Part 22

9.4K 694 12
                                    


Sinar tenggelam Malam pun tiba Ragu yang datang
Tak kunjung hilang, Getar jiwamu Remukan tulang
Hampa asamu Menyalakan celah.

Semua peluhmu Tersirat pesan Usai cerita Beri harapan
Jangan menangis sayangku, Sesalmu hancurkan arah mimpimu, Bangkitlah tetap berdiri Tegukkan langkahmu jangan berhenti.

Lagu Nice Friday mengalun indah didalam kamar gadis yang melamun sejak tadi. Tak ada yang di lakukannya selain berdiam diri. Dua hari lagi Mama papanya kembali. Ia tidak ingin berada di situasi seperti ini. Walau jelas jelas bukan ia yang salah ia akan mengalah.

Demi seraut wajah yang sama ia akan melepaskan segalanya. Menyesal telah membiarkan rasa itu terlalu jatuh di dalam hatinya. Andai saja ia tidak melibatkan perasaannya mungkin tidak akan sesulit ini.

Di pandanginya foto dirinya dan Sagara dengan lekat, seulas senyum kecil menghiasi wajahnya. Di simpannya kembali foto itu di dalam laci dengan terbalik. Inilah akhirnya ia akan melepaskan cinta pertamanya demi saudaranya.

                                        * * *

Anggi melangkahkan kaki di dalam kelasnya langkahnya  tampak yakin, matanya menyusuri Pojokan kelas. Cowok yang di carinya tengah asik bermain game bersama Rangga dan Akbar. Di hampirinya meja itu.

"Hai," Sapanya ramah.

Sagara mengangkat kepalanya, "Hai, udah makan?" Selalu seperti itu jika ia bertemu dengan Anggi membuat Anggi tersenyum hangat.

"Lagi sibuk gak?"

"Nggak sih, kenapa?" Sagara memandang wajah Anggi yang dari tadi terus tersenyum membuat dirinya sedikit salah tingkah.

"Aku perlu bicara sama kamu." Ini yang tidak biasa dari Anggi dan detik itu juga Sagara menyadari di depannya ini seorang gadis berusaha untuk tegar di balik punggungnya yang tegak.

"Penting?" tanyanya.

"Kalau menyangkut kamu itu pasti penting, Ga" Ujar Anggi, "Yuk sebelum bel" Anggi menarik tangan Sagara membuay cowok itu berdiri, Rangga dan Akbar saling pandang tanpa berkomentar.

                                          * * *

Rooftop pagi hari memang paling menyejukan hati di tambah cuaca yang sedang mendung angin berhembus dengan sangat nyaman membuat kibaran pada rambut Anggi. Keduanya duduk di bangku dekat tembok sebelah kanan sambil memandang murid murid yang masih ramai di area parkiran.

"Kamu apa kabar?" Suara pertama yang Anggi keluarkan sejak 4 hari yang lalu.

"Aku baik, kamu apa kabar? Gak pernah ada kabar?"

"Aku baik kok, Maaf ya gak pernah ngabarin kamu."

Sagara memejamkan matanya saat mendengar suara Anggi bergetar, seberengsek ini kah ia kepada pacarnya? Sagara memang mengakui ia salah terlalu terbuai.

"Ga," Seru Anggi setelah sekian lama bungkam.

"Iya?"

"Kita putus ya..."

Sagara menahan gertakan giginya, tangannya ia kepal dengam kuat. Tidak! Bukan ini yang di inginkannya. Rencana yang sudah ia susun dengan rapi langsung berantakan begitu saja.

"Kenapa?" Tanya Sagara menatap manik mata Anggi yang tampak berkaca kaca.

"Aku sadar selama ini kita memang hanya sekedar status, aku tau kamu lebih nyaman sama Anggun di banding aku, dan aku juga gak ada rasa sama kamu, Ga"

"Cukup, Gi"

"Aku sayang banget sama Anggun, walau aku tau dia gak begitu. Kamu sama dia ya..."

"Aku gak bisa..." Suara lirih Sagara menyeruak.

SAGARA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang