dapat melihat garis kelelahan di wajah yang selalu menjadi favoritnya itu, "kakak ada masalah? Cerita sama saya..." suara lembut yang nyaris membuat Lee Jeno lupa akan kemarahannya itu kembali menyeruak melewati gendang telinganya.
Menggenggam tangan putih itu, wajahnya yang masih terlihat tampan walau tengah kelelahan itu pun mengulas senyuman tipis, senyuman yang seolah menandakan bahwa dia tidak apa-apa dan semuanya baik-baik saja.
"Saya nggak apa-apa. Ngomong-ngomong, saya lapar, kamu masak apa tadi?"
Dasar Lee Jeno, Seo Yoon eun ini lebih peka dari pada dirimu. Istrimu ini bahkan menyadari bahwa kau sedang berusaha menutupi sesuatu darinya.
Membuang napas pasrah, Yoon eun tidak bisa memaksa Lee Jeno agar mau bercerita dalam keadaan dia sedang lelah seperti ini. Bukannya akan membaik, namun mood Pria itu akan semakin buruk.
Yoon eun memilih untuk menurut dan mengahangatkan masakan yang dia buat tadi untuk suaminya yang mengaku lapar itu, "masakan sederhana aja, atau kakak mau di masakin yang lain aja? Saya masakin lagi ya?" Tawarnya.
"Ah, nggak usah, itu aja angetin." Lee Jeno menolak tawaran itu secara halus. Bukan apa, dia tahu istrinya lelah, Jeno tidak mau merepotkan Yoon eun.
Keduanya saling melempar pandangan dan senyuman.
Masing-masing, mengandung arti yang berbeda. Lee Jeno ingin berusaha menyembunyikan masalahnya, dan Seo Yoon eun sedang berusaha menyembunyikan keinginannya.
~~~
Sembari mengusak surai legamnya yang masih basah dengan handuk, Lee Jeno menutup kembali pintu kamar mandi.
Pria yang mengenakan sleevless berwarna putih dan celana training abu misty itu melangkah mendekati ranjang dan duduk di tepi ranjang luas tersebut.
"Kenapa belum tidur? Ini sudah larut."
Seo Yoon eun yang mendapat pertanyaan seperti itu, menegakkan punggungnya kemudian menatap sepasang netra legam Sang suami.
"Kak, sini deh.."
Tanpa memberi jawaban untuk pertanyaan yang di lontarkan oleh Lee Jeno, Yoon eun mengayunkan tangannya kemudian menepuk pahanya sendiri. Memberi isyarat agar Lee Jeno berbaring disana. Yoon eun tahu Jeno sangat lelah sekarang.
"Rambut saya masih basah," katanya.
"Nggak apa-apa, biar saya keringin."
Ternyata rasa lelahnya menang, Jeno tak ingin membuang kesempatan untuk beristirahat dengan posisi paling nyaman.
Memposisikan tubuhnya dengan nyaman di atas ranjang dengan paha istrinya yang di jadikan bantalan, Lee Jeno memandang wajah cantik itu dengan lekat.
Benar kata Lee Jeno, rambut Pria itu masih basah, tapi tidak sebasah itu, ini sudah hampir kering.
Jemari lentik itu bergerak mengelus kening Lee Jeno dengan penuh kelembutan, "kakak kalau ada masalah itu harusnya cerita sama saya, saya ini istri kakak." Mendengar omelan itu Jeno tersenyum.
"Saya nggak ada masalah, semuanya baik-baik aja."
"Bohong, dari raut wajah kakak aja saya bisa tau kalau kakak lagi ada masalah."
Sial, Yoon eun ini memang sangat peka.
Menghembuskan napasnya pasrah, Jeno memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari istri tercintanya itu.
memejamkan mata sembari merasakan setiap sentuhan lembut Seo Yoon eun di keningnya, Lee Jeno menjawab pertanyaan Istrinya itu dengan jujur.
"Ada sedikit masalah sebenarnya,"
"Udah saya duga, seharusnya kakak cerita sama saya."
Membuka sepasang matanya yang penuh akan pesona itu, Lee Jeno balas menatap netra kecokelatan Sang istri yang selalu terlihat indah dalam keadaan apapun tersebut.
"Maaf.."
"Jangan nyembunyiin apapun dari saya." Katanya sedikit menuntut.
Rasanya rasa lelah yang menggerayangi tubuhnya sirna begitu saja kala jemari lentik nan lembut Seo Yoon eun menyentuh bagian tubuhnya.
Seo Yoon eun adalah obat baginya.
"Iya, sayang."
Tbc
Maapkan gaje:')
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband 2 | Lee Jeno | [END✔] (REVISI)
Fanfiction˝Mari bersama selamanya.˝ NCT√ LEE JENO√ GAJE√ BAKU NON BAKU√ MATURE KONTEN√ Disarankan untuk membaca versi pertama terlebih dahulu. -2020 ⓒyoonpcy