pertemuan

1.5K 83 2
                                    

Ini work kedua ku
Semoga suka ya
Happy reading💚

"Eh, hati-hati dong pak kalo jalan. Gimana sih?!"

Aku yang sedang berjalan dengan membawa buku-buku bertumpuk di lenganku, jatuh karena tidak sengaja bertabrakan dengan pria yang bersetelan resmi.

Buku yang ku bawa sudah tergeletak mengenaskan di atas lantai. Aku mendengus lalu menunduk untuk memunguti buku yang harusnya sudah ku letakan di perpustakaan.

"Tuan Zhong, mengapa kau berada di sini? Ruangan untuk rapat bersama donatur ada di lantai 6."

Lelaki dengan jas berwarna hitam dan dasi bercorak garis itu sedikit tersentak karena suara yang memanggilnya tadi. Entah siapa aku tidak mau tau. Aku segera berdiri dan mengangkat buku-ku.

"Lain kali hati-hati Pak. Matanya jangan natap ponsel aja."

Pria itu hanya menatapku dengan tatapan datarnya tanpa mau mengucapkan kata maaf. Ia hanya merapihkan dasinya yang sedikit miring lalu pergi begitu saja.

Aku menoleh melihat punggungnya tak percaya, "Hey, setidaknya minta maaf kek!"

"Maaf Ibu, saya Jungwoo. Atas nama Tuan Zhong saya ingin meminta maaf."

"Ih saya itu masih kuliah loh Pak. Enak aja dipanggil Ibu," Aku mendengus dan melihat pria yang bernama Jungwoo itu tersenyum.

Aku sedikit tertegun karena melihat senyuman yang menurutku itu sangat manis.

"Jungwoo kenapa masih di sana?!"

Kami berdua sontak menoleh karena suara teriakan yang menurutku seperti lumba-lumba. Jungwoo akhirnya pamit dan bergegas untuk menghampiri pria dingin itu. Berjalan di belakangnya seperti mengekor dan hilang saat pintu lift tertutup membawa mereka ke lantai atas.

Aku menggeleng pelan dan kembali melanjutkan kegiatanku yang tertunda. Menuju ke perpustakaan dengan buku-buku sialan ini.

🐬🐬🐬

Perpustakaan yang berada di fakultasku memang selalu sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk dengan wajah seriusnya sambil menatap buku di genggamannya. Tidak sedikit juga yang hanya duduk sambil menaruh kepalanya di atas meja.

Aku bergegas masuk dan menyusun buku-ku di dalam rak penyimpanan. Pandangan gelap saat tiba-tiba ada yang menutup mataku dengan tangan besar yang aku kenal ini.

"Nggak usah macem-macem deh Chan."

"Dih kok tau sih kalo ini gue?"

"Tau lah, tangan lo kan bau."

Haechan segera mencium tangannya sendiri lalu menatapku dengan kesal. Aku hanya terkekeh melihat sahabatku yang tidak pernah jelas itu.

"Oiya Mark kemana?" Aku berbisik kepada Haechan karena sejak tadi kami mendapat tatapan tak menyenangkan dari sini.

"Masih ada kelas kayaknya," balas Haechan dengan berbisik juga.

Aku hanya mengangguk merespon perkataan Haechan dan kembali menyusun buku. Haechan yang berada di samping ku ikut membantu agar aku cepat selesai. Haechan sudah merengek untuk ditemani ke kantin katanya.

Setelah selesai, kami keluar dan berjalan di koridor yang cukup ramai. Karena memang kampus sedang ada acara rapat donatur, jadi banyak orang yang berlalu lalang.

Kami mendapat tatapan-tatapan dari mahasiswa lain atau lebih tepatnya menatap Haechan, ya karena aku akui Haechan memang cukup tampan dengan warna kulitnya yang tan.

Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang