Part 23

9.4K 650 10
                                    

Sudah cukup!
Kesabaran Anggi telah hilang, 1 minggu Anggun terus menyalahkannya tanpa ampun. ia berjalan memasuki kamar Anggun yang tidak terkunci, di bukanya dengan kasar pintu itu.

"Sampai kapan lo kayak anak kecil?" Sentaknya marah.

"Jelas jelas ini kesalahan lo, kenapa lo selalu nyalahin gue?!"

Anggun terdiam bungkam, Anggi tampak lebih menyeramkan ketika sedang marah. Anggun benci akan hal Anggi lebih unggul darinya.

"Kenapa ini harus jadi kesalahan gue! Jelas jelas lo yang salah karena udah masuk ke dalam hidup gue!"

"Tanpa lo minta juga gue gak bakal mau hidup kayak gini! Sodara macam apa lo!"

"kurang ajar banget lo!"

"Lo yang kurang ajar! Apa Mama gak pernah ngajarin lo beretika dengan baik?!"

"Kenapa Lo nyalahin Mama! Papa juga gak becus ngedidik anak! Kenapa bisa jadi perebut macam lo!"

Sementara di luar Nata dan Aurora tertegun mendengar percakapan anak kembar mereka. Aurora langsung terduduk menyadari bila ini saatnya kedua anaknya saling menyalahkan.

"Dengar ya, Anggun!" Anggi memegang pipi Anggun kasar, sakit hatinya membuncak. "Lo bebas ngatain gue apapun! Tapi jangan lo katain papa gue gak becus! Lo bicara begitu tanpa sadar lo juga anaknya! Tolol!"

"Gue benci sama lo!"

"Gue lebih benci sama Lo!"

"Pergi lo dari rumah gue!" Seru Anggun keras.

"Gue juga gak sudi serumah sama Lo!"

Anggi menyentak pipi Anggun keras hingga cewek itu jatuh ke tempat tidur dan berbalik melihat Nata dan Aurora menatap mereka dengan raut sedih serta kecewa. Anggi tidak mengubis itu dan malah masuk ke dalam kamarnya, mengemaskan baju bajunya serta seragam sekolahnya. Ketika telah selesai ia membuka pintu dan menatap Aurora yang penuh dengan air mata.

"Jangan pergi, Mama mohon," isaknya.

"Anggi harus pergi," Sentak Anggi.

"ANGGI BERHENTI!" teriak Nata. Anggi berhenti tanpa menoleh.

"Minta maaf sama Anggun," Ujar Nata dingin, karena bagaimanapun siapa yang terluka dialah korban, Anggun pipinya mengeluarkan darah karena terkena kuku tajam Anggi.

"Kenapa aku harus minta maaf?" Anggi berkata lirih.

"Karena Anggun terluka,"

"Sungguh keluarga yang lucu, Papa tau. Anggi nyesal udah pergi ke jakarta!" ucapnya penuh dengan Air mata.

* * *

Anggi tidak tau tujuan motornya akan berakhir di depan rumah Rangga, tanpa ia sadar dirinya telah berdiri di depan pintu itu. Anggi mengenggam ponselnya erat, Shasa mengatakan ia berada di rumah Rangga. Ironis bukan? Ia yang tidak salah menjadi jahat di mata kedua oranh tuanya. Sungguh lucu, amat sangat lucu. Papa yang ia bangga banggakan turut menyalahkannya.

"Anggi!" Seru Shasa keras. "Lo kenapa?" tanyanya ketika melihat tubuh Anggi bergetar dengan hebat. Di iringnya Anggi keruang tamu.

"Gi, Lo-"

Shasa melototi Rangga tanda jangan dulu bertanya. Rangga langsung diam tak bersuara.

"Lo istirahat di sini dulu ya," Ujar Shasa saat Anggi tak juga bergeming.

"Sa," Suara lemah Anggi memanggilnya, "Gue salah ya?"

Shasa memeluk Anggi mengerti, di usapnya punggung sahabatnya itu pelan, dan isakan kecil Anggi mulai terdengar yang semula pelan sekarang menjadi histeris. Sesak yang ia tahan selama ini akhirnya berakhir keluar tanpa di minta.

"Lo gak salah, Waktu nya aja yang gak tepat, Gi" Ujar Shasa menenangkan, begitupun Rangga yang diam menyimak.

"Sebenarnya ini bukan salah elo, karena kan Elo duluan yang kenal Sagara, dan elo juga yang pacaran sama dia. Lo sampai kapan mau berkata demi Anggun? Apa dia mikirin lo?" Tanyanya.

"Apa selama ini dia tau kalau lo pura pura bego saat dia bilang kalau dia gak bisa nemanin lo ke toko buku padahal dia maksa buat jalan sama Sagara?"

"Selama yang gue tau, Sagara itu milihnya elo. Saat dia tau kalau Anggun itu Senja, apa Sagara mutusin lo? Nggak kan?" tanya Shasa lagi.

Anggi merenung, ia tidak tau harus melakukan apa. Jujur di dalam hatinya ia sangat mencintai Sagara. Tapi ia juga tidak bisa terus bersama cowok itu karena Anggun.

"Gi," Rangga yang dari tadi diam akhirnya membuka suaranya.

"Lo tau gak apa sebabnya Sagara ngotot lo jadi pacarnya?"

Anggi menggeleng.

"Karena dia tau kalau lo itu Senja,"

"Maksud lo?" Anggi menatap ke arah Rangga meminta penjelasan.

"Waktu pertama kali anterin lo pulang saat tawuran itu, Sagara sebenarnya udah tau saat liat foto lo dan bokap lo."

"Kenapa Sagara gak jujur sama gue?"

"Awalnya dia mau jujur, tapi begitu elo cuek banget dia mikir. Mungkin lo udah lupain dia, dia senang banget tau Senja itu Elo." Ujar Rangga.

"Tapi saat Anggun bilang kalau dia Senja, Sagara batalin buat jujur ke elo, karena dia pengen tau apa rencana Anggun. Dan setelah dia tau, Elo mutusin buat pisah sama dia."

"Sagara tau semuanya?" Tanya Anggi lemah.

"Tau, dan dia hancur banget saat lo relain dia buat Anggun. Lo tau dia sekarang ada di mana?"

Lagi lagi Anggi menggeleng.

"Dia ada di rumah sakit, kecelakaan saat track 3 hari yang lalu dan belum sadarkan diri."

"A-apaa?" Anggi sungguh tidak percaya dengan apa yang di dengar. Saat kesadaran menguasainya dia buru buru mengambil kunci motornya dan bergegas pergi ke rumah sakit yang di beri tau oleh Rangga.

"Kenapa Sagara belum sadar?" Tanya Shasa pada Rangga.

"Karena dia pasti nungguin Senja-nya"

Hai hai, kembali lagi ya 😍
Aku mau bilangin kalau judul ceritanya aku ganti jadi nama S A G A R A bukan lagi W A K T U! Karena banyak yang bilang cocokan nama Sagara kak, jadi ya udah ya namanya di ganti, kasi saran lagi ya buat teman teman ✨

SAGARA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang