Bermain Bersama Fifi

69 4 0
                                    

"Kakak!" seru Fifi sambil berlari kecil menggendong boneka.

"Kamu jangan ikut kakak!" Fadli berhenti dan menoleh ke arah adiknya datang.

"Pokoknya aku mau ikut!"

Fifi dan Fadli adalah kakak beradik yang terpaut usia dua tahun. Fifi selalu mengikuti kemana kakaknya pergi. Ia ingin seperti kakaknya. Bisa memanjat pohon, bermain layangan, main kelereng, atau bermain bola.

"Kali ini Kakak mau main bola, bukan petak umpet seperti kemarin," ucap Fadli mulai kesal pada Fifi.

"Biar aja. Pokoknya aku mau ikut," ucap Fifi merajuk.

"Ya sudah, terserah," jawab Fadli dengan langkah cepat setengah berlari. Bermaksud agar adiknya tidak dapat mengejar dirinya.

Fifi berusaha mengejar agar tidak tertinggal lebih jauh dari kakaknya. Ia tidak mau bermain di rumah sendirian. Boneka yang ia gendong pun sengaja dilepas terjatuh begitu saja.

Terengah-engah Fifi mengambil napas ditepi lapangan bola. Sedang kakaknya Fadli sudah berada ditengah lapangan, berkumpul dengan teman-temannya.

Mereka sedang mengatur permainan ketika Fifi tiba-tiba muncul ditengah-tengah mereka.

"Fifi! Kan Kakak sudah bilang. Ini permainan untuk laki-laki. Kena bola itu sakit," ucap abangnya dengan nada sedikit kesal.

Teman-teman Fadli membenarkan perkataannya. Mereka pun memberi pengertian bahwa lebih baik anak perempuan bermain dengan perempuan lagi.

Dengan muka ditekuk Fifi merajuk. Fadli merangkul bahu adiknya. Melangkah menuju tepi lapangan.

"Sekarang Fifi melihat kakak bermain saja. Kena tendang kaki sesama pemain itu nggak enak. Nanti yang ada kamu menangis," ucap Fadli sepanjang jalan sambil merangkul bahu Fifi sebelum mencapai tepi lapangan.

"Tapi aku ingin main bersama, Kak," jawab Fifi merajuk sambil menyeret langkah kakinya berat. Berharap kakaknya mengubah keputusannya dan ia bisa diajak bermain bola bersama.

Tidak jauh dari tepi lapangan terlihat beberapa anak sebaya Fifi sedang bermain lompat tali menggunakan rangkaian karet yang diikat seperti kepang rambut.

Lalu Fadli berkata sambil menunjuk kearah kumpulan beberapa anak perempuan yang sedang bermain tersebut,"bagaimana kalau kamu bermain dengan mereka?"

Fifi mengangkat kepalanya yang tertunduk untuk melihat apa yang dikatakan kakaknya.

Fifi mengenal mereka. Permainan itu salah satu kesukaannya. Tapi ia ingin bermain bersama kakaknya. Bukan bersama mereka.

"Ayo, kakak antar kesana!" ajak Fadli pada adiknya.

"Kakak nanti ikut bermain denganku dan mereka, kan?" tanya Fifi sedikit ragu.

"Kan itu permainan untuk perempuan. Kamu masih bisa melihat kakak bermain bola dari sana. Lebih seru kalau bermain dengan sesama perempuan," jawab Fadli dengan tangan tetap merangkul adiknya.

"Sini, Fi, main lompat tali bersama!" seru Andin yang merupakan tetangga satu komplek mereka.

"Iya, sini!" seru Dini.

"Lebih seru bermain berempat. Lebih ramai," lanjut Dini lagi.

"Tuh, mereka ngajak main bareng," ucap Fadli pada Fifi.

Gadis kecil berusia lima tahun itu merasakan ajakan kakaknya melalui rangkulan. Ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju Andin, Dini, dan Nina berada.

"Kamu main lompat tali di sini, ya," ucap Fadli sambil melepas rangkulannya dari bahun Fifi.

"Kakak janji nanti malam kita bermain bersama," ucapnya lagi.

"Betul? Janji, ya?"

"Iya, kita main puzzle, deh, nanti."

Mata Fifi berbinar. Puzzle memang permainan kesukaannya juga selain lompat tali.

"Aku mau main puzzle bergambar Teddy Bear," ucapnya lagi.

"Siap!" jawab singkat Fadli mengiyakan permintaan adiknya itu.

"Ya, udah kakak kembali ke lapangan lagi. Tuh, teman-teman kakak sudah menunggu," ucap Fifi menunjuk ke arah lapangan dengan mengangkat dagunya sedikit.

"Terima kasih adikku sayang," jawab Fadli mencubit sayang dagu adiknya itu.

Kini kakak beradik itu bermain gembira dengan permainannya masing-masing.











Aneka Cerita AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang