Dion 24

8.8K 790 95
                                    

Jangan berharap ada adegan mantap-mantap 🙏

Setelah menginap semalam di rumah bapak, pagi ini aku dan Hani menuju kota Batu.

Berlibur di kota yang dingin ini, menikmati wisata dan kuliner, dan tujuan awal kami adalah berbulan madu.

Sempat di goda oleh bang Amar semalam, yang mengatakan jika modusku untuk ke Batu agar mendapatkan suasana yang dingin sehingga bisa menghabiskan malam bersama Hani, tak kusangka pemikiran ku tertangkap oleh kakak sepupuku itu.

Memang benar ini rencanaku, tetapi bukan hanya modus, ini bertujuan untuk merefresh otak, hati dari kejenuhan aktivitas selama ini, apalagi Hani yang baru saja menyelesaikan ujian, di tambah dengan drama dari Annisa, pasti dia sedikit banyak tertekan.

Melihat senyum Hani yang begitu cerah, berjalan kesana kemari begitu bahagia tak terasa aku pun ikut merasakan kebahagiaan nya.

Mengikuti kemanapun Hani minta, menjadi fotografer nya yang bergaya selayaknya model profesional di manapun tempat yang dirasa menarik.

Hingga di sore hari, kami baru kembali ke villa yang kami sewa, rasa lelah seharian membuatku begitu cepat tertidur setelah sholat magrib berjamaah dengan Hani.

"Mas dingin"

Entah ini pukul berapa, tetapi dari kaca jendela terlihat jika di luar telah gelap, dan rasa khas dinginya kota Batu telah terasa di malam hari.

Hani yang tertidur pulas dalam dekapan ku, mencari tempat yang lebih hangat, semakin merapatkan badannya padaku.

Tangan lain yang tak di buat bantalan oleh Hani kugunakan untuk meraih ponselku, ternyata sudah pukul sebelas malam, dan perut juga telah terasa begitu lapar.

Teringat jika belum sholat isya, sehingga dengan terpaksa kulerai memeluk Hani, serta membangun kan dirinya untuk berjamaah berdua.

Sedikit sulit membangun Hani itu, sama seperti kakak ku yang lumayan susah bangun pagi, bahkan aku sempat berpikir apakah para wanita itu kebanyakan seperti mereka berdua itu, tetapi kurasa tidak teman-teman ku juga banyak yang rajin bangun pagi.

Dengan bermalas-malasan Hani berjalan menuju kamar mandi, aku menunggui nya sambil menata tempat sholat kami.

Wajah nya telah kembali segar setelah berwudhu, dan kini telah bermukena berdiri di belakang ku, menjadi makmum sholatku, makmum ku di dunia untuk mencari bekal menuju surga.

Usai berjamaah Hani kembali keatas ranjang, berselimut dan memainkan ponselnya, begitu pun dengan ku yang menyusulnya naik keatas ranjang, pasalnya rasa lapar itu menghilang berganti sesuatu yang telah lama kutahan.

Ikut masuk kedalam selimut, memeluk nya serta mengecupi seluruh wajahnya, Hani yang berawal terlihat kaget, akhirnya hanya terdiam menerima perlakuan ku dan meletakkan begitu saja ponsel miliknya di samping bantal.

Bibir yang selalu menggodaku ketika dia sedang merajuk, mengomel, atau ketika bercerita tentang semua hal.

"Mas Hani pipis dulu"

Melepas kan pelukanku, setelah kami mengakhiri saling mencecap bibir.

Lima, sepuluh, lima belas menit, Hani tak kunjung keluar kamar mandi, hingga pikiran tentang sesuatu yang buruk terlintas pada otaku.

"Dek, kamu enggak apa-apa kan?"

Kuketuk pintu kamar mandi, ternyata Hani masih bisa membalas dengan sedikit berteriak.

"Kenapa?"

Aku sudah berada di atas ranjang, sedangkan Hani baru saja keluar dari kamar mandi dengan tersenyum malu-malu, terlihat jelas wajah yang samar memerah.

"Dingin banget airnya"

Jawaban nya tak nyambung dengan maksud pertanyaan ku, kemudian dirinya kembali masuk kedalam selimut dan memunggungi ku.

"Kamu mandi?"

Tercium aroma sabun serta parfum khas milik Hani yang begitu harum, ketika aku bergeser mendekatinya.

"Pipis"

Dasar memang Hani ini, di tanya apa jawaban nya apa, membuat ku semakin gemas saja.

Apalagi dengan dirinya yang terlihat malu-malu tidur memunggungi ku, menyilang kan rambut nya kesamping, hingga leher jenjang nya terespos.

Dan tak lagi bisa kutahan untuk tak mengecup leher nya, menikmati aroma Hani yang begitu menggoda ku.

Kruuk

Gagal lagi, kali ini suara perutku lah yang membuat gagal niatku untuk membuat Hani menjerit, menjerit kan namaku.

"Mas Dion lapar?"

Di tambah dengan pertanyaan Hani yang terlihat biasa saja, tanpa ada ekspresi jika baru saja di sudah hampir mendesah ketika aku mulai mengecupi leher dan cuping telinga nya.

Rasa memakan Hani hilang, berganti ingin makan kembang saja serta sesajennya.

Tbc





Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang