Puasa Acil

110 5 0
                                    

Acil tertawa riang, padahal terik panas matahari begitu menyengat sepulang siang sekolah tersebut. Langkah kaki kecilnya begitu bersemangat. Tas sekolah yang berada di punggungnya bergoyang mengikuti irama langkah kakinya. Dendang siul terdengar dari mulut mungil Acil.

Yah, tengah hari itu Acil begitu gembira karena sebentar lagi dia akan berbuka puasa. Ibu bilang Acil boleh puasa setengah hari. 

Terdengar azan dzuhur berkumandang. Acil setengah berlari agar segera tiba di rumahnya yang tidak jauh dari sekolah. Ibu tidak mengantar jemput lagi, semenjak Acil duduk di kelas dua SD Melati Putih. Jarak antara rumah dan sekolah tidak sampai lima belas menit berjalan kaki. Lagi pula banyak teman Acil melakukan hal yang sama. 

"Acil!" teriak Bagas ketika melihat Acil setengah berlari melewatinya. 

"Ntar kamu haus lho kalau lari begitu." Bagas mempercepat langkahnya ketika melihat Acil menghentikan langkah dan menunggunya.

Rumah Acil dan Bagas satu arah. Jadi Acil pikir tidak masalah kalau berjalan bersama dengan Bagas. Lagipula azan zuhur baru saja berkumandang.

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Amat, teman sekelas mereka. Amat sudah satu minggu tidak sekolah dikarenakan dia harus menggantikan ibunya menjadi pemulung yang sedang sakit. Melihat Amat, Acil dan Bagas menghampirinya, sekaligus ingin menyampaikan pesan dari Bu Nuri, guru wali kelas mereka. 

"Seandainya kalian bertemu Amat di jalan. Tolong sampaikan padanya, Ibu ingin bertemu." Begitu pesan Bu Nuri pada kami.

Amat hanya menjawab, bahwa ia akan kembali ke sekolah setelah kesehatan ibunya pulih. Ia harus mencari nafkah bagi ibu dan kedua adiknya. Kalau tidak, mereka akan berpuasa sepanjang hari penuh. Sedangkan sang ayah, sudah lama pergi merantau ke kota dan tak ada kabar. Amat juga bilang kalau ia sangat tertolong dengan bulan Ramadhan ini. Karena ia, hanya perlu mencari makan untuk sahur dan berbuka saja. Jika sedang beruntung, ia akan mendapatkan sedekah dari orang-orang yang mengadakan acara 'ngabuburit' atau 'sahur keliling'. 

Sedangkan sampah yang dia dapat pada bulan Ramadhan ini sungguh amat luar biasa banyak. Mereka yang berpuasa pada saat berbuka, membeli banyak makanan. Alhasil banyak kemasan makanan seperti dus, botol minuman bisa diambil oleh Amat. Malah terkadang makanan mereka pun bersisa dan tidak habis, akhirnya dibuang begitu saja. 

"Itu kan namanya rejeki nomplok. Iya, nggak?" Amat tertawa senang ketika menceritakan bagian tersebut.

Acil dan Bagas hanya berpandangan tanpa mengeluarkan komentar.

Ketika tiba di rumah, ibu sudah menyiapkan makan siang untuk Acil di meja makan. Tapi sudah setengah jam ibu menunggu, Acil belum keluar juga dari kamarnya untuk berganti baju. Akhirmya ibu pun mencari tahu dengan mendatangi kamar Acil. Ibu ingin tahu mengapa Acil begitu lama tidak keluar dari kamar. Ketika ibu membuka pintu kamar, terlihat Acil sedang duduk bersila di atas sajadah dan membaca Al-Quran. Ibu sangat terharu dengan perbuatan mulia Acil. Tanpa mau mengganggu aktivitas Acil, ibu pun menutup kembali kamar Acil dengan pelan dan tanpa suara.

Ibu pun kembali ke dapur untuk mempersiapkan makanan berbuka. Ibu lupa akan Acil yang seharusnya berbuka puasa pada tengah hari tadi. Ketika azan asar berkumandang, ibu baru menyadari hal tersebut. Bergegas ibu menghampir kamar Acil. Diketuknya pintu kamar oleh ibu beberapa kali, tapi tidak ada jawaban dari penghuni di dalamnya. Sehingga ibu pun memutuskan untuk membuka pintu kamar dengan perlahan. Dan ketika pintu sudah terbuka, terlihat Acil  tertidur pulas dengan sarung yang belum dilepas sehabis mengaji tadi. 

Tapi karena sudah memasuki waktu asar, meskipun ibu tidak tega membangunkan Acil, ibu tetap melakukannya. Acil pun bangun dan duduk sebentar di tepi tempat tidurnya untuk kemudian bangkit dan beranjak ke kamar mandi untuk berwudu. Setelah menunaikan salat asar, Acil pun menghampiri ibunya yang sedang merajut di ruang tengah. Ibunya bertanya mengapa Acil tidak berbuka puasa pada tengah hari tadi.

Acil menceritakan pertemuannya dengan Amat sepulang sekolah siang tadi sebagai alasan mengapa dia tidak berbuka puasa pada tengah hari. Acil merasa malu karena Amat bisa berpuasa penuh sambil mencari nafkah untuk ibu dan adiknya. 

Semenjak hari itulah, Acil menjalani puasa penuh selama bulan Ramadhan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Aneka Cerita AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang