Semua Kisah Telah Usai

75 4 1
                                    

Hari ini, aku mengerti mengapa Tuhan mengharuskan kita memilih jalan hidup masing-masing (pada waktu itu). Aku memilih pergi darimu lalu melanjutkan hidupku sebagaimana yang Tuhan-ku mau.

Kemudian waktu membawaku pada kehidupan yang baru. Yang tentu saja tanpamu.

Hatiku pernah hancur waktu lalu-sehari setelah aku memutuskan untuk menjauh-dari hidupmu. Aku terisak dalam sesak. Betapa mencintai itu teramat berat. Namun melepaskanmu pun harus kulakukan sebab kecintaanku kepada Tuhan lebih besar.

Seiring waktu berjalan, Dia mengajarkanku banyak hal. Tentang bagaimana menjadi muslimah seutuhnya. Bagaimana berjilbab yang sebenarnya. Bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis yang sesungguhnya.

Aku menjaga jarak dengan siapapun pria yang kutemui. Tidak pernah kubiarkan siapapun untuk masuk. Dan mulai kuulurkan hijab panjang dan tebal ke seluruh tubuh. Hingga kututupi wajah ini dengan sehelai kain. Menutupi senyum yang dulu pernah membuatmu luluh.

Aku belajar banyak hal setelah tanpamu. Kupikir, kau pun sama. Setelah perpisahan kita, kamu juga memperdalam ilmu agama. Nyatanya tidak. Bagaimana mungkin seorang pria muslim tidak bisa menjaga jarak dengan wanita yang bukan mahramnya?. Ini sungguh mengejutkan. Apalagi itu kamu yang amat kukagumi sikap dinginnya terhadap wanita.

Tetapi hari ini kau membuktikan sendiri bahwa kau bukan pria yang layak untuk dijadikan seorang pendamping. Kau bukan lagi pria yang kukagumi itu. Kau bukan lagi sosok yang dulu begitu baik menjaga pandangan dan juga iman. Rupanya setelah tidak denganku, kau berubah menjadi lebih buruk.

Kedekatan itu amat menyesakkan dada. Ada bulir-bulir air mata yang tak sengaja menetes seketika. Ada rasa kecewa yg mendalam. Namun kutepis semuanya dengan satu kata, bahwa inilah alasan mengapa Allah memisahkan kita (dulu). Rupanya kamu bukanlah yang terbaik untukku.

Setelah patah hati hebat berhasil kulalui, tak pernah kuduga kebaikan Allah akan secepat ini datang menghampiri. Merasa baru saja kemarin aku dihujani kekecewaan. Merasa baru saja kemarin aku diselimuti kedukaan yang mendalam. Lalu, tanpa menunggu waktu lama Allah datangkan seseorang untuk menyembuhkan.

Allah tahu, saat itu aku sedang butuh-butuhnya sandaran berwujud bahu seorang pria. Allah juga tahu, saat itu aku sedang payah-payahnya bangkit dari keterpurukan, setelah percayaku dikhianati habis-habisan. Sungguh itu adalah akhir penantian yang menyedihkan. Ketika aku berdoa, semoga dengannya Allah jodohkan. Namun, rupanya takdir berkehendak lain. Dalam doanya, tak lagi ada aku di sana.

Aku pulang, dan mengaku kalah. Doa-doaku gugur dari langit berjatuhan. Malam itu, aku berada pada pemakaman yang paling duka. Menikmati rasa sakit yang menghujam tepat sasaran. Diam-diam, kuberi selamat untuknya. Semoga berbahagia. Semoga tidak salah menentukan langkah.

Hidup memang terkadang semengenaskan itu. Dan aku pernah berada pada posisi yang amat sangat menyesakkan. Hingga, aku menyarankan pada semua perempuan untuk tidak menunggu seseorang dalam ketidakpastian. Sebab, itu hanya akan berujung pada kekecewaan yang mendalam.

Biarlah aku saja yang merasakannya. Biar aku saja yang tahu bagaimana pedihnya. Karena untuk tetap bertahan pada ujian seberat ini, itu tidak mudah. Tertidur, berdzikir, bersujud, semua pernah kulakukan dalam keadaan berderai air mata.
Itulah titik puncak dari rasa sakit yang pernah ada.

Sampai pada akhirnya, aku berhasil melaluinya dengan baik. "Laki-laki itu, tidak pantas untuk perempuan sebaik kamu." Ucapku di depan cermin. Berusaha menguatkan diri sendiri sembari menghapus bulir-bulir yang masih tersisa di pipi.

"Kamu pantas untuk laki-laki yang lebih baik. Dan Allah punya stok laki-laki shalih di luar sana. Tugasmu sekarang, perbaiki diri, bangkit dan lakukan yang terbaik. Bertumbuhlah, agar kelak kamu bisa melihat penyesalan di matanya. Bahwa menyia-nyiakan kamu adalah sebuah kesalahan yang tak bisa ia bayar dengan apapun juga." Gumamku.

Terimakasih karena atas kejadian ini, membuatku merasa bersyukur atas keputusanku setahun yang lalu untuk pergi darimu. Nyatanya kau tidak layak sama sekali dijadikan imam dalam sebuah rumah. Dan akhirnya aku memiliki alasan yang kuat, mengapa aku harus berhenti mengharapkanmu untuk kembali.

Semua kisah telah usai.
Karena seseorang yang kutunggu telah menemukan tempat pulang yang baru.

Jangan lupa kasih bintang nya ya
👌😊
@zharia_zh96

Hijrah Cinta Sang Akhwat FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang