Hani 6

8.7K 710 26
                                    

Tanpa terasa sudah enam bulan aku menjadi mahasiswa, berarti satu semester terlewati.

Dua minggu yang lalu saat aku selesai ujian semester, dan nilai-nilai ku tak butuh untuk perbaikan, kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman.

Dan kini, liburan semester telah usai jadi aku harus segera kembali ke Semarang, kembali merantau menjadi mahasiswa.

Sebenarnya selain liburan semester kepulangan ku ke Kendari dua minggu ini, juga untuk menghadiri pernikahan kakak ku, kak Harvey.

Benar-benar jodohku nantinya adalah mas Dion, bagaimana tidak kak Harvey minggu lalu menikahi sang kekasih, bukanya menikah dengan kak Dina.

Berarti pemersatu kedua keluarga itu tetap berlangsung dengan aku dan mas Dion nantinya yang akan menyatukan dalam pernikahannya kami.

Mas Dion izin tak hadir dalam pernikahan kak Harvey, karena harus bekerja tetapi dengan hadirnya kedua orangtuanya serta sang kakak, bentuk perwakilan darinya.

Hari ini aku akan kembali menuju Semarang, dengan penerbangan di pukul sepuluh siang, dan saat ini pukul sembilan aku telah duduk manis di bandara, bersiap untuk berangkat ke kota dimana aku menuntut ilmu.

Membawa berbagai macam oleh-oleh untuk teman-teman kost, teman-teman kampus hingga oleh-oleh spesial yang di siapkan mama, untuk mas Dion.

Pukul sepuluh lebih beberapa menit, pesawat yang kutumpangi siap membawaku menuju kota lumpia itu.

Hingga di siang hari, kurang lebih pukul dua belas, telah tiba di Semarang, dengan membawa barang-barang miliku yang tak sedikit, mas Dion tanpa ku tahu telah menungguku di pintu keluar.

"Hemm"

Dehemannya, serta mengulurkan tangannya untuk kusalami, dan tentunya segera kujabat, tetapi tanpa kuduga tanganku di arahkanya ke mukaku, sehingga aku mencium punggung tanganya.

"Siniin"

Menarik tas ransel yang berada di pundaku, dan beberapa detik kemudian tas ransel ku sudah beralih pada punggungnya.

Aku hanya menarik koperku yang hanya berisi oleh-oleh, makanan khas Kendari yang di siapkan oleh mama.

Berjalan mengikuti mas Dion menuju tempat parkir mobil nya.

Di masukan ransel serta koper miliku pada bagasi, kemudian hal yang langka terjadi, mas Dion membukakan pintu mobil untuku.

"Terimakasih mas"

Senyum bahagia ku, karena perhatian kecil yang sangat langka di berikan oleh mas Dion, membuat bahagia tersendiri bagiku.

Memang selama enam bulan kami sering, jalan berdua tak pernah sekalipun mas Dion membukakan pintu mobil untuku.

"Sudah makan?"

Lagi-lagi sebuah kelangkaan, seorang mas Dion bertanya padaku terlebih dahulu, biasanya saja langsung berbelok ke rumah makan, tanpa menanyakan aku yang lapar atau kenyang.

"Belum"

Mas Dion hanya mengangguk, kemungkinan fokus pada jalanan kota Semarang, melajukan mobilnya dan berbelok di salah satu restoran yang bagiku cukup mewah.

Setelah kami keluar dari mobil dan masuk kedalam restoran, mencari tempat duduk yang kami rasa nyaman.

Dan kini hal langka kembali hadir, mas Dion menggeser kan kursi yang akan kududuki, mempersilahkan ku duduk.

Memintaku untuk memesan makanan, setelah pegawai restoran memberikan buku menu, kemudian mas Dion izin untuk sholat dhuhur terlebih dahulu.

Memesan sesuai yang kuinginkan, sedangkan mas Dion bilang ikut saja dengan ku.

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang