22

1.9K 198 24
                                    


Maapkan apabila typonya makin sini makin parah:)

Happy reading^^


Seo Yoon eun benci ini.

Terbangun tiba-tiba dengan perasaan yang tidak nyaman. Gundah, gelisah dan khawatir yang muncul secara bersamaan sehingga perasaannya tidak karuan.

Rasanya dia ingin menangis saat ini juga. Air matanya sudah siap meluncur. Namun jika ia menuruti keinginannya, ia pasti akan membuat Lee Jeno terbangun dari tidurnya.

Ia tahu pria itu akan kesulitan untuk kembali tidur sebelum ia kembali tenang.

Tapi apalah gunanya, air matanya malah meluncur tanpa ada niatan sebelumnya. Isakkan pelan pun terdengar kemudian, mengiringi air mata yang perlahan berjatuhan.

Rasanya hatinya tetap tidak merasa lega meski Lee Jeno sudah berkali-kali berjanji kepadanya untuk menemukan Jisung. Tapi seharusnya, Yoon eun percaya saja pada suaminya itu. Janji Lee Jeno itu, dapat ia pegang.

Tapi bagaimana pria itu bisa menemukan Jisung? Keberadaannya saja tak di ketahui. Jika memang Jisung di culik, seharusnya penculik itu sudah menelpon mereka dan meminta tebusan. Tapi, ia rasa Jisung tidak di culik.

Antara Jisung pergi sendiri untuk bersembunyi atau ada yang menyembunyikannya. Tapi jika yang benar adalah opsi pertama, untuk apa anak itu bersembunyi?

Kepalanya benar-benar sakit sekarang. Dadanya pun terasa semakin sesak. Rasanya ingin sekali Yoon eun menangis sekencang-kencangnya untuk menggambarkan perasaannya yang abstrak saat ini.

Bukannya dia tidak boleh stres? Tapi bagaimana lagi, yang hilang ini adiknya, mana mungkin Yoon eun akan tenang-tenang saja.

Dia juga bisa menebak bahwa sekarang mamanya tengah menangisi Park Jisung yang merupakan anaknya.

Semakin muncul bayangan Adiknya, semakin sesak terasa.

Ehm, bukan hanya Adiknya, tapi juga Sang Ayah.

"Aku harus gimana...." suara sengau yang mengalun tanpa di sengaja itu terdengar frustasi. Saat ini Yoon eun tak bisa berpikir. Dia hanya bisa mengandalkan sisi emosionalnya.

Penerangan yang temaram di kamar itu, seakan mendukung Yoon eun untuk terus menangis tanpa suara. Yoon eun tahu itu sakit. Tapi jika ia bersuara, dia akan membuat Lee Jeno merasakan hal yang sama. Yoon eun tidak mau itu.

Lalu, elusan lembut membelai perutnya dari balik selimut. Ia tahu tangan bersuhu hangat milik siapa yang mengelus perutnya itu.

"Istirahat sayang... saya kan sudah bilang kalau kamu nggak usah khawatir," suara rendah bernada lembut selembut lagu pengantar tidur itu mengalun dari bibir Lee Jeno yang matanya setengah terbuka, "kamu nggak percaya sama saya?"

Tangan Seo Yoon Eun yang gemetar segera menghapus jejak air matanya, "nggak, bukan gitu.. saya cuma—" 

"Jangan terlalu di pikirin.. dengan keadaan kamu yang seperti ini, nggak seharusnya kamu banyak pikiran." Setelah telinganya di perdengarkan beberapa untai kalimat menenangkan itu, kedua mata Seo Yoon Eun terpejam. Sejenak, ia ingin kembali melupakan permasalahannya dengan menikmati betapa hangat dan lembutnya bibir Lee Jeno yang menyapu permukaan kulit di bagian bahunya dengan begitu lembut.

Husband 2 | Lee Jeno | [END✔] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang