Double:')
Btw, mulai dari part ini dan seterusnya bakalan sedikit membingungkan dan ganyambung:')
Happy reading^^
Di pandanginya lamat-lamat selembar foto yang sudah lusuh dan terdapat beberapa garis putih tersebut.
Foto yang di ambil sembilan belas tahun yang lalu. Saat dimana dirinya belum mengambil langkah yang salah, saat dimana dia masih bisa mendengar betapa merdu suara tawa putri kecilnya, dan saat dimana dia masih dapat berbagi kebahagiaan dengan keluarga kecilnya yang hangat.
Seo In gook memejamkan kedua mata yang telah redup sinarnya, membayangkan ia sedang memeluk tubuh mungil putrinya, merasakan betapa hangatnya tubuh itu.
Pria tua itu mengukir senyum tipis, lebih terlihat seperti senyum pilu di tengah air mata yang berderai membasahi pipinya entah sejak kapan.
Mengusap foto itu dengan jemarinya yang gemetar, In gook mendekatkan foto itu kemudian mencium dan memeluk foto kedua orang terkasihnya itu.
Bayangan-bayangan masa lalunya berputar tanpa di perintah kala ia memejamkan kedua matanya.
"Papa, Papa harus janji, ya kalau Papa nggak akan ninggalin mama sama Yoon.."
"Yoon sayang banget sama Papa, Papa jangan pergi, ya?"
"Nggak! Papa nggak boleh pergi!"
"Papa jangan pergi!!"
"Papa jangan tinggalin Yoon!!"
"Pergi, dan jangan kembali ke kehidupan kami."
Dia masih ingat bagaimana Seo Yoon eun menatapnya kala itu. Sangat berbeda dengan tatapan dulu yang selalu sarat akan kehangatan dan kasih sayang.
Sekarang, Yoon eun menatapnya seolah ia sedang berhadapan dengan orang asing yang bahkan tak ingin ia kenal.
Kenapa dirinya harus mengambil langkah bodoh demi sebongkah kebahagiaan yang hanya dia nikmati sendiri?
Awal yang bahagia, namun akhir yang menyedihkan.
Penyesalan. Kini dia berakhir dengan penyesalan tiada akhir. Ia tak tahu kapan dia dapat bertemu dengan istri dan anak-anaknya lagi.
"Yoon.. maafin papa, Nak.." pria yang terbaring lemah dengan mata basah itu berucap lirih, mengelukan nama anaknya, seseorang yang ia harapkan kehadirannya sekarang ini.
"Tiffany, aku minta maaf.."
"Permisi— paman?! Paman sakit lagi?! Apanya yang sakit?!" Sebias suara yang menandakan kekhawatiran itu menyeruak di tengah tangisannya yang terdengar memilukan.
Derap langkah yang berasal dari sepasang kaki anak laki-laki yang mendekatinya itu terdengar semakin jelas. Laki-laki itu meletakan paper bag berwarna cokelat yang ia bawa ke atas meja, lantas menarik sebuah bangku kayu untuk ia duduki.
Tangannya yang berkulit lebih kencang, mengambil sepasang tangan rapuh bersuhu hangat milik lelaki tua yang terbaring lemah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband 2 | Lee Jeno | [END✔] (REVISI)
Fanfiction˝Mari bersama selamanya.˝ NCT√ LEE JENO√ GAJE√ BAKU NON BAKU√ MATURE KONTEN√ Disarankan untuk membaca versi pertama terlebih dahulu. -2020 ⓒyoonpcy