Mata Biru Buat Bunda

277 11 0
                                    

Dendi membolak-balikkan gantungan plastik yang berisi beragam mainan. Abang penjual agar-agar hanya bisa pasrah melihat tingkah laku Dendi. Mana bisa si abang penjual komplain pada pembeli. Apalagi si pembeli kan raja. Jadi ia berhak menimbang dan membandingkan sebelum membeli barang. 

“Cari yang model kayak gimana sih, Nak?” tanya si Abang penjual agar.

Tangan Dendi masih membuka satu persatu tumpukan plastik mainan, aneka jepit rambut, cincin, dan lembaran gambaran yang tergantung. Ia tidak memedulikan abang penjual. 

“Ntar Abang bantuin cari. Kalau emang kagak ada di situ. Abang masih simpen stok di laci sini,” ujar abang penjual menunjukkan laci kecil di bawah kotak kaca agar-agar. 

Mendengar hal itu, Dendi berhenti mengacak-ngacak aneka mainan dan pernak-pernik berbahan plastik itu. Lalu berkata,” Abang punya stok selain yang digantung di sini?” Dendi pun berjongkok agar tubuhnya sejajar dengan tinggi laci yang ditunjuk abang penjual. 

Mata Dendi membulat senang. Ada kilau harapan dan kegembiraan di sana. 

*

Dinar pulang disambut Dendi dengan tawa bahagia. Dendi menggamit lengan Dinar, dituntunnya hingga duduk di sofa ruang tengah. Sedang Dinda, asyik menonton acara talk show yang dibawakan oleh pembawa acara berpakaian serba hitam. 

“Pasti ada maunya tuh,” sindir Dinda dengan tatapan mata yang tidak lepas dari televisi. 

Dendi tidak memedulikan sindiran kakaknya. Sedang Dinar tanpa banyak kata melihat tingkah anak yang berusia sembilan tahun itu dengan penuh pertanyaan di benaknya. Dendi sudah menyiapkan teh hangat beserta pisang goreng yang masih mengepulkan uap panas di atas meja. Sepatu hitam Dinar pun sudah berganti sandal rumah. Dendi menyiapkan semuanya dengan baik. Membahagiakan Dinar yang menyisakan rasa penasaran dan kata “tumben”.

“Ada apa sih anak bunda sampai manjain bunda begini?” Dinar tersenyum nakal sambil mengadu bahunya dengan Dendi. Dendi hanya menunduk malu dan tersenyum penuh arti.

“Hmm… ,” ucapnya dengan wajah tetap menunduk, “ini buat bunda,” lanjutnya. Setelah anak bertubuh agak gempal itu mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat dari karton dari celah sofa. 

Dinar menerima kotak yang diberi Dendi. Setengah mati Dinar menahan bulir air agar tetap berada di sudut matanya setelah melihat apa yang diberi oleh Dendi. 

“Itu untuk pengganti mata biru dari ayah yang hilang.”

Dan pertahanan Dinar pun sia-sia. Setetes air menyembul keluar dari sudut matanya. Ia begitu terharu ketika Dendi memakaikan cincin plastik bermata biru di jari manisnya. 






Aneka Cerita AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang