39. Manisnya Merindu

8.2K 1.9K 223
                                    

"Selamat pagi,, tuan puteri."

Kirani spontan menarik selimut untuk menutupi wajah bengkaknya.

"Kakak ngapain sihhh???"

"Haha, kenapa ditutupin? Jelek, ya?"

"Tuh, tau." Gerutu Kirani perlahan bangun dari tidurnya. "Ini apa?"

Kunara berdengkus geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kunara berdengkus geli. "Sepenglihatan kamu aja."

"Ck, iyaa tau. Maksudnya, buat aku?"

"Iya. Buat Kirani, dari Harzi."

Kirani mendelik. "D-dari Harzi?"

"Semalam dia nelepon dan minta nomor rekening, ternyata ngirim duit terus disuruh beli bunga matahari buat si ayang-" sindirnya halus, "Kakak hampir ngomelin dia karena udah bikin kamu nangis. Tapi kayaknya dia juga habis nangis, soalnya pas video call, matanya merah."

"... Kak Kun, serius?"

"Kakak bohong juga nggak ada untungnya."

Kirani beralih menatap sebuket bunga matahari dengan beberapa tangkai mawar yang terselip indah diantaranya.

Kirani beralih menatap sebuket bunga matahari dengan beberapa tangkai mawar yang terselip indah diantaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirani tersenyum begitu melihat panggilan video call dari Harzi masuk sesaat setelahnya.

"Selamat pagi, sayangku."

Kirani itu suka lemah kalau Harzi memanggil dirinya begitu. Biasanya sih bakal dicubit, namun karena orangnya sedang jauh, jadi Kirani kepingin nangis saja.

"Iya, pagi."

"Matanya bengkak banget itu. Aduhhh, Harzi kok bego banget ya, bikin bidadari-"

"Aku kangen kamu."

Seketika juga Harzi terdiam, mematung, tak berkutik. Hingga layar ponsel mendadak gelap dan grasak-grusuk mulai terdengar.

"Halo? Kok gelap?"

Tak lama Harzi kembali, menaruh ponselnya di atas meja lalu menunjukkan layar ipad-nya di depan layar.

make you mine [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang