Hani 16

7.5K 810 68
                                    

Siapa yang akan menyangka, aku bakal melewati hari ini, bisa berlibur dengan Mas Dion, yang kata dirinya adalah berkencan.

Benar-benar tak tahan untuk tidak tersenyum bahagia, sepanjang waktu tangan ini tak lepas dari genggamannya, serta perhatian-perhatian kecil darinya yang mulai membuka payung untuku, membukakan tutup botol, atau membenahi tali sepatu ku yang terlepas.

Dan lebih menyenangkannya saat ini kamu memiliki kaos pasangan, yang aku kira Mas Dion tak setuju ternyata menyetujui nya bahkan mempercayaiku untuk memilih sesuai keinginan ku.

Mampir ke rumah Mbak Galuh, yang berada lumayan jauh dari Magelang, tetapi kata Mas Dion sekalian saja mumpung kita liburan.

Di sambut hangat oleh sang pemilik rumah, kemudian Mas Dion pamit untuk beristirahat sebentar di kamar tamu, sedangkan aku lebih memilih mengobrol dengan Mbak Galuh lebih tepatnya aku sedang di interogasi oleh beliau, tentang hubungan ku dengan Mas Dion sudah tahap dimana.

"Kata Amar bulan depan pernikahan kalian, gimana sudah mencair belum si es batu?"

Sebenarnya aku bingung sendiri, karena perubahan sikap Mas Dion pun baru kurasakan beberapa hari ini, sehingga aku belum bisa memastikan perasaan dirinya padaku.

"Lumayan juga tekanan yang di berikan Dina, biar nanti Mbak Galuh prospek juga tuh anak"

Hingga waktu sudah sangat sore, aku telah mandi serta mengganti baju dengan baju yang tadi kubeli, rok pendek batik dengan kaos yang berpasangan bersama Mas Dion.

Mas Dion masih begitu pulas tidurnya, Mas Panji memintaku untuk membangunkannya karena waktu ashar yang hampir menuju magrib.

"Mas, Mas Dion"

Badan yang sedari tadi ku tepuk-tepuk tak juga segera terbangun, hingga akal cerdas ku memberikan sebuah ide untuk memencet hidungnya agar Mas Dion sulit bernafas dan pastinya akan terbangun.

Ternyata aku benar-benar cerdas, setelah kubangunkan dengan cara memencet hidung nya, mata itu akhirnya terbuka.

"Kamu nakal banget sih"

Suara parau khas baru bangun tidur, kemudan dirinya menggeliat dan tanpa kuduga tangannya menarik kepalaku untuk mengecup keningku.

"Cieh baju baru"

Aku hanya bisa terbengong melihat perlakuan nya disertai selorohannya, yang menggoda ku dengan apa yang kukenakan.

Mas Dion telah menghilang di balik pintu kamar mandi, aku baru saja tersadar dari keterkejutan ku.

"Mas Dion cium keningku?"

Hatiku berbunga-bunga, senyum bahagia ku mengembang, begitu recehnya aku di kecup kening saja sudah begitu girang.

Menunggu Mas Dion yang sedang membersihkan badan, duduk berdua bersama Mbak Galuh di taman belakang rumah diatas ayunan dengan menunggui sang anak-anak yang sedang bermain.

Tak lama Mas Panji bergabung bersama kami berdua, duduk pada salah satu kursi yang berada di taman menggoda putra bungsunya yang sibuk bermain.

"Cieh bajunya kembaran"

Godaan dari Mbak Galuh di sambut dengan santai oleh Mas Dion, yang kini ikut duduk di samping Mas Panji.

"Kitakan anak panti, iya kan Han?

Setelah itu aku hanya bisa terdiam karena lagi-lagi di kejutkan oleh tingkah Mas Dion, sedang dua pasangan suami isteri sang pemilik rumah, lebih untuk berteriak menyoraki Mas Dion yang tadi menjawab godaan Mbak dengan mengedipkan satu matanya kearahku.

"Setelah ini kalian mau balik Semarang?"

Pertanyaan Mas Panji, membuat ku menoleh kearah dua laki-laki yang duduk pada bangku taman, tak jauh dari ayunan tempatku duduk bersama Mbak Galuh.

"Ya enggak lah, kita mau jalan-jalan dulu ke Malioboro kok, kencan gitu"

Mas Panji semakin tertawa lebar, menggoda Mas Dion. Pasti semua orang tak akan percaya jika bersama orang-orang yang sudah di anggap nyaman, sudah lama mengenalnya, Mas Dion tak sedingin dan pendiam seperti biasanya.

Bahkan kadang kalanya ketika kami memasak bersama, Mas Dion juga tak jarang mengomeliku ketika aku melakukan kesalahan.

"Heh kulkas, memang kamu cinta sama Hani, ngajakin anak orang kencan segala"

Benar-benar menjalankan niatnya Mbak Galuh, yang bertanya kepada Mas Dion dengan berteriak, tanpa adanya basa basi.

"Lah, sudah mau aku nikahin ya berarti sudah lah"

"Semoga bukan mimpi di sore hari"



Tbc

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang