o1

5K 382 4
                                    

Mimpi indah itu.

Mimpi di mana aku pergi ke Canada dan berada di bawah hujan daun maple. Musim gugur di Canada yang selalu menjadi impianku sejak SMP.

Namun aku terbangun dari mimpi indah itu dan segera menatapi realita.

Aku bangkit dari tidurku dan meregangkan otot-ototku. Kemudian aku melamun sebentar dan setelahnya merapikan tempat tidur dan pergi mandi.

Kalian tau? Aku telah hidup seperti ini selama nyaris 1 tahun. Monoton. Aku sangat ingin pulang ke rumah orangtuaku which is adalah saksi utama aku tumbuh sejak lahir.

Seusai mandi aku ke luar dari kamarku. Menuju ke dapur dan menyiapkan sarapan untukku dan suami ku yang bernama Kang Yeosang.

Aku akan menceritakan secara singkat bagaimana aku bisa menikahi seorang Kang Yeosang, si dingin yang sering sariawan alias gak banyak bicara.

Ayahku dan Ayah Yeosang itu bersahabat baik sejak kuliah. Mereka bersaing sehat dalam mendirikan perusahaan dan siapa sangka kedua perusahaan tersebut sukses besar?

Aku dan Yeosang pun bisa dibilang teman, namun juga bisa dibilang bukan karena aku dan dia pernah satu sekolah dulu, tapi aku menangis tersendu-sendu meminta pindah ke sekolah yang sama dengan temanku dan kemudian aku dan dia berpisah.

Lalu, sekitar 1 tahun yang lalu, keluargaku diajak makan malam dengan keluarga Kang. Karena saat itu aku sedang sibuk dengan segala laporanku jadi aku hanya mengiyakan.

Blablabla, tiba-tiba orangtua ku dan orangtua Yeosang bilang bahwa Yeosang dan aku harus menikah. Awalnya aku kaget, tapi aku lebih kaget ketika besok jadwal kuliahku dimajukan karena dosenku ada keperluan.

Aku menolak tentu, tapi gak setegas itu dan berakhir dengan aku menurutinya.

Yeosang pun juga gak menolaknya, kok. Oh, iya, lelaki itu jadi meneruskan perusahaan Ayahnya sedangkan aku masih fokus berkuliah.

Semua persiapan pernikahan dilakukan oleh Mama ku dan Ibu Mey— ibu Yeosang. Aku hanya cukup duduk diam, kecuali saat pemilihan gaun aku agak sedikit sensi karena harus terlihat cantik.

Beberapa bulan kemudian aku dan Yeosang menikah di gereja tempat orangtuaku menikah juga. Yang mengusulkan Om Kang karena katanya tempat itu sangat berkesan.

Hanya di gereja itu aku dan Yeosang melakukan skinship— ciuman kami setelah ucapan janji suci setelahnya kita gak melakukan apa-apa.

Tau apa yang lebih mengejutkannya lagi? Kita berdua pisah kamar. Ini berdasarkan kesepakatanku dan Yeosang, sih. Orangtua kami gak tau menau soal ini.

Ah, lelaki itu ke luar dari kamarnya dan menghampiri meja makan di mana ada aku di sini lagi makan.

"Mau bawa bekal hari ini?" tanyaku. Dia hanya mengangguk. Aku mendecih pelan.

Omong-omong, aku dan Yeosang itu beda setahun, tapi aku memanggilnya Yeosang. Memang gak ada santun-santunnya aku ini.

Kemudian aku beranjak dari kursi dan menyiapkan bekal buat Yeosang. Setelahnya aku menaruh lunch box tersebut di sebelah tangan Yeosang— ralat, iPad nya.

Dia itu dingin sekali! Aku hidup bersamanya selama hampir 1 tahun hanya merasakan dinginnya!

Seperti bukan suami-istri seharusnya!

Aku benar-benar ingin pulang...

Dia mana ada perhatian-perhatiannya denganku. Kalau ku tanya, dia cuma jawab seadanya. Kalau dia tanya, seperti orang yang malas berbicara padaku.

Tapi aku gak bisa bilang ke Mama soal ini karena aku gak ingin Mama merasa aku gak bahagia.

Padahal selama orangtuaku maupun Yeosang ke sini, aku dan lelaki itu perlu berakting seolah-olah kita baik-baik aja. Setelahnya, dia meminta maaf karena sudah membuatku tak nyaman.

Huft. Membosankan.

"Aku berangkat," ujarnya dingin. Dingin sekali, kulkas kalah dingin sepertinya.

"Hati-hati." kataku yang ia balas dengan anggukan. Lalu, ia pergi dengan mobilnya.

Selagi aku mencuci piring, memikirkan bagaimana 10 tahun lagi? Apakah akan tetap seperti ini?

Bukan selagi mencuci piring saja, sih, tapi setiap hari.

Jujur saja, siapa juga yang gak terpana dengan Yeosang?

Dia tampan, tinggi, kaya raya, dan pintar.

Seharusnya aku bersyukur, kan?

Iya... seharusnya.





























Bagaimana? Apa kabar? Hehe, aku comeback dengan cerita baru! Seperti biasa, ini murni halu-an ku dan gak ada acara menjiplak karya seseorang!~

Btw, cerita ini pembawaannya agak lebih sedikit dewasa gitu, ya. Dewasa maksudnya perilaku bukan adegan dewasa (who knows) dan aku udah peringatkan, yaw!

Happy reading!!

✔️[3] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 : 𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙔𝙚𝙤𝙨𝙖𝙣𝙜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang