"Kak Kirani! Udah selesai belom?!"
Teriak Kanaka dari balik pintu. Pemuda itu mencebik setelah melirik waktu yang kian menipis. "Ayolah Kak, nanti kena macet gimana???"
Kirani yang mendengar jadi ikut mendecak seraya menuruni tangga dengan hati-hati. Ia tak akan membiarkan tatanan rambut yang sudah dibuatnya susah payah menjadi rusak.
"Kenapa sih, buru-buru banget? Yang wisuda kan Harzi, bukan kamu."
"Tapi entar gue yang kena omel kalau sampai telat nganterin calon bininya. Lagian gue digaji, ya. Kalau enggak juga mana mau---adoh!" Pekik Kanaka setelah mulutnya disentil oleh Kirani.
"Berisiknya adik aku, nih. Ya sudah kalau gitu cepet anterin!"
Mereka lalu berangkat, menyusuri jalanan kota yang tumben-tumbenan tidak macet itu. Seakan tahu kalau Kirani sedang buru-buru untuk menemui mas calon yang sudah menunggu untuk diselamati.
Hari ini, Harzi akan resmi menyandang gelar sarjana setelah dengan giat menyelesaikan tugas akhir hingga rampung tepat waktu.
"Auri!!!"
Merasa dipanggil, Auri pun menoleh dan menganga. Nyaris tak percaya ketika melihat siapa yang datang menghampiri mereka. "Oh my god, you look fucking gorgeous!"
Dibilang begitu, Kirani jadi bersemu. "Menor nggak?"
"Not at all, you look stunning girlllll." Auri berucap, Azel pun membenarkan.
"Kalau ada yang ngatain lo jelek bilang ke gue, ntar gue colok pakai tusuk konde Auri."
Jadilah mereka berempat menunggu sembari bercerita banyak hal. Hingga tak terasa para wisudawan dan wisudawati keluar dengan toga kebanggaan hasil kerja keras yang tidak sebentar. Haru dan tawa beradu dalam keramaian, membuat Kirani turut bangga dengan mereka yang telah berjuang, dan berharap agar ia bisa berada di posisi itu secepatnya.
Saking fokusnya, Kirani bahkan tak menyadari eksistensi Harzi yang berdiri tak jauh darinya. Lelaki itu memeluk banyak sekali buket bunga yang entah dari siapa. Untung saja setelah itu, seseorang yang mungkin adalah adik tingkatnya datang mengambil alih dan menukarnya dengan satu buket bunga baru untuk dibawa menuju Kirani, namun sebelum sempat melangkah, Kirani sudah lebih dulu berjalan cepat dan memeluknya erat.
"Selamat, Kak Harzi. I'm so proud of you."
Tak peduli berapa pasang mata yang kebetulan melihat kedua insan ini berpelukan di tengah euforia, Harzi sama sekali tak beniat melepaskan. "Terima kasih juga, Dek Kirani. Suatu kehormatan bisa berjuang didampingi kamu."
Kirani tersenyum haru dan menjauhkan tubuhnya untuk menatap wajah tampan tunangannya. Harzi sontak terkejut. "Astaga!"
"Hah? Kenapa? Ada yang kelupaan?"
"Enggak ada, tapi kok kamu cantik banget hari ini?! Buat siapa coba???
Kirani berdengkus. "Buat Bapak Rektor!"
Harzi tergelak dan memberi bunga yang dibawanya pada Kirani. "Ini bukan pemberian, tadi pagi aku beli sendiri---enggak sih, nitip di LO."
"Loh? Kok malah aku yang dikasih bunga?"
"Ya udah ambil bunganya, terus akting aja ceritanya kamu yang ngasih buat aku." Jawab Harzi. "Soalnya kamu udah nggak boleh ke toko bunga sendirian atau sama siapapun, kecuali aku."
Kirani pun hanya mampu tersenyum mendengar janji baru yang berlaku seumur hidup itu untuk dirinya.
"Kita ganggu, nggak?" Bisik Juha tepat di sebelah telinga Harzi, buat dia terperanjat dan refleks melayangkan sikutnya. "Belegug sia anyingggg!"
KAMU SEDANG MEMBACA
make you mine [✔]
Fanfiction[ terbit ] [ ft. lee haechan ] "i can fix her." harzi echlanu, until today. ©tuesday-eve, 2020. was ; #1 in haechan. #1 in nct. #1 in au. #1 in jaemin. #1 in leedonghyuck.