22. Parameter Khilaf

15.6K 2.7K 198
                                    

"Ran, jujur deh."

"Apa?"

Mata Harzi memicing ke arah Kirani, sedangkan yang ditatap malah mendesis karena baksonya kepedasan.

"Apa sih?"

"Lo pernah namain kontak gue 'banci taman lawang', kan?"

"Pffttt!" 

"Ih! nyiprat! HAHAHAHAHA!" Harzi tergelak. "Hayo loh... berarti bener, kan?"

Kirani mendengkus. "Tau-tauan aja, sih."

Harzi menggeleng tak percaya. "Wah... Parah sih, masa pacar sendiri dikata banci? Dosa lu, Ran."

"Diem dulu. Pedes!" Dan Harzi makin terbahak. Tangannya cekatan menarik tissue lalu iseng menyumpalkannya ke hidung Kirani. "Sumpel dulu bendungannya."

Kan Kirani jadi makin kesal. "Harzi, ah! gara-gara lo ini!"

Harzi gemes. "Dih? Orang nanya doang padahal---udah... udah! Jangan dilanjutin, kasihan lo udah dibikin nangis itu!" Ujar Harzi lalu menarik mangkuk bakso milik Kirani menjauh.

Selesai makan dan bayar, mereka pulang. Harzi mau main ke rumah Kirani dulu, mau menemani mbak pacar mumpung rumahnya lagi sepi. Soalnya barusan Kanaka berkabar kalau dia pulangnya setelah Isya, lagi ada acara sama teman-teman. Lalu Kunara seperti biasalah, lembur.

"Nanti malem ijin jalan, ya. Ada janji sama anak-anak."

"Iya."

"Iya doang, nih? Nggak nanya mau ke mana?"

"Pengen ditanya?"

Harzi mengangguk lucu. "Mau lah sayanggg."

"Ya udah... Mau ke mana?"

"Kata Radin, sih. gas tipsy-tipsy."

Tak!

"Ya Tuhan, Kiraniii. Sakitttt!" Ringis Harzi usai terkena jitakan yang pedihnya menembus tengkorak.

Kirani mendelik. "Mati sana!"

"Dikit doang sayangggg, boleh yaa?"

Sebisa mungkin Kirani mencoba mengatur emosinya agar tak nekat mencekik lelaki yang sedang berbaring di pangkuannya ini. "Terserah, Zi. Terserah."

Harzi cekikikan jadinya, gemas dia, tuh. "Ya udah ikut aja, biar nggak bablas guenya."

"Kalau ujung-ujungnya tetep mabok mending nggak usah bilang sekalian. Gue ogah ya, dapet telepon tau-tau suruh jemput di mana." Dumel Kirani lalu mendorong tubuh Harzi agar dirinya bisa berdiri untuk mengambil minum. Seret tenggorokan dia meladeni obrolan cowok resek ini.

"Mau juga."

Mulut Kirani bahkan masih penuh dengan air yang belum sempat ditelan saat Harzi dengan kurang ajar membalik tubuhnya, membuat si gadis bersandar di pintu kulkas lalu mengunci pergerakannya.

Dan hal yang terjadi selanjutnya, boleh simpulkan sendiri.

Kirani lemas, bahkan di saat Harzi masih sibuk mengecupi keseluruhan wajahnya, ia hanya bisa meremat baju lelaki itu kuat-kuat guna menopang tubuhnya. Saat sadar gadisnya tak berdaya, Harzi pun sigap memeluk tubuh Kirani.

"Maafin ya, sayang. Aku khilafnya mentok begini doang, kok. hehehe, love you."

Masih di posisi mereka, Kirani pun mencubit keras pinggang Harzi. "Kurang ajar!"

"ADUH RAN, AMPUN!"

"ADUH RAN, AMPUN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
make you mine [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang