03

3.4K 309 25
                                    

Ngelanjutin yang kemarin ya gais:*

Happy reading^^








"S-silakan masuk,"

Pandangan Seo Yoon eun masih tak terlepas dari gadis yang penuh akan pesona itu.

Dengan angkuh, Lee Nancy melangkah memasuki apartemen yang serba putih dan abu-abu itu.

Tangannya menyilang di depan dada, Seo Yoon eun ia lewati begitu saja.

Gadis itu berdiri tepat di depan Lee Jeno yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Gadis itu sedikit menolehkan kepalanya kearah Yoon eun, "saya mau bicara berdua dengan Jeno, bisa?" Dengan kurang ajar, Lee Nancy seakan mengusir Seo Yoon eun dari sana.

Lee Jeno terlihat sedikit emosi, baru ia ingin angkat bicara, Seo Yoon eun menahannya dengan sebuah senyuman dan anggukkan, yang menandakan bahwa ia tak masalah.

"Baik, saya mau ke dapur dulu, permisi." Tak lama setelah berkata seperti itu, Seo Yoon eun benar-benar berlalu dari sana. Membiarkan Lee Nancy dan Lee Jeno berbicara berdua. Entah apa yang akan mereka bicarakan.

"Apa yang membawa kamu kesini?" Pertanyaan itu Lee Jeno lontarkan dua detik setelah Yoon eun meninggalkan ruangan itu.

Masih memandang Jeno dengan wajah tersenyumnya, Lee Nancy maju selangkah lebih dekat, "kamu nggak kangen sama aku?"

"Kamu ngomong apa?"

Sang gadis tertawa masam, "susah ya dapetin kamu, sampe aku gila pun kamu tetep nggak bisa aku gapai." Lee Nancy mulai mengorek masa lalu yang belum terlalu lampau. Masa dimana ia mengalami gangguan jiwa.

Lee Jeno tak ingin menanggapi agar topik ini segera berakhir.

"Haruskah aku mulai lagi?" Kening pria itu mengkerut, ia tidak mengerti apa yang di maksud oleh Nancy, "usaha buat dapetin kamu.." Kedua tangannya yang putih itu melingkar sempurna di leher Lee Jeno.

Lee Jeno ingin melepaskan diri, namun entah kenapa seperti ada yang menahannya, tubuhnya terasa kaku.

"Nancy—"

"Tapi sayangnya aku udah nggak sanggup lagi, Jeno." Kata itu menguar dari bibir ranumnya, di barengi dengan tangannya yang meloloskan Lee Jeno dan Kakinya yang mundur dua langkah kebelakang, "aku nyerah." Final Nancy.

"Aku sadar. Aku sadar kalau memaksakan sesuatu itu nggak baik, kamu memang bukan buat aku." Lee Jeno mengerti sekarang.

Maksud dan tujuan gadis ini datang ke kediamannya.

"So... i want to give this to you." Lee Nancy mengeluarkan sesuatu dari tasnya, "aku mau nikah minggu depan, aku harap kamu sama istrimu dateng, ya?" Wajah cantik itu tersenyum. Tidak, bukan senyum seperti tadi, ini kebalikannya.

Senyum yang begitu tulus dan menunjukkan betapa bahagiannya gadis itu.



















Seo Yoon eun tidak bisa duduk dengan tenang, pikirannya terus di penuhi oleh hal-hal negatif.

Hhh, ayolah Seo Yoon eun, kau tahu seberapa cinta Lee Jeno padamu sekarang tidak usah khawatir. Tapi— arrh! Dia tak bisa berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk.

Menyandarkan tubuhnya pada dinding dapur, Seo Yoon eun menggigit bibir bagian dalamnya.

Entah sudah berapa kali hembusan napas pasrah menguar dari gadis itu, perasaannya masih tidak tenang.

Sekarang, dia hanya bisa menerka bahwa tidak ada satu hal buruk pun yang terjadi.

Menyisir anak rambutnya kebelakang, Seo Yoon eun mendudukan tubunya di salah satu kursi, keningnya masih menunjukkan kerutan samar.

"Tenang, Nancy nggak melakukan hal di luar batas kok, dia cuma ngasih ini." Lee Jeno berkata sembari mengambil duduk tepat di sebrang sembari Seo Yoon eun.

Hhh, syukurlah, kini perasaannya terasa lega.

Tangannya terulur untuk mengambil sebuah benda persegi panjang tipis yang di tunjukkan Lee Jeno barusan, "undangan?"

Lee Jeno mengangguk sesaat setelah meminum kopi hitamnya sedikit, "Iya, liat deh siapa calon suaminya—"

"HANGYUL?!"

Lee Jeno nyaris saja melempar cangkir yang ia pegang saking terkejutnya.

"Kelewatan Si Hangyul, mau nikah tapi nggak ngabarin gue dulu."

Melihat Seo Yoon eun yang sedang misuh-misuh seperti itu, Lee Jeno meringis menampilkan deretan giginya yang rapi.






....





"Silakan di minum nyonya Lee..."

Jeon Somi berujar sembari menata dua gelas berisikan jus jeruk yang ia bawa dari dapur.

"Apaan sih lo,"

Jeon Somi tertawa pelan, "yakan emang, nyonya Lee."

Sepasang bola mata itu di rotasikan tanda jengah oleh pemiliknya, "terserah deh, nyonya chue." Seo Yoon eun balas tertawa, "venus mana?"

"Tidur dia. Oh iya, kabar lo gimana? Ampleng banget lo."

"Baik, lo gimana? Venus juga gimana?"

"Elo nanyain venus mulu, pengen lo punya yang kayak gitu? Bikin gih," bukannya menjawab, Jeon Somi malah berkelar.

Seo Yoon eun mencebik tidak terima, ya walaupun itu memang benar, "a-apaan sih lo!"

Jeon Somi yang kini telah menjadi ibu satu anak itupun, kembali tertawa, "kalem buk kalem, di minum dulu deh keburu dingin nggak enak."

"Yeuu, ini mah emang dingin_-" Wanita itu kembali tertawa.

Sampai kapanpun, Jeon Somi memang tidak akan berubah, dan itu juga yang Seo Yoon eun harapkan.

Meminum jus dingin yang menyegarkan itu sedikit, Seo Yoon eun meletakan gelas tinggi itu ke meja, "Som, lo di kasih tau sama Hangyul nggak kalo dia mau nikah?"

"HAHH?! NIKAH?!"


Oeeekkk!!


Berakhirlah mereka dengan kehebohan yang tak tahu kapan akhirnya.








Tbc

Blablablaaa

Nggak tau deh kenapa part ini garing banget:').


Husband 2 | Lee Jeno | [END✔] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang