Hani 19

6.9K 797 55
                                    

Sebelum subuh sudah terbangun, semalaman tak bisa tidur nyenyak terlalu banyak pikiran untuk acara pagi ini, dimana hari pernikahan ku dengan Mas Dion.

Tidur di salah satu kamar dengan keluarga besar dari Kendari, karena fasilitas kamar untuku dari Hotel bisa kutempati nanti malam dengan Mas Dion.

"Duh membayangkan nya saja sudah gugup bukan main"

Setelah mandi dan sholat subuh, dengan mengganjal perut dengan sebuah roti sebelum wajah ku di make up oleh sang MUA.

"Adik kakak, sudah ma jadi seorang isteri"

Pelukan dan ciuman tulus di keningku dari Kak Harvey yang menemuiku di kamar untuk bermake-up.

"Iya lah, thanks ya kak sudah kompak nolak perjodohan"

Aku masih bisa bercanda dan tertawa, memang lah takdir Tuhan yang membawaku untuk bersatu dengan Mas Dion di karenakan penolakan Kak Harvey dan Mbak Dina.

Dengan alasan Kak Harvey yang memiliki calon istri sendiri begitu pula dengan Mbak Dina yang beralasan memiliki dokter Roni sebagai calon suaminya, tetapi entah kenapa seseorang yang menjadi alasannya menolak perjodohan, malah putus di tengah jalan.

Pernikahan yang seharusnya menunggu Mas Dion wisuda Pascasarjana dan Mbak Dina yang menikah, tetapi karena Mbak Dina telah tak bersama dokter Roni lagi dan berbagai macam alasan akhirnya pernikahan kami di percepat.

Hingga waktu yang terpenting tiba, saat nya akad nikah, tanganku terasa dingin dan berkeringat, apalagi dengan datangnya Mbak Dina yang menjemput ku untuk keluar menuju tempat dimana akad nikah di gelar.

"Dingin banget Dek?"

Pertanyaan Mbak Dina yang memegang tanganku, menyadari jika aku telah gugup hingga memintaku untuk duduk sebentar dan memberiku air mineral.

"Minum hati-hati biar lipstik nya aman"

Mbak Dina konsultan percintaan ku, tetapi gagal dalam dunia percintaan nya yang tak lebih karena alasan hubungan jarak jauh.

Berjalan menuju tempat akad nikah, melihat Mas Dion yang menunduk dan berdiri ketika mengetahui kedatangan ku, tersenyum menyambutku hingga perasaan gugup itu perlahan surut ketika melihatnya dan begitu saja membuatku ikut tersenyum.

Melihat ekspresi tegang Mas Dion, kurasa tak jauh beda dengan ku jika dirinya sedang merasakan kegugupan apalagi dirinya yang mengucapkan ijab qobul untuk ku.

Suara papa yang menikahkan ku, hingga suara lantang Mas Dion yang mengucapkan namaku, membuat sesuatu dalam dada begitu bahagia, kebahagiaan yang berbeda dari lainya.

Mama yang berada tak jauh dariku duduk berdampingan dengan ibu, menangis dan berpelukan ketika kata sah dari saksi nikah ku dan Mas Dion menggema.

Mencium tangan Mas Dion sebagi tanda hormat istri kepada suaminya, hingga kecupan di keningku dari bibir Mas Dion, membuat rasa bahagia yang berada di dalam dada kembali muncul.

Rasa haru bahagia membuat ku meneteskan air mata, terlalu merasakan bahagia bisa melihat senyum bahagia Papa, melihat Mama yang juga terharu hingga menangis dan berpelukan dengan ibu, kini aku bisa melaksanakan kewajiban ku sebagai anak yang mewujudkan permintaan kedua orangtuaku.

"Kenapa nangis?"

Mas Dion dengan tangan yang dingin mengusap air mataku, air mata bahagia ku, membuat ku semakin malu ketika suara-suara di sekitar kami yang sedari tadi memotret dan merekam momen akad nikah kami.

"Dion modus"

"Sabar entar malam enggak sekedar elus pipi"

Mendengar kata malam, membuat pikiranku semakin berkelana ke hal-hal yang tidak biasa, dan itu membuat jantungku semakin berdebar kencang.

Acara selesai berlanjut dengan makan bersama tamu undangan akad nikah yang mana semua nya adalah keluarga besar kami berdua.

"Suapin dong Ken, istrinya"

Kali ini yang menggoda kami adalah Mbak Dina yang duduk di hadapan kami dengan seorang laki-laki yang kutahu adalah seorang polisi, teman lama Mba Dion bermain futsal selama di Kediri.

"Mau makan? Sini haa, buka mulutnya"

Aku yang sebelumnya sedang meneliti, menilai seorang laki-laki yang bersama Mbak Dina, kembali terkejut dengan perlakuan Mas Dion yang tak lagi dingin padaku.

"Dek pindah yuk, jangan ganggu pengantin baru"

Aku dan Mas Dion menjadi terkekeh melihat kakak ipar ku bersama calon nya yang meninggalkan kami berdua.



Tbc

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang