Hani 25

8.4K 509 40
                                    

Melihat Mas Dion yang tertidur pulas karena kecapekan membuat ku ikut bergabung bersama nya.

Membawa tanganya untuk kujadikan bantal, serta tangan lainya untuk memeluku, karena dengan posisi seperti ini membuat ku menjadi semakin hangat dan nyaman.

Seminggu tidur dengannya, dalam pelukannya membuat ku telah terbiasa dan menjadikan ku kecanduan.

Hingga entah di pukul berapa Mas Dion membangunkan ku, bahkan mengangkat tubuhku hingga di depan pintu kamar mandi, dan memintaku untuk segera mengambil wudhu.

Berjamaah berdua dengan laki-laki yang telah menjadi imamku ini, seperti biasanya di saat akhir doa yang dia panjatkan dan kuaminkan, maka mencium tangannya dan kecupan di kening ku adalah ritual wajib bagi kami, tetapi aksi itu tetap saja membuat dada berdesir.

Hari telah larut malam, dan Mas Dion mengatakan jika kita kewisata malamnya adalah besok bukan hari ini, karena seharian ini kami terlalu lelah.

Kembali ke atas ranjang, membalas pesan dari teman-teman yang mengomentari foto yang tadi sore ku posting sebelum menyusul Mas Dion tidur.

Bahkan komentar dari Mbak Galuh lebih menarik untuk disimak, bukan hanya komentar tentang fotoku yang bergaya pada pemandangan indah melainkan, sebuah tips yang harus kulakukan jika seseorang yang kini melipat sarungnya itu tak akan bisa romantis, dan harus kupancing, menunggu dirinya lebih dulu pasti tak akan terjadi yang namanya ibadah pengantin baru.

Dan pesan dari kakak iparku yang kurang lebih berisi sama dengan pesan Mbak Galuh, hingga apa yang dua wanita itu katakan benar terjadi.

Tanpa ada kata-kata romantis atau rayuan, Mas Dion lebih memilih langsung untuk bertindak, berawal mengecup keningku hingga turun sampai kebibir.

Ciuman yang beberapa hari ini kami lakukan, saling mencecap dan menyalurkan rasa cinta dan kehangatan.

Teringat jika ada bulu dalam beberapa lekuk tubuhku, dan rasa percaya diri ku akan memberikan sesuatu yang berkesan untuk hal pertama bagi kami, dan tips dari Mbak Galuh pun harus kujalankan.

Izin untuk buang air kecil, bukan hanya buang air kecil, melainkan membersihkan badan ku, beruntungnya semua peralatan mandi serta keperluan berdandan ku berada di dalam kamar mandi.

Saat masih berada di kamar mandi, kurasa suamiku sudah tak tahan hingga menggedor pintu kamar mandi, dan berteriak mencariku seolah aku hilang masuk kedalam closed saja.

Percaya diri ku kembali, ketika badan terasa segar, wangi saat nya siap menjalankan kewajiban untuk memberikan Hak Mas Dion.

Tetapi tidak dengan baju tidur yang di sarankan Mbak Galuh, aku masih terlalu malu untuk mengenakannya, bahkan membayangkan saja aku sangat tak kuat.

Saran Mbak Dina, untuk menunjukkan leher mulusku, ingin tertawa tetapi tetap kulakukan.

Dan semuanya itu benar, Mas Dion tergoda, hingga di menit kedua bukan Mas Dion saja yang tergoda, aku pun telah tergoda akan perlakuan Mas Dion, ternyata kecupan pada leher itu juga nikmat rasanya.

Tanpa malu lagi, kunikmati perlakuan Mas Dion, harus kurilekskan tubuhku dan jantungku.

Hingga alarm perut mas Dion berbunyi, ternyata suamiku kelaparan, memang tadi sore mas Dion tak makan di saat aku menikmati sepiring gado-gado setelah siangnya kami menikmati bakso Malang.

Mas Dion bangkit dari ranjang, menanyakan kepada ku untuk makan apa, tetapi aku merasa tak lapar dan akhirnya Mas Dion keluar dari kamar villa, dan pergi mencari makanan.

Kepergian Mas Dion membuat ku teringat akan yang baru saja kami lakukan, antara malu menginggat nya dan juga senang bukan main bisa membuat Mas Dion terpancing olehku, meskipun tak ada kata-kata romantis.

*****

Kuhubungi Mbak Dina, karena hanya dirinya lah yang ketika kuhubungi tak akan mengganggu pasangannya.

Dengan tekad yang bulat, kulakukan yang telah dipaksakan oleh kakak iparku, kubongkar tas yang berisi pakaian dalamku, pasalnya kusembunyikan di tas itulah pakaian tidur yang di hadiah kan oleh budhe Mas Dion yang tinggal di Jakarta.

Berkali-kali kupatut tubuh ku di depan cermin, kuoleskan pelembab bibir pada bibirku, dan kembali kesemprotkan parfum pada tubuhku, entah sudah berapa banyak sejak tadi kubersihkan badanku.

Segera kumasuk kedalam selimut ketika mendengar tanda-tanda kedatangan Mas Dion.

Mas Dion masuk kedalam kamar mandi, terlihat mengguyur badannya karena suara Mas Dion yang terdengar begitu keras beraksi menerima sapuan air.

"Kenapa mandi malam-malam Mas?"

Benar yang kutebak, Mas Dion terlihat basah akan air dan kaos serta celana pendeknya telah berganti.

"Ketumpahan kuah mie"

Berjalan menuju sakelar lampu, dan menyisakan lampu tidur yang masih terlihat terang untuk sekedar melihat wajah suamiku yang kini naik keatas ranjang, dan masuk kedalam selimut bersama ku.

Deg,deg,deg

Jantung sudah tak karuan, ketika Mas Dion menariku untuk mendekat, dan memeluku.

Kulit ku yang langsung bersentuhan dengan tangan dinginya, begitu terasa semakin membuatku gugup.

"Kamu ganti baju?"

Bersama dengan Mas Dion membuka selimut yang menutupi tubuh kami, dan matanya beberapa kali mengerjab, seakan tak percaya apa yang telah kulakukan di depan nya.

Antara malu dan takut ketika mata Mas Dion begitu fokus pada tubuhku, melihat dari ujung kaki hingga ke kepala.

"Ma maafin Hani_"

"Ssst_"

Tbc

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang