misunderstanding

345 41 1
                                        

Aku sedang berkutat dengan beberapa dokumen di ruanganku. Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang. Aku merenggangkan tubuhku dan memijat batang hidungku. Rasanya sangat lelah.

Aku meraih ponselku yang sedari tadi ku letakkan di samping laptopku. Aku membuka roomchatku dengan Jieun. Berniat untuk mengajaknya pergi nanti sore. Mataku menangkap foto yang terpajang di profilnya. Ah, dia sudah menggantinya.

Aku tersenyum.

Terpampang foto Jieun yang sedang tersenyum sangat manis di sana. Tanpa aba-aba aku segera menyimpan fotonya ke dalam galeriku.

Belum sempat mengetikkan sesuatu, pintu ruanganku sudah diketuk oleh sekretarisku. Aku menyuruhnya masuk dan terlihat Joy yang berdiri di ambang pintu.

"Permisi pak, ada yang ingin bertemu dengan Bapak."

Aku mengernyitkan dahiku, pasalnya aku tak mempunyai janji dengan siapa pun. Belum aku menanyakan siapa yang datang, orang tersebut telah masuk terlebih dahulu.

Mataku membulat saat ia dengan santainya masuk ke dalam dan tersenyum ke arahku. Aku menyuruh Joy untuk keluar dan bangkit dari dudukku.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Hm, berkunjung?"

Aku hanya menaikkan sebelah alisku dan menatapnya tak suka. Aku tak mengerti mengapa ia datang lagi di hadapanku, ia berjalan ke arahku masih dengan senyumannya di wajahnya.

Tanpa persetujuan, ia langsung memelukku dan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Tubuhku mematung, merasakan pelukan dari orang yang sama dengan 2 tahun lalu. Bedanya kali ini pelukannya terasa dingin, tak sehangat seperti 2 tahun lalu saat ia merengkuhku dikala aku merasa sedih atau bahagia.

Aku melihat ke arah depan. Betapa terkejutnya aku melihat Jieun yang entah sejak kapan berdiri di sana dengan nampan yang ada di tangannya. Matanya yang coklat itu menatap lurus ke arahku. Segera ia membungkukkan badannya dan menaruh nampan berisi minum di atas meja.

Tanpa mengatakan apa-apa ia langaung pergi dari ruanganku. Matanya menyiratkan kekecewaan yang besar di sana. Tersedar akan lamunanku, aku langsung melepas pelukan dari wanita di depanku dan mengacak rambutku kasar.

Oh tidak, pasti Jieun marah kepadaku karena melihat kejadian beberapa menit yang lalu.

Aku kembali mengacak-acak rambutku dan beralih menatap wanita dengan dress merahnya itu.

"Apa yang baru saja kau lakukan?!"

"Aku merindukanmu Chenle."

"Tapi aku tidak," balasku dengan tatapan tajam ke arahnya, "bisakah kau pergi dari sini?"

"Chenle tolong dengarkan penjelasanku dulu."

"Tak perlu, aku tak butuh penjelasan apa-apa darimu."

"Aku minta maaf telah meninggalkanmu waktu itu, aku—"

"Kemana saja kau baru meminta maaf setelah 2 tahun? Oh atau mungkin dia, lelaki yang bersamamu saat itu telah meninggalkanmu?" ucapku sambil melipat kedua tanganku di depan dada dan masih menatapkan dengan tajam, "haha semudah itu kau meminta maaf?"

"Chenle tolong dengarkan, aku meminta maaf soal itu, aku menye—"

"Pergi dari sini Yuqi."

"Tidak sebelum kau mendengarkan penjelasanku."

"Terserah, aku tak akan mendengarkanmu."

Aku kembali duduk di mejaku dan melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Aku sedikit melirik ke arah Yuqi dan ia berjalan ke arah sofa panjang lalu duduk di sana.

Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang