Hari ini adalah hari terakhir MOS untuk anak kelas 10 dan juga hari untuk mengumpulkan tugas yang di kasih oleh kakak osis.
Semua siswa-siswi berbondong-bondong mengumpulkan tugas mereka begitu juga dengan Ara dan teman-temannya.
"Aldara Elina Rafandra, lari 10 putaran lapangan!" ucap Brian kepada Ara.
Dengan kesal Ara maju ke depan dan berdiri tepat di hadapan Brian.
"Saya salah apa kak? Kenapa harus lari?" ucap Ara menentang Brian dengan sedikit sopan karena banyak anggota OSIS disana, tidak mungkin ia harus berperilaku tidak sopan seperti biasanya kepada Brian.
"Kamu enggak tau dimana salah kamu?"
"Enggak kak, tugas dari kakak saya buat dan saya kumpulkan, saya tidak berbicara saat kak Fathan memberi arahan, kenapa tiba-tiba saya di hukum?"
"Apa di sekolah ini membolehkan memakai sepatu berwarna putih?" ucap Brian dan menekankan kata berwarna putih.
Astaga, Ara lupa memberitahu kepada ketua osis-nya ini bahwa ia sudah di izinkan memakai sepatu berwarna putih hari ini.
"Oh sepatu saya kak, kenapa kak? Kak Brian mau ambil? Ambil di ruang BK aja kak atau ke ruang kepala sekolah aja deh kak, biar anti mainstream," ucap Ara pada Brian dan sepertinya Brian tertarik dengan ucapan Ara, mungkin sebagai balas dendam karena Ara sudah berprilaku tidak sopan kepadanya.
Brian tidak tau saja kalau ia sudah termakan jebakan Ara, ide untuk balas dendam kepada Brian terlintas begitu saja dipikiran Ara.
Brian langsung menyeret paksa Ara dari sana menuju ruangan kepala sekolah yang membuat tangan Ara memerah akibat pegangan Brian.
Sampainya di ruangan kepala sekolah, Brian masuk bersama Ara dan melepaskan cengkraman tangannya pada tangan Ara.
"Ada apa ini Brian, Ara?" tanya kepala sekolah itu kepada Brian dan Ara yang tiba-tiba masuk kedalam ruangannya.
"Dia tidak mematuhi peraturan sekolah pak, masih kelas 10 tapi sudah melanggar dan tidak mau di hukum," ucap Brian mengadukan Ara kepada kepala sekolah sedangkan Ara masih fokus pada tangannya yang memerah akibat ulah Brian.
"Benar itu Ara?" tanya kepala sekolah itu kepada Ara.
"Bapak kenal dia?" tanya Brian.
"Dia anak teman saya," jawab kepala sekolah itu.
"Enggak gitu pak kak Brian salah paham, Ara udah di kasih izin buat pakai sepatu putih hari ini, papa bilang ke bapak langsung kan? Ara juga udah bilang sama kak Fathan tapi belum bilang sama kak Brian karena Ara gak liat kak Brian dari tadi pak," ucap Ara.
"Tangan kamu kenapa?" tanya kepala sekolah saat melihat tangan Ara yang memerah.
"Di tarik kak Brian pak, Ara di seret kesini, jadi merah deh," ucap Ara dan melihatkan tangannya kepada kepala sekolah.
"Benar itu Brian?" tanya kepala sekolah.
"Iya pak," ucap Brian singkat.
"Seharusnya kamu tidak seperti itu kepada adek kelas kamu, jangan bertindak kekerasan sampai mereka kesakitan seperti itu, kamu itu ketua osis kamu harus memberi contoh yang baik untuk adek tingkat kamu dan juga kakak kelas kamu,"
"Baik pak, saya meminta maaf atas tindakan saya," ucap Brian dan di angguki oleh kepala sekolah.
•••
Setelah pulang sekolah Ara tidak pulang kerumahnya melainkan ke kantor papanya.
Sampainya di kantor papanya, Ara langsung masuk untuk menuju keruangan papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkara
Teen FictionPerpisahan orang tua adalah hal yang paling menyakitkan bagi setiap anak, begitu juga yang dirasakan oleh Aldara Elina Rafandra. Perpisahan orang tuanya membuat Ara terpisah dengan mama dan juga kakaknya. Dan semenjak itulah Ara tidak pernah mendapa...