Minggu ini sudah masuk minggu pertama Kirani resmi menjadi seorang mahasiswi. Syukurnya dia dan Auri terdaftar masuk di kelas yang sama. Sekarang keduanya sudah duduk berdampingan menunggu Dosen yang katanya akan membahas perihal kontrak kuliah.
Yang lain pada asik bercengkerama, ada juga yang memang sudah saling kenal. Berkat bantuan grup angkatan semua jadi terasa jadi lebih mudah.
Terkecuali untuk Kirani yang selama ini memilih jadi silent reader, alhasil temannya baru sebiji.
"Aku seneng banget! Banyak teman baru!" ucap Auri kepada Kirani yang sedari tadi hanya dia memerhatikan orang-orang. "Oi! kenapa sih, ngelamun terus?"
"Hah? Emang begini aja anaknya, hehe."
"Ck! Ngobrol sama aku sihhh! Kamu tuh punya temen diajak ngobrol, bukan nya dianggurin, Kiraniiiii."
"Ya udah, tanya aja. Gue jawab sebisanya."
Auri berpikir sebentar. "Hmmm, kamu ada kenalan di kampus ini juga?"
Kirani mengangguk. "Ada, sepupu."
"Terus, kenapa milih jurusan ini coba?"
Sekarang giliran Kirani yang berpikir. "Hmmmm, karena rekomendasi dari sepupu?"
"Hah? Jadi ceritanya kamu ngikut saran mereka aja gitu???"
"Yaaa... begitulah." Cengir kirani. "lo sendiri, kok bisa di sini?"
Auri mengedikkan bahu. "Aku mah ngikut Abang sama Ayang aja.
"Alasan kita sama-sama sesimpel itu, tau." komentar Kirani.
"Hahaha, iya juga ya. Kalau gitu-" Auri berdiri dari duduknya dan meregangkan badannya. "Kantin, yuk! Habis ini nggak ada matkul lagi kayaknya."
Kirani spontan menggeleng. "Enggak, jangan sekarang."
"Loh, kenapa?"
"Masih nanya juga? Kita ini masih baru. Males ketemu senior ntar kita disindirin," dalihnya. " Apalagi pas diingetin sepupu gue untuk jangan ke kantin dulu atau lo bakal dicap belagu."
Auri manggut-manggut paham. Dia juga baru dengar omong-omong, soalnya Juna dan Jevano tidak pernah mewanti dia perkara hal ini.
"Ooh gitu... ya udah tapi sama Kak Jevan, ya?"
Kirani mendelik. "Jangan gila! gue tahu dia pacar lo, Ri. Tapi please, pikirin posisi kita sebagai maba. Gue nggak mau jadi bahan ghibah seangkatan cuma karena kepergok makan bareng ketua panitia di minggu pertama kuliah."
Auri jadi bingung sendiri, kenapa juga dia harus berteman dengan manusia yang kerjaannya panikan begini?
Meski begitu, pada akhirnya mereka sepakat untuk makan di luar area kampus tanpa Jevano. Soalnya Auri juga tak mau makan kalau tidak dengan Kirani. Meski sebenarnya ia bisa saja bergabung dengan teman kelasnya yang lain.
"Loh? Dek Uri?"
Merasa terpanggil, Auri refleks menoleh ke sumber suara. Lalu tersenyum lebar ketika mendapati sosok Harzi sudah berdiri di sebelahnya.
"Kak Harzi, haiii! Mau makan juga?"
"Jevan mana?"
"Nggak tau, belum pernah ketemu."
Pemuda itu lalu melirik orang yang terduduk di samping Auri, namun yang ditatap malah cuek dan sibuk saja memainkan ponselnya.
"Kak Harzi, sini duduk!" Pinta Auri. "Makan di sini aja ya, Kak?"
Harzi menggeleng. "Waduh, kayaknya nggak sempet. Temen gua juga pada nitip soalnya."
Auri berubah cemberut, namun mendadak menjentikkan jemari begitu teringat sesuatu. "Oh iya! Kak Harzi harus minta maaf ke dia, nih!" serunya menyenggol lengan Kirani yang masih sibuk sendiri.
Si gadis akkhirnya mendongak dan bertemu pandang dengan Harzi, matanya mengerjap bingung sebelum kembali menatap Auri.
"Buat?"
"Loh??? Hari itu kan Kak Harzi nge-skip lembar tanda tangan kamu!"
"Apa iya??" Kali ini Harzi yang bertanya, bikin Auri berdecak sebal karena merasa dipermainkan oleh dua orang ini.
"Ya udahlah, terserah kalian!"
Harzi cekikikan, dia ingat kok. Dia ingat wajah yang menatapnya kasihan di hari pertama PKKMB waktu itu. Dan akhirnya sengaja melakukan hal yang Auri tuduhkan padanya sebagai bentuk balas dendam.
Kirani juga sama, hanya saja dia tak ingin memperpanjang urusan apalagi dengan orang ini.
"Kalian satu kelas?" Tanya Harzi setelah duduk di depan Auri dan Kirani.
"Iya, dong! kalau enggak, ngapain aku sama dia?" jawab Auri. Harzi manggut-manggut, lalu tiba-tiba mengulurkan tangan ke arah Kirani.
"Harzi, Departemen Elektro. Seangkatan sama abangnya Auri, dan pacarnya juga."
Kirani bingung harus bereaksi apa sekarang, dia dendam dan menolak untuk mengenal orang ini lebih jauh. Namun di satu sisi ia masih harus menjaga sopan santunnya, alhasil Kirani balas menjabat uluran tangan itu sekarang.
"Iya, Kak."
Harzi melongo sebentar, seperti ada yang salah dengan jawaban gadis ini tapi ya sudahlah.
"By the way, gimana kemarin? Banyak kendala nggak?"
Auri menggeleng dan kasih jempol. "Enggak kok, lancar!"
"Kalian ada inget maba yang rambutnya kepangan sendiri? Kayaknya sih satu departemen sama kalian."
Mendengar itu ingatan Kirani kembali ke beberapa hari yang lalu, ketika calon seleb angkatannya dibabat habis oleh semua panitia. Tak terkecuali senior di depannya ini.
Kirani juga dengar gosip kalau mahasisiwi itu bernama Leora, selebgram cantik yang punya banyak followers. cukup populer di dunia nyata maupun dunia maya karena sering jadi model endorse.
Mungkin tidak sepopuler itu, buktinya Kirani baru tahu. Atau mungkin dia nya saja yang kudet?
Lalu ada rumor yang mengatakan, kalau katanya Harzi ini sakit hati karena cintanya pada Leora bertepuk sebelah tangan. Hingga banyak yang berspekulasi bahwa Harzi benar-benar membalaskan dendamnya di ajang PKKMB kemarin. Bahwasanya semua yang dilakukan oleh para panitia kepada Leora, tidak lain adalah atas permintaan dari Harzi pribadi.
Katanya, ya.
Dan karena itu juga, Kirani jadi ngeri sendiri tiap kali melihat sosok Harzi, plus kasihan, plus makin tak ingin dekat-dekat. Karena selain tengil, Harzi juga bertampang badboy, sadboy, fuckboy, boboiboy, atau apapun sebutannya
Intinya, Harzi adalah jenis lelaki yang paling Kirani hindari sampai kapanpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
make you mine [✔]
Fanfiction[ terbit ] [ ft. lee haechan ] "i can fix her." harzi echlanu, until today. ©tuesday-eve, 2020. was ; #1 in haechan. #1 in nct. #1 in au. #1 in jaemin. #1 in leedonghyuck.