lose

336 44 0
                                    

Aku menutup pintu kamarku dan merebahkan diriku di atas ranjang. Lampu belum aku nyalakan, hanya terdapat sinar dari rembulan yang masuk dari celah jendala kamarku.

Pikiranku kosong. Otakku memutar kejadian tadi siang seperti memutarkan film dokumenter. Mataku terus melihat ke arah langit-langit kamar yang ku tempeli dengan stiker bulan sabit.

Terbayang wajah Pak Zhong saat ia sedang mendekap wanita yang aku tak tahu identitasnya. Mungkinkah itu perempuan yang terus dibacarakan saat makan malam bersama dengan teman-temannya?
Atau mungkin dia adalah pacar dari Pak Zhong?

Aku menggelengkan kepala mengusir pikiran-pikiran negatif yang terus bermunculan. Untuk mengusir itu semua, aku bangkit dari ranjang dan bergegas pergi untuk membersihkan diri.

Waktu terus berputar dari menit ke menit. Aku telah menyelesaikan kegiatanku dan kembali berbaring di atas ranjang. Ponsel pintar yang sengaja ku letakkan di atas nakas sudah berpindah menjadi dalam genggamanku.

Aku terus membuka aplikasi yang biasa ku gunakan untuk bertukar pesan dengan Pak Zhong. Bahkan sampai saat ini ia tak mengirimkan pesan apa-apa padaku. Aku menghela napas berat.

"Apa yang kau tunggu Jieun? Dasar bodoh."

Harusnya aku tidak secepat itu jatuh padanya. Harusnya aku tak membiarkan ia masuk dalam kehidupanku.
Aku kecewa, sungguh.

Lelaki yang ku sangka adalah lelaki yang cocok untuk bersanding denganku kini hancur sudah karena sebuah insiden yang tak pernah ku duga itu.

Untung saja besok weekend, aku bisa beristirahat tanpa harus bertemu dengannya. Tak mau larut ke dalam pikiran tentang Pak Zhong, aku menutup layar ponselku dan menarik selimut. Mematikan lampu tidur lalu menutup mataku untuk terjun ke alam mimpi.

🐬🐬🐬

Chenle sedang menatap layar ponselnya di ruang tengah. Setelah ia makan malam, ia pindah ke ruang tengah untuk sekedar meminum kopi kesukaannya. Matanya tak lepas dari layar yang menunjukkan kontak yang tertulis 'Jieun-ku' di sana.

Tangannya mengetikkan sesuatu lalu menghapusnya lagi. Ia terus melakukan hal itu hingga berulang kali.

Ingatannya kembali terputar saat ia melihat wajah cantik Jieun yang tersenyum bahagia bersama laki-laki lain. Dadanya terasa sesak kembali. Hatinya bimbang saat ini.

Entah ia harus terus maju atau merelakan Jieun bersama dengan yang lain. Belum lagi masalah Yuqi tadi siang, Chenle takut Jieun sakit karena melihatnya berkontak fisik dengan perempuan lain. Tapi mungkin juga Jieun merasa biasa saja karena bukan Chenle pria yang diinginkannya.

"Ahhh!"

Chenle mengacak rambutnya kasar. Ia duduk menyandar di sofanya yang empuk. Matanya ia pejamkan sambil terus berpikir tentang wanita-nya.

Chenle merasakan tepukan di bahunya. Matanya otomatis terbuka dan melihat ke arah samping. Terdapat sosok perempuan cantik dengan rambut sebahu.

"Kak Rere, ngagetin aja."

"Dih kan yang bengong lo dek."

Chenle mendengus, "nggak bengong Lele. Sejak kapan kakak di sini?"

"Hmm, sejak lo mandangin roomchat cewek?" balas Rere dengan kekehannya.

Iya, sosok perempuan cantik dengan rambut sebahu itu adalah kakak kandung dari Chenle. Zhong Liu Re atau biasa Chenle panggil dengan sebutan Kak Rere.

Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang