"Bisa nolak."
Harzi mendongak dan kontan tersenyum lebar.
"Ganti bajuuuuu."
"Ck, mager."
"Kita ke sana nggak jalan kaki, apa mau gue gendong ke mobil sekalian?" balasnya pantang. "Ayolah, Rannn. Sekali-kali nongkrong sama gue gitu, yaaa??"
Kirani menghela napas panjang, dengan setengah hati akhirnya ia berbalik masuk ke kamar untuk berganti pakaian lalu kembali lima menit kemudian.
"Jam 10 pulang."
"Lah? Kata Bang Kun tembus pagi juga mangga." Balas Harzi yang langsung dihadiahi tinjuan di bahunya. "Galak banget sih, manis. Ini jadi digendong nggak?"
"Berisik."
Walau begitu Harzi bersorak dalam hati, sebab untuk yang pertama kali, ia akhirnya membawa seorang gadis ke tempat ngopi favoritnya. Inilah tempat yang akan Harzi datangi jika sedang mumet dan butuh waktu sendiri. Tanpa teman, hanya bergelut dengan pikiran ditemani secangkir kopi hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Kopi datang dan tangan Harzi spontan mengeluarkan sekotak rokok beserta korek dari saku celana, lalu dilempar ke atas meja. Memang sudah jadi kebiasaan, tiap ngopi pasti sebat.
Tinggal sejengkal tangannya meraih korek, benda itu tiba-tiba terlempar hingga jatuh ke lantai.
Dan seketika itu juga Harzi sadar-
-kalau Kirani tengah melempar death glare ke arahnya.
"Hehehe... Sori beb, lupa. Serius dah." Cengirnya. Tanpa diminta, sebatang rokok yang sudah bertengger di ujung bibir dipatah dua lalu dilempar ke asbak.
"Lain kali kalau mau merokok dibagi aja sekalian."
"Jangan, lah! Gila aja."
Sembari mengaduk kopi susunya, Kirani berceloteh. "Kalian merokok di sekitar orang yang nggak merokok itu sama aja ngajak mereka mati bareng. Malah kadang, yang banyak meninggal justru perokok pasif. Kalau mau menjaga seseorang, baik keluarga ataupun pasangan, baiknya sadar buat menjaga diri sendiri dulu deh." Setelah itu lanjut menyesap kopinya dengan hikmat.
Alih-alih meminta maaf, Harzi malah mesam-mesem. "Berasa diomelin pacar, hehehe."
"Pacar pala lo jambu."
"Ihh lo gue-an! Akhirnya cewek ini terbuka mata hatinyaaa!" Harzi berseru kegirangan hingga nekat mencubiti pipi Kirani. "Nggak sekalian aku-kamu, Ran? Siapa tau keterusan, hehehe."
Ditepisnya tangan Harzi dari wajahnya, namun jangan sebut ia Harzi kalau tak pandai mencuri kesempatan. Tangan Kirani diraih lalu digenggamnya erat, buat Kirani seketika berpasrah karena sadar tenaganya hanya akan terbuang percuma jika mencoba melawan manusia satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
make you mine [✔]
Fanfiction[ terbit ] [ ft. lee haechan ] "i can fix her." harzi echlanu, until today. ©tuesday-eve, 2020. was ; #1 in haechan. #1 in nct. #1 in au. #1 in jaemin. #1 in leedonghyuck.