01

5.1K 376 22
                                    


Hanya satu scene:')

Happy reading^^





Kesunyian malam menjadi penyambut pertama ketika sepasang mata indah itu terbuka.

Hatinya yang terasa kalut dan tidak tenang, menjadi faktor utama Seo Yoon eun pergi meninggalkan alam mimpinya.

Mengusap keningnya pasrah di barengi dengan helaan napas lelah, Yoon eun kemudian bangkit dari posisinya lalu duduk di tepi ranjangnya yang luas.

Ia menumpukan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Mengencangkan tali bathrobe satinnya yang berwarna merah, perempuan berparas cantik itu bangkit dengan hati-hati lalu berjalan sepelan mungkin menuju balkon.

Sepertinya, udara segar di tengah malam dapat mengurangi rasa kalutnya.

Kaki jenjang itu melangkah menuju pintu, gadis itu berjalan di tengah gelapnya kamar yang tak di terangi oleh cahaya lampu.

Seo Yoon eun merasa bahwa kakinya menginjak sesuatu, tapi tak ia pedulikan. Mungkin yang ia injak itu pakaiannya bernasib mengenaskan setelah kejadian beberapa jam yang lalu.

Sampai tepat di depan pintu, tangannya yang kurus itu kemudian membuka pintu tersebut dengan perlahan sehingga tidak menimbulkan suara deritan yang keras.

Helaan napas pendek menguar dari gadis itu kala merasakan angin malam yang bertiup sedikit kencang menerpa wajahnya.

Rambutnya yang sengaja ia gerai, bergerak kesana-kemari karena tertiup oleh angin.

Meski udaranya sedikit dingin, keinginan Seo Yoon eun untuk menikmati suasana malam tak berkurang sedikit pun. Kakinya yang tak beralaskan apapun itu melangkah keluar.

Jemarinya yang lentik, tergerak untuk mencengkram pagar besi dengan pelan.

Pandangannya terfokus pada langit malam yang dihiasi ribuan bintang dan satu bulan yang bercahaya terang malam ini, indah sekali.

Ini sudah bulan ke-6 semenjak kejadian itu. Kejadian yang menjadi kenangan terburuk baginya, dimana ia hampir kehilangan nyawanya.

Tapi entah mengapa, dinginnya air laut kala itu masih terasa hingga kini, bahkan suara gemuruh air laut yang merendam mereka kala itu masih terdengar dengan jelas.

Bagaimana gelapnya kedalaman laut, Seo Yoon eun masih dapat mengingatnya dengan jelas. Bahkan ingatan itu seringkali muncul walaupun sedang tidak di ingat.

Kala itu, dengan bodohnya Seo Yoon eun pasrah dan memilih untuk mati tanpa memikirkan keadaan keluarganya yang mengkhawatirkan mereka.

Yoon eun sempat mendengar cerita tentang proses penyelamatan mereka berdua beberapa minggu yang lalu.

Dan entah kenapa, selalu ada sebersit rasa bersalah yang muncul di hatinya.

Mereka tenggelam terlalu dalam, sehingga tim penyelamat pun sempat menyerah untuk menyelamatnya dirinya dan Lee Jeno.

Entah bagaimana mereka bisa selamat, padahal jika dipikir oleh pemikiran manusia, seharusnya mereka sudah mati dan menjadi pasangan abadi.

Tapi sekenario Tuhan itu memang tidak bisa di tebak.

"Kamu sedang apa disini?"

Ada sebias suara yang sedikit parau menguar di tengah pikirannya yang terasa rancu.

Menoleh, kedua ujung bibir itu tertarik keatas, membentuk sebuah lengkungan simetris di tengah rasa kalut yang menyelimuti hatinya.

"Mencari udara segar."

Pria jangkung itu berjalan menghampiri Seo yoon eun yang pandangannya masih terfokus pada langit yang seakan berbinar malam ini.

"Ini dingin, tidak segar."

"Nggak apa-apa, saya suka angin malam."

Lalu, suasana menghening, hanya ada suara beberapa kendaraan yang berlalu-lalang di bentangan jalan seoul yang lengang.

Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Diam-diam Lee Jeno tahu, bahwa sebenarnya Seo Yoon eun masih terpikiran dengan kejadian waktu itu.

"Maaf karena sudah membuat kamu menemui pengalaman terburuk."

Di tengah keheningan itu, Lee Jeno bersuara.

Seo Yoon eun mengalihkan atensinya pada Sang pria, ia tak tahu harus memberikan tanggapan seperti apa.

Tatapan Lee Jeno, memperlihatkan bagaimana pria itu merasa bersalah.
Padahal tak seharusnya Lee Jeno menyalahkan dirinya sendiri. Pria itu tidak salah, sama sekali tidak salah. Semuanya, murni kecelakaan.

Jemari Seo Yoon eun yang kurus, meraih rahang Lee Jeno yang kekar. Di tatapnya obsidian yang kini memancarkan kesedihan itu, wajah cantiknya kembali mengulas senyuman terindah di dunia bagi Lee Jeno.

"Jangan minta maaf, kakak nggak salah," suara lembut itu menyeruak, seakan menjadi penenang bagi Lee Jeno, "kakak nggak seharusnya menyalahkan diri kakak sendiri."

Keduanya beradu pandang, menyelami netra masing-masing sedalam-dalamnya, mencoba mengerti pikiran masing-masing.

Semakin dalam Lee Jeno menyelami netra kecokelatan yang indah itu, semakin dirinya terjatuh dalam pesona Seo Yoon eun yang selama ini tak pernah di sadari olehnya. Begitu pun Seo Yoon eun.

Melingkarkan kedua tangan kekarnya di pinggang ramping Yoon eun, Jeno menarik tubuh itu mendekat.

Lee Jeno menempelkan kening dan ujung hidung mereka, memejamkan mata, dan merasakan hangatnya hembusan napas yang menyapu wajah keduanya.

Perlahan, jarak diantara mereka semakin terkikis, Lee Jeno memiringkan kepalanya kemudian mendaratkan bibirnya tepat diatas bibir ranum Seo Yoon eun yang terasa dingin.

Jeno merengkuh tubuh istrinya itu, memeluknya erat-erat seakan tak ingin kehilangan.

Seo Yoon eun membalas setiap lumatan yang Lee Jeno berikan, tangannya yang kurus itu juga membalas pelukan Lee Jeno.

Jeno menyatakan bahwa ia sangat mencintai Seo Yoon eun sekarang lewat ciuman hangat itu.








Tbc

Pembukaan dulu dah:')

Aku gabakal bikin banyak konflik disini wkwkwkwk papauu



































Husband 2 | Lee Jeno | [END✔] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang