10

2.5K 222 9
                                    

Happy reading^^






"Oh, sudah bangun?"

Wajah tampan itu mengukir senyum meneduhkan ketika melihat Yoon eun membuka kedua matanya yang awalnya tertutup.

"Hh, saya telat bangun lagi ya? Maaf.." tepat setelah suara lembutnya yang sedikit parau itu di perdengarkan, Seo Yoon eun berusaha untuk mengubah posisinya yang semula berbaring menjadi bersandar pada kepala ranjang.

Sesungguhnya perempuan yang kini tengah mengandung itu tak sanggup untuk bergerak. Kepalanya terasa sangat pening ketika posisi berbaringnya di usik barang hanya sedikit.

Sang suami membantunya untuk bersandar.

Hh, ini sudah hari ke-3 Yoon eun sakit. A-ah tidak, Yoon eun tak ingin mengakui bahwa dirinya sakit.

Duduk di pinggir ranjang tepat di samping Sang istri, telapak tangan Jeno yang lebar dan bersuhu hangat itu menempel sempurna di kening Yoon eun yang sedikit mengkerut akibat menahan rasa pening, "masih pusing?"

"Nggak," sebuah pengakuan yang berbanding terbalik dengan yang ia rasakan pun di katakan oleh Seo Yoon eun.

"Bohong kamu. Badan kamu masih anget, kita ke dokter lagi, ya?" Lee Jeno khawatir, pria itu menggerakkan kedua tangannya untuk menyisir surai halus Sang istri yang sedikit basah dan berantakan.

Mengambil sepasang tangan kekar itu, lantas Seo Yoon eun menggenggam kedua tangan prianya yang jauh lebih besar itu dengan erat.

Suhu tubuh Yoon eun terasa panas sekarang. Lee Jeno jadi makin khawatir.

Kondisi Seo Yoon eun yang seperti ini seakan menahan dirinya untuk pergi bekerja. Jeno ingin sekali mengambil cuti lima sampai tujuh hari kedepan, tapi keadaan kantor yang sangat membutuhkan dirinya sekarang membuatnya sulit untuk tidak masuk kerja.

Tapi dia juga tak sampai hati meninggalkan Seo Yoon eun dengan keadaan sakit seperti ini.

"Nggak, kak. Kakak kan harus kerja, berangkat gih," melihat pada jam dinding, "udah hampir siang ini." Meski sulit, Yoon eun paksa dirinya untuk tersenyum.

Yoon eun tidak ingin Lee Jeno mengkhawatirkan dirinya. Jadi, dia harus terlihat baik-baik saja, sesakit apapun dia.

"Saya kayaknya ambil cuti aja—"

"Nggak, saya tau di kantor banyak hal penting yang harus Kakak lakuin. Berangkat aja nggak apa-apa. Nanti saya panggil mama kesini buat nemenin saya kalau yang Kakak takutkan saya sendirian disini." Penuturan dari Yoon eun ini rupanya tak cukup untuk meyakinkan Lee Jeno. Tapi jika sudah begini mau bagaimana lagi, Seo Yoon eun tidak bisa di bantah.

Balas menggenggam jemari lentik yang kini lemah itu dengan erat, Jeno mencium kedua punggung tangan itu, "Maaf ya, sayang.." sepasang mata Lee Jeno yang di yakini memiliki sorot tegas itu menatap tepat pada netra Seo Yoon eun yang kini sedikit redup sinarnya, "Maaf juga, ya, Nak, papa nggak bisa nemenin kalian sekarang.." Lee Jeno berucap tepat di depan perut Sang istri yang sudah membuncit. Lalu, Lee Jeno mengelus dan mencium perut tersebut.

Kedua ujung bibir itu tertarik membentuk sebuah lengkungan simetris di tengah perasaannya yang tak karuan.

Kedua pasang mata yang memiliki sorot berbeda itu kembali bertemu, "kamu yakin?"

Husband 2 | Lee Jeno | [END✔] (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang