18. Titip Jedai dan Rindu

13.9K 2.7K 158
                                    

Harzi dan Kirani lalu berakhir di mobil yang sama, dinaungi lampu remang-remang di bahu jalan yang sepi. Entah mengapa Kirani juga tak tahu, Harzi mendadak memberhentikan mobilnya di tempat itu.

"Kalau gue deket sama cewek lain di saat kita udah pacaran, apa yang bakal lo lakuin?"

"Tiba-tiba?"

"Jawab."

Kirani lalu menyamankan diri. "Apa yang bakal gue lakukan? Diam."

"Kenapa?"

"Yang pertama kalau itu sampai terjadi, berarti lo membuktikan diri kalau lo sama sekali nggak berubah. Yang kedua gue mau lihat, seberapa jauh lo bisa bertindak saat status lo masih sama gue."

Harzi menoleh setelahnya. "Apa itu artinya gue juga harus diam? Di saat gue tau orang yang gue suka jalan sama cowok lain?"

"Dan lo cemburu?" Kirani menukas. "Kenapa? Dan buat apa?"

"Nggak tau, tapi yang jelasnya gue nggak suka. Urusan kita pacaran atau enggaknya sangat nggak akan menghalangi gue untuk merasakan cemburu."

Kirani menatap pemuda di sebelahnya ini lekat-lekat. "Emang lo nggak malu punya calon pacar kayak gue? Kenapa harus gue? Kirani jauh dari kata pantas untuk jadi pasangan lo."

"Kalau lo malu-maluin, gue nggak bakal berjuang sampai segininya, Ran." Harzi tersenyum getir. "Ini juga kalau dilihat-lihat, kayaknya gua udah nggak ada harga dirinya di mata lo."

"Tapi gue nggak seperti perempuan yang ada di luaran sana, yang mudah menerima dan percaya. Jangan sampai lo menyimpan terlalu banyak harap yang nggak bisa gue wujudkan. Gue bukan orang yang biasa menuruti ekspektasi orang lain."

"Emang sejauh ini, gue terlihat sedang menaruh ekspektasi ke lo? Boro-boro, lo bales chat gue aja udah bersyukur banget."

Obrolan mereka lalu terjeda oleh keheningan, Harzi melirik Kirani yang kini larut dalam pemikiran panjang. Ia pun menghela napas sebelum meraih tangan gadis itu untuk digenggam.

"Jadi, gimana?"

"Memang kelihatannya udah mustahil aja buat terus-terusan nolak kehadiran lo di titik ini." Kirani berujar. "Kasih gue waktu."

"Untuk?"

"Berpikir, membiasakan diri, bersiap, untuk semua hal yang akan terjadi nanti. Bisa?"

"Berapa lama?"

"Mau ditunggu?"

Harzi berdengkus. "Kita udah sejauh ini, lo pikir gue bakal mundur gitu aja? Sori aja, Ran. Tapi gue serius pengen milikin lo, meski dengan perjuangan terberat sekalipun. Karena sekali lagi, hati gue nggak punya pilihan."

"Gue rasa setiap orang akan selalu punya pilihan."

"Nggak juga. Terkhusus untuk masalah hati, gue nggak punya pilihan selain terus merjuangin lo? Sounds cringe but, emang itu yang terjadi." Ucapnya sembari membenahi jedai Kiran yang hampir terjatuh dari rambutnya. "Besok gue beliin ginian, ya? Lucu."

"Titipin ke Auri aja. Besok physical distancing-nya dimulai."

Bahu Harzi langsung turun. "Harus banget??"

"Harus."

"Di-delay bisa? Tahun depan misalnya?"

"Enggak."

"Kalau gitu jangan lama-lama, ya? Kasihan entar gue kangen."

"Kalau soal itu bukan urusan gue."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
make you mine [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang