Anggi berjalan ke dalam rumah dengan pelan, kakinya sudah pegal lantaran harus berjalan kaki dari depan perkomplekan rumahnya. Ia tadi pulang sekolah menggunakan busway, Anggun sudah lebih dulu meninggalkan. Entahlah, Anggi merasa Anggun sudah salah paham. Padahal bukan ia yang mendekati Sagara, tapi cowok sinting itu yang memulai perkara!"Berani juga lo pulang," Ujar suara ketus di depan tv membuat Anggi menoleh ke sumber suara.
Anggi mendengus, "Gun, jangan kayak anak kecil"
Anggun menatapnya sengit. "Gue yang kaya anak kecil atau elo yang gak tau tempat!" Itu suara tersengit yang pernah Anggi dengar.
"Gue gak ada hubungan apa apa sama Sagara!" Anggi tetap ngotot!
Anggun bangkit dari sofa dan berjalan ke arah Anggi yang masih membawa tas sekolahnya.
"Gue baru tau ternyata elo penghianat!" Ucapan Anggun membuat Anggi tersentak, bagaimana mungkin di anggap penghianat bila ia sendiri juga tidak tau apa apa.
"Gun, gue gak pernah menghianati lo"
"Oh, Ya? Lalu gimana lo bisa sedekat itu sama Sagara?"
"Ya mana gue tau, Tu cowok memang sinting kan" Anggi berucap santai, ia tidak tau detik itu juga Anggun sangat membencinya.
"Gue benci banget sama lo!"
Anggi di buat kaget dengan suara Anggun yang nyaris sehembus angin, membuat ia sadar bila semua ini bukanlah main-main belaka.
* * *
Senja telah beranjak pergi di gantikan oleh malam, ruang makan itu senyap hanya ada bunyi sendok dan garpu yang saling bersahutan. Nata dan Aurora saling pandang merasa ada yang tidak beres kepada kedua anaknya. Biasanya mereka dengan heboh akan beradu siapa yang paling cepat menghabiskan makanannya atau mereka heboh menceritakan tentang ketidaksukaan mereka terhadap pelajaran hari ini.
"Anggun," Panggil Aurora. "Jangan ngelamun gitu, habisin makanannya"
"Kenyang," Ujar Anggun sambil mendorong piringnya menandakan ia tidak lagi ingin menyentuhnya.
"Anggun, Ngantuk mau tidur" Aurora ingin mengejarnya tapi di tahan oleh Nata.
"Biar aku yang bicara sama, Anggun"
Nata bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kamar Anggun sementara Anggi terlalu cuek untuk menanggapi dan asik dengan makanannya sendiri.
"Anggun kenapa Gi?" Tanya Aurora.
"Gak, tau Ma." Jawab Anggi, ia tidak mungkin menceritakan hal sepele macam itu ke Mama nya.
"Kelai sama kamu, ya?"
"Ma, kita gak kelai. Cuma lagi salahpaham aja"
Aurora tersenyum memandang ke arah Anggi, ia salut mengapa sifat kedua anaknya sangat bertolak belakang.
"Yaudah, Selesaiin makanannya. Habis itu tidur ya."
* * *
Tok... Tok... Tok...
Anggun sudah tau siapa yang mengetok pasti Mamanya, ia terlalu malas untuk meladeni segala pertanyaan.
"Anggun, Ini Papa." Anggun menatap ke arah pintunya, sedikit heran mengapa Papanya ada di depan kamarnya, dengan cepat ia membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Papanya masuk.
"Ada apa, Pa?" Tanya Anggun ketika Papanya hanya duduk di Sofa sambil membaca majalah yang ada di sana.
"Sini duduk dekat Papa" Ujar Nata sambil menepuk Sofa di sampingnya. Dan Anggun menuruti katanya.
"Lagi ada masalah, Nak?"
"Sedikit, Pa" Entah mengapa mendengar suara Papanya Anggun tidak bisa berbohong.
"Sama Anggi?" Anggun mengangguk.
"Kenapa?" tanya Nata penasaran.
"Karena Cowok," Jawab Anggun malu-malu, Nata tersenyum. Paham betul tentang masalah itu.
"Siapa cowok yang berani buat anak anak kesayangan Papa berantem, Hm?" Tanya Nata sambil tertawa pelan.
"Anggun suka banget sama cowok itu, Pa. Tapi begitu Anggi masuk ke sekolah cowok itu malah sukanya sama Anggi."
"Anggi suka sama cowok itu?" Tanya Nata.
"Kata Anggi nggak pa, Tapi cowok itu yang suka."
Lagi-lagi Nata tertawa. "Sayang, Anggi itu sukanya cuma sama satu cowok di masalalunya sampai sekarang kayanya dia belum moveon."
Anggun terkejut mendengar informasi yang ia dapatkan, Sesetia itu kah Anggi?
"Beneran Pa? Siapa cowoknya."
"Namanya, Saga. Dulu waktu kecil suka main sama Anggi karena rumah kita berssbelahan. Tapi semenjak Saga pindah ke jakarta Anggi jadi murung, gak mau lagi temenan sama cowok. Begitu prinsipnya."
"Saga?" Tanya Anggun, apa mungkin Sagara?
"Iya, Anggi suka Manggil dia Saga. Dan tau apa yang lucunya?" Tanya Nata, Anggun menggeleng. "Saga manggil Anggi itu Senja, dia terus manggil dengan nama Itu."
"Senja?" Anggun seperti burung beo mengikuti kata Papanya.
"Iya, Tapi Anggi gak kasi tau nama aslinya. Soalnya Saga taunya cuma Senja."
Apa mungkin Senja dan Saga itu adalah Anggi dan Sagara? Kalau ia, berarti Sagara belum tau jika Anggi itu adalah Senja. Mendadak senyum Anggun berubah menemukan Cara untuk membuat Sagara mengejarnya.
Ia tidak peduli resiko apa yang akan ia tanggung yang jelas Sagara harus menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA ✓
Teen FictionSagara Bagaskara Putra, Cowok Imut nan mengemaskan. Menjelang kedewasaannya berubah menjadi pemberontak tak tertandingi. Namanya di kenal di kalangan SMA Manapun! Cowok Jenius SMA Brawijaya, Selain Tampan ia juga menjelma Menjadi monster yang tak te...