Hani 3

9K 708 25
                                    

Hari kedua ospek, seperti halnya ospek selama ini yang mahasiswa baru jalani.

Berangkat pagi-pagi, mengikuti kegiatan yang di tentukan senior, mendapatkan hukuman jika melanggar peraturan, dan pulang saat sore, jangan lupakan ajang pencarian pacar juga bisa kita lakukan.

Tapi tak untuku, karena jodoh untuku telah di tetapkan, apalagi pria itu selalu memantau tingkah polah ku selama di kampus, bukan hanya kampus melainkan selama di kota ini.

Pulang ospek kali ini, berjalan kaki hingga sampai di tempat kost, entah kemana si kulkas tak menemuiku hari ini, hanya bertemu sebentar saja saat dia menyampaikan materi di kelas ku.

Usai sholat magrib, bergegas aku untuk belanja keperluan ospek ku besok, karena akan ada materi baru yang harus ku siapkan, perlengkapan ornamen ospek untuk sekedar kedisiplinan.

Berbekal tanya kesana kemari pada penghuni kost lainya, kuputuskan untuk mencari semua perlengkapan di salah satu Mall, pasti semua tersedia disana.

Memesan ojek online, dan menunggu nya di teras kost, sambil bertukar kabar dengan teman-teman ku.

"Assalamualaikum"

Salam dari si kulkas, yang tiba-tiba muncul di depan pagar.

"Waalaikumsalam"

"Mau kemana?"

Mas Dion terlihat meneliti penampilan ku dari atas hingga bawah.

Belum sempat aku menjawab, ojek online yang kupesan telah datang.

"Mbak Noorah?"

Aku memang kini ikut berdiri di depan pagar kost, karena mas Dion tetap berdiri di depan pagar meskipun kupersilahkan duduk di kursi teras.

Tukang ojek menyebutkan nama depanku, mas Dion pun menoleh.

"Mas, Hani mau belanja keperluan ospek besok"

Pamitku hati-hati, aura dingin dan kakunya memancar sedari tadi.

Tanpa kata-kata mas Dion, mengeluarkan uang dari dompet nya di berikan pada tukang ojek.

"Maaf ya pak"

Membayar tagihan ojeku kemudian memohon maaf.

Bapak tukang ojek berterima kasih kemudian memohon pamit.

"Ayo"

Membukakan pintu mobil untuku, dan memintaku untuk segera masuk kedalamnya.

Akhirnya malam ini tak sekedar berbelanja kebutuhan ospek besok, tetapi makan malam bersama, bukan hanya berdua melainkan juga bertemu dengan clienya.

Seperti adik kecilnya yang sangat bodoh, obrolan mereka mambahas seputar dunia kerja, bahkan politik, aku hanya bisa diam menikmati makanan ku, dan sesekali bermain ponsel.

Akhirnya tiga orang lelaki yang sedang makan satu meja dengan ku ini, menyadari keberadaan ku setelah sekian menit hingga jam, aku tak di anggap.

"Adiknya mas Dion ini?"

Orang yang sejak tadi di panggil pak oleh mas Dion, mengawali pertanyaan untuku.

Mas Dion hanya tersenyum, dan menoleh kearah ku.

"Pacarnya Dion ini pak"

Lelaki yang kurang lebih di atas mas Dion, ikut bersuara.

"Adiknya apa pacarnya mas Dion, dek?"

Bapak-bapak itu kembali bertanya, terlihat sangat penasaran, mungkin karena aku terlihat kekanak-kanakan.

Aku juga hanya tersenyum, menjawab pertanyaan mereka.

"Jawab dong, di tanya itu loh"

Mas Dion pertama kalinya mengajak ku bicara dengan tersenyum hangat.

Memang sangat berbeda, mas Dion saat bersama teman-temannya sangat terlihat santai, tertawa lepas, bercanda saling menggoda.

"Jawab apa?"

Jawaban ku membuat tiga orang lelaki dewasa di depanku terkekeh, aku benar-benar seperti anak kecil yang di becandain oleh para orang dewasa.

"Calon isteri saya pak"

Dengan tiba-tiba merangkul pundaku, sambil mengusap kepalaku.

Aku pun terkejut dengan penjelasan mas Dion, seakan otak berhenti, jantung ku berdegup kencang.

Biasanya mas Dion mengenalkan ku pada temannya, sebagai adiknya, adik sepupu nya.

"Ya Allah, si kulkas kok jadi enggak bikin dingin sih, rusak kali ya?"








Tbc

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang