Hani 1

16.8K 818 39
                                    

Setelah semalam kami semua menginap di hotel, dan pagi ini berkeliling kota Semarang mengenalkan isi kota padaku, bersama mama papa serta mas Dion dan kedua orangtuanya.

Akhirnya aku memanggilnya mas, karena alasan dia lebih tua dariku dan dia laki-laki Jawa asli.

Selama perjalanan lebih aktif terdengar obrolan papa, mama dan Om Sinyo yang membahas masa mereka kuliah dahulu di Malang Jawa timur.

Nanti sore aku sudah pindah ke tempat kost, dan mama papa kembali pulang ke Kendari.

Menemani mama membeli segala macam oleh-oleh khas Jawa tengah, untuk buah tangan para teman-teman beliau.

Tante Nita tak lupa juga membeli beberapa oleh-oleh untuk di berikan kak Dina, yang di titipkan ke mama.

Girang banget kak Dina itu, ketika orang tua kami setuju jika perjodohan ini di turunkan kepada para adik-adiknya.

Sebenarnya aku mau di jodohkan dengan siapapun, aku menerimanya karena bagiku pilihan orangtuaku itulah yang terbaik.

Tapi ternyata orang yang di jodohkan denganku adalah manusia berbentuk es, atau lebih tepatnya kulkasnya.

Untuk fisik mas Dion tak diragukan, mulai dari badan yang bagus, tinggi, tegap, putih, dan hidung mancung.

Begitu juga dengan kecerdasannya dari cerita kak Dina jika diatas rata-rata, tetapi tidak dengan sikapnya yang tak ramah denganku, seakan aku ini virus Corona yang bisa membuatnya porak poranda.

Selama kami berkeliling tak satu katapun yang terlontar dari bibirnya, saat ditanya saja dia akan menjawab tetapi itu juga dari pertanyaan para orang tua.

Waktu beranjak sore, membawa barang-barang miliku menuju tempat kost, dengan masih diantar semua orang yang sejak semalam kami selalu bersama.

"Semua ini?"

Dua kata itu akhirnya keluar dari bibir mas Dion, dengan raut wajah tak percaya.

Sebelumnya menemui pemilik kost bersama orangtua kami, dan selanjutnya di antarkan kekamar miliki yang berada di lantai dua.

Kamar yang bagiku cukup luas, dengan kamar mandi di dalam, dan juga ada fasilitas umum seperti dapur, tempat TV juga ruang tamu umum, karena laki-laki dilarang masuk ke kamar, kecuali darurat.

Ketiga laki-laki yang tadi membantu mengangkat barang-barang miliku, kini sudah kembali turun ke ruang tamu, menunggu disana.

Aku bertiga dengan mama dan tante Nita membereskan barang-barang ku untuk di letakkan di tempat yang pas.

Mulai memasang sarung bantal, sprei, menata baju di lemari, menata sepatu, tas pada rak, peralatan mandi, juga perawatan kulit kecantikan ku.

Cukup cepat, satu jam lebih kami bertiga sudah menyelesaikan semuanya.

Kemudian menyusul ke lantai bawah menemui ketiga laki-laki yang mengobrol di ruang tamu.

Kali ini aku harus ikhlas di tinggal disini sendiri oleh mama, demi menuntut ilmu mungkin juga demi mengejar jodohku.

Mama dan papa memberikan wejangan-wejanganya kembali.

Setelah kepergian mereka, aku kembali ke kamar baruku disini, istirahat dahulu lebih baik.

Terlelap sudah berapa lama, saat suara adzan magrib dari masjid terdengar aku segera terbangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat sudah bersih, dan berdandan. Sengaja keluar kamar menuju ruang TV di lantai dua ini, berkenalan dengan penghuni kost lainya dan memberikan makanan khas Kendari.

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang