Hani 4

10K 658 28
                                    

Ospek hari terakhir memakai baju olahraga dari SMA masing-masing, karena aku tak membawa baju olahraga itu kesini, sehingga aku harus memakai kaos putih, dan training olahraga senada.

Lagi-lagi aku terlambat, apalagi di tambah perlakuan mas Dion semalam, sejak di cafe hingga sampai di depan kost.

Flashback on

Selama perjalanan kami memang tak terlibat percakapan apapun, hanya saja saat di depan kost, mas Dion yang turun lebih dulu, membukakan pintu mobil untuku, tak biasanya.

Kemudian mengambil belanjaan ku di jok belakang, dan membawakanya sampai ruang tamu kost.

"Cepet bobo ya, jangan begadang"

Bukan kata-kata manisnya saja, tetapi perlakuan manisnya, yang berdiri di depanku, menghadapku, menepuk sayang kepalaku, dengan senyum manisnya yang hangat.

Kemudian mas Dion memintaku untuk segera naik kelantai dua, dimana kamarku berada, dan dia masih berdiri untuk melihat ku berjalan menaiki tangga.

Selang lima belas menit, ponsel yang sejak tadi ku genggam karena berbalas pesan dengan kak Dina menceritakan sang adik, masuk pesan dari si kulkas.

[Jangan lupa doa]

Mulai dari perlakuan saat di cafe, yang tiba-tiba merangkul ku hingga kami sampai di kost, dan pesan sebelum aku memejamkan mata, sungguh membuatku begadang semalaman.

Flashback off

"Batuuu"

Teriakan dari kakak senior BEM yang membuat ku tersadar dari lamunan.

"Siap"

Balasku, menjawab panggilan nya.

Diminta nya aku maju kedepan, berdiri di barisan terdepan menghadap teman sekelas ku yang berbaris rapi.

"Masih pagi melamun, lagi mikirin pacar?"

Dengan tegas bentakan dari kakak senior, membuatku harus diam menunduk, karena sorakan dan tawa dari semuanya disini.

"Pacar kamu anak mana?"

"Cowok kamu satu kelas sini ya?"

"Atau anak fakultas lain?"

"Sudah punya cowok belum sih?"

Aku hanya diam menunduk, pertanyaan runtutan itu semakin membuatku malu, pasalnya semuanya telah menertawakanku.

Hanya satu orang yang hanya diam tak menertawakan ku, dia baru saja tiba, yang saat ini berdiri di belakang barisan peserta ospek.

"Batu, dengan nama asli Noorah, sekali lagi saya tanya, kenapa kamu pagi-pagi melamun?"

Bentakan tiba-tiba itu membuatku menjingkat, karena terkaget.

Semua teman sekelas ku juga ikut terdiam, tak lagi tertawa.

"Datang terlambat dua menit, waktu kegiatan melamun, niat ikut ospek enggak?"

Sungguh aku malu kepada mas Dion, yang diam memandangi ku ingin rasanya menangis.

"Mau hukuman apa? Kamu pilih, merayu atau menggombal, atau menyatakan cinta kepada kakak senior yang kamu anggap paling ganteng atau kita yang tentuin"

Tentu saja pilihan itu tak ada yang aku pilih, semuanya sama saja menjatuhkan harga diriku.

Air mata yang sedari tadi kubendung, kini sudah mulai menetes, apalagi saat aku menunduk, tetesan air bening itu semakin deras.

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang