Hani 23

7.3K 778 47
                                    

Ujian semester hari terakhir, di antar hingga di temani sampai waktu pulang oleh suami, yaitu Mas Dion.

Sangat tak biasanya Mas Dion betah, dan sabar hanya duduk-duduk tak melakukan apapun, menungguiku di kampus.

Dan kurasa mulai saat ini satu kampus akan mengetahui status kami berdua, pasalnya saat kami turun dari mobil Mas Dion menggandeng tanganku menuju ruang ujianku, meskipun selama berjalan di koridor kampus tak ada percakapan apapun diantara kami, tetapi wajah dingin yang dahulu selalu di tunjukkan ketika bersamaku kini tak ada lagi.

Hingga siang ini, ketika aku keluar ruang ujian, Mas Dion menunggu ku di kantin sehingga memintaku untuk menemuinya disana.

"Gimana ujianya?"

Selain terkejut juga membuat ku salah tingkah, apalagi sesuatu yang tak biasa dia lakukan ini di tunjukkan di depan banyak orang, tangan yang mengusap kepalaku lembut.

Kuperhatikan sekeliling kantin, mekipun dari sekian banyak orang tak banyak yang memperhatikan kami, tetapi ada beberapa orang yang melihat apa yang di lakukan Mas Dion.

"Mas Dion, kalau sama adiknya kelihatan sayang banget ya?"

Itu bukan ucapan ku pastinya, Mas Rio kakak tingkat ku juga adik tingkat Mas Dion pastinya, mungkin selama ini semua orang mengetahui status saudara antara ku dan Mas Dion, apalagi sifat Mas Dion yang terlihat cuek dengan orang lain.

Mas Dion menoleh kearah meja kantin samping kami, tersenyum dan berkata yang tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran ku.

"Adik ketemu gede, iya kan Dek?"

Mengira jika sebuah percandaan tanggapan yang di berikan oleh Mas Dion, hingga membuat semua yang berada di sekitar kami tertawa dan menanggapi dengan percandaan.

"Hani buat saya ya Mas"

"Memangnya barang, enak saja buat kamu aku juga mau kalau gitu"

"Mas Dion masak enggak pingin punya adik ipar saya"

Becandaan mereka semua, di tanggapi dengan senyum kecut oleh Mas Dion, dan jangan tanyakan lagi bagaimana diriku, pastinya sudah ingin membuka mulut memberi tahu mereka semua siapa aku ini sebenarnya, karena sangat tak nyaman ketika laki-laki lain menggodaku di hadapan Mas Dion langsung.

"Hani sudah punya suami"

Kalimat santai yang di lontarkan Mas Dion, lagi-lagi di tanggapi dengan percandaan meskipun berawal mereka semua yang terlihat terkejut.

"Siapa Mas?"

"Anak mana?"

"Gosib itu benar ya Mas?"

Pertanyaan-pertanyaan itu kembali di jawab santai oleh Mas Dion.

"Nanti kalian juga tahu, yuk Dek"

Dengan di gandeng Mas Dion berjalan keluar dari kantin, menuju tempat parkir mobil.

Semakin erat genggaman tangan Mas Dion pada tanganku, ketika melewati gasebo taman yang mana disana telah berkumpul para anak MAPALA, termasuk Mbak Anisa juga Mas Doni.

Menyapa semuanya tanpa melepaskan genggaman tanganku, dengan tetap santai berucap tetapi dapat kurasakan genggaman yang semakin erat, entah ingin menunjukkan status kami atau ada hal lain aku pun tak tahu.

"Maaf ya, acara besok enggak bisa ikut, mau mudik ke Kediri"

Memang semuanya berkumpul untuk membahas tentang rencana naik gunung, setelah ujian selesai hari ini.

Semuanya pun mencoba bersikap biasa saja, meskipun kutahu pandangan dari semuanya tertuju pada tanganku dan Mas Dion yang tetap bertautan.

Setelah dirasa Mas Dion cukup, kami berdua berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.

"Mas, Hani enggak enak sama Mbak Anisa"

Saat ini kami telah berada di dalam mobil menuju rumah.

Mas Dion tetap fokus pada kemudi, tak menyahuti apa yang kukatakan, entah aku salah di bagian mana hingga sikap dingin itu kembali datang, sampai kami tiba di rumah.

Mas Dion masuk kedalam kamarnya, saat aku yang baru saja keluar dari kamar mandi untuk buang air kecil.

"Duh salah lagi"

Gumanku dan masuk kedalam kamar ku sendiri, berniat untuk mengganti bajuku.

Bahkan hingga waktu makan malam Mas Dion tetap mendiami ku, sikap dinginya kembali hadir, dan yang lebih menyakitkan lagi Mas Dion tak masuk kedalam kamarku, dia lebih tidur di dalam kamar miliknya.








Tbc

Jodoh Warisan (Terbit E-book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang