34. Kejutan untuk Leora

8.7K 1.8K 731
                                    

"Punten, sadulurrr."

"Aa'?!!! Gusti nu agung dari mana kamu?!"

"Tangan lo bau oli, bangkeeeeee."

Rengek Harzi yang tak dihiraukan oleh Juha, mereka malah asik menertawakan hingga pemuda itu bersungut dan akhirnya terduduk di sebelah Zaidan.

Tapi Jaffie diam-diam merasa, kalau aura sohibnya ini jadi agak berbeda. Dan karena penasaran akhirnya ia bertanya.

"Kirani baik, Zi?" 

"Kenapa nanya gitu?"

"Nggak apa-apa, sih. Cuma nanya doang soalnya kangen." Jawab Jaffie yang spontan mendapat lirikan maut dari Harzi.

"Dia baik." Jawab Harzi setelah menyalakan rokok yang kini dihisapnya dalam-dalam.

"Lo sendiri kenapa? Lagi banyak pikiran?" Tanya Zaidan.

"Banyak. Banget."

Radin yang sedang nangkring di atas dahan mangga sembari menggejreng gitar pun terbahak. "Pusing kenapa? Mau ngelamar anak orang lo?"

Alhasil Harzi tersedak asap rokoknya sendiri. "Lo semua titisan Dilan, njirrr???? Jago banget nebaknya."

"MAKSUD LO APAAN, NYET?!" Juha memekik, berdiri dan menarik kerah baju Harzi. "Jelasin bangsat!"

Jaffie pun tak kalah terkejutnya. "Sial, aku benci pikiranku."

"Lo mau nikah, Zi?"

"Belum."

"BERARTI AKAN??!"

"Berisik, anying! Ini baru mau cerita!" Dengkus Harzi sebal. "Dua minggu lagi, mau tunangan, nih."

"Sama siapa, asu?!"

"Sama bapak kau!" Sahut Yuan jadi emosi. "Ya sama Kirani lah, goblok!"

Semua kompak terbengong, kecuali Jaffie yang sudah komat-kamit mengumpatinya.

"K-kok bisa? Maksud gue---lo nggak khilaf, kan?" Cicit Radin bertanya.

Harzi memutar bola mata, kaki Radin lalu ditariknya hingga nyaris terjatuh dari pohon. "HARZI KAMPRET!!!"

"Elu yang kampret!" Balas Harzi. "Ya enggak lah, bego! Gila aja! Mau digebuk keluarga besarnya, gua?!"

"Lantas mengapa? Ngegas amat ke jenjang yang lebih seriusnya?" Tanya Jaffie yang masih penasaran.

"Kirani di-bully, dan sesuatu terjadi. Gue mau membuktikan sesuatu, dan itu dengan cara ini." Harzi tak ingin menjelaskan bagaimana detailnya, sebab itu tak ada sangkut pautnya dengan para bujang ini.

"Astaga...." Yuan memijat pangkal hidungnya karena mendadak disergap rasa pusing. "Ada apa dengan dunia?"

"Sudah gilaaaaaaaaakkkk!"

Radin malah menepuk tangan bangga. "Fuckboy sekalinya tobat langsung ngajak akad anjir! Tapi selamat ya, lur. lancar-lancar sampai hari H."

"Lo bener-bener nggak ngasih kita celah buat nikung, ya?" Kata Jaffie meledek. "Tapi gue masih suudzon sama lo, Zi. Siapa tau lo udah menodai gadis sesuci Kirani."

"Demi Tuhan, baru 10%." Jawabnya yang lagi-lagi dihadiahi gaplokan dari Yuan.

"Bangsat benar kamu Harzi."

Si pemuda tergelak seiring kepulan asap rokok yang mengudara. "Akhir pekan mau ketemu orang tuanya lagi. Ah bangsat, jantung gue udah nggak karuan."

"Lo pasti bisa. Mutusin hal sebesar itu juga pasti nggak gampang, dan kelihatannya nggak sebercanda itu." Ujar Zaidan sembari menepuk-nepuk bahu pundak si sahabat. "Kencengin ibadah aja lah, kalau kata gua mah."

make you mine [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang