Gelembung Balon Sabun

108 2 0
                                    

Cuaca siang hari itu tidak terik. Awan menyembunyikan matahari. Membuat Latief dan Didit yang berjalan sepulang dari rumah tante  Latief merasa dipayungi oleh awan.  Teduh.

Hari itu Latief meminta Didit menemaninya untuk mengantar ketupat lebaran.  Rumah tante Ai adik bunda hanya berbeda RT dengan tempat tinggal Latief. Jarak tempat tinggal keduanya cuma kurang dari setengah jam dengan berjalan kaki.

Di tengah perjalanan, Latief dan Didit melihat gelembung balon sabun bergerombol mengudara. Tidak ada yang menarik dari gelembung balon sabun tersebut. Itu hanya mainan untuk anak kecil. Hanya saja, di masa sekarang ini, dimana anak-anak sekarang asyik bermain dengan gawai, masih adakah anak-anak yang berminat main gelembung balon dari sabun?

"Dulu kita juga pernah main gelembung balon dari sabun seperti itu juga ya, Tief?"

"Iya, dulu kita buat sendiri dari campuran sabun cuci dan... ."

"Air, lalu dikocok," sambung Didit memotong ucapan Latief, "dan kita buat alat tiupnya dari sedotan plastik, yang diikat ujungnya menjadi bulatan untuk membentuk balon ketika dicelupkan ke air sabun."

Suara tawa riang mereka berdua mengudara, mengiringi gelembung balon sabun yang makin meninggi lalu pecah.

"Kamu nggak tertarik untuk menjadi saingan adikmu main gelembung balon sabun kan, Dit?" tanya Latief sambil menyenggol bahu Didit dengan kedua alisnya turun naik. Meledek.

"Nggak lah," bantah Didit, "kita tuh baru aja masuk SMP. Masa masih main gelembung balon sabun kayak gitu."

Tiba-tiba langkah kaki mereka berdua terhenti. Apa yang dilihat oleh mereka sungguh tidak disangka.

Sebuah becak tua yang besi-besinya sudah karatan, jok kulit tempat duduk yang warnanya sudah memudar. Belum lagi tambalan sudut jok tersebut karena robek, pastinya.

Di depan becak itu, seorang kakek tua memakai topi caping anyaman bambu yang sudah lusuh. Sama dengan pakaiannya yang berwarna putih tapi sudah berubah warna menjadi coklat susu.

Dengan beralaskan sandal jepit butut, kakek tua itu duduk. Entah untuk apa ia duduk beralaskan sandal, bila celana yang dikenakannya saja tidak berbeda dengan kemejanya. Lusuh dan sedikit kotor kerena percikan sabun.

Dihadapannya berjejer botol-botol sabun yang dikemas dalam botol bekas air kemasan. Botol-botol itu berisikan air sabun berwarna biru dan merah.

Terlihat sang kakek sibuk menyelupkan kawat berbentuk bunga yang dibalut benang wol ke dalam air sabun yang ditaruh di atas piring. Lalu tangannya di ayun dari bawah ke atas membentuk lengkungan. Gelembung balon sabun pun mengudara, terbang ke udara lepas. Tapi sayang, orang yang sedikit melewati sang kakek, pergi berlalu tanpa ketertarikan pada atraksi sang kakek yang menjajakan dagangannya.

"Nggak bawa uang, nih."

"Sama."

"Jadi kita bisa bantu apa, dong?" tanya Didit.

Latief dan Didit rupanya ingin membantu sang kakek agar dagangannya laku. Pinggir jalan siang itu sepi. Paling beberapa orang saja terlihat berlalu-lalang.

Latief dan Didit berdiri di bawah pohon tidak jauh dari sang kakek dan becaknya. Mereka berdua terdiam, tapi tidak dengan pikirannya. Mereka memutar otak mencari cara agar bisa membantu sang kakek menghabiskan dagangannya yang tidak banyak.

Tiba-tiba Latief berseru gembira, "aha!"

"Ide apa yang kau dapat, Tief?" Didit tidak sabar bertanya ketika melihat mata berbinar Latief.

"Gimana kalau kita bantu kakek itu jualan sabun balonnya?" jawab Latief dengan senyum gembira.

"Setuju!" Didit menyambut gembira ide Latief. "Tapi siang ini lagi sepi. Tidak banyak orang yang berlalu lalang," ucap lanjut Didit dengan nada sedikit putus asa.

"Kita berjualan dengan berkeliling, Dit. Kakek bisa membawa botol-botol sabunnya di atas becak. Sedangkan kita berteriak menawarkan dagangan." Latief menjelaskan kembali idenya agar Didit mengerti.

"Iya, yah. Kita berkeliling dengan arah jalan pulang. Jadi sekali dayung, dua pulau terlampaui." Didit sungguh mengerti sekarang dengan ide Latief.

"Ayo! Kita hampiri kakek penjual gelembung balon sabun itu."

Latief dan Didit pun menjalankan aksi mereka untuk membantu sang kakek berjualan gelembung balon sabun.

Aneka Cerita AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang