Sekarang Ara dan teman-temannya berada di depan UKS sekolah untuk melaksanakan tugas MOS yang di berikan oleh kakak OSIS.
Sebelum masuk kedalam UKS, lagi-lagi Ara harus bertemu dengan manusia dingin yang tidak mempunyai rasa simpati dan tidak mempunyai perasaan yang sekarang menjabat jadi ketua osis di sekolahnya.
"Ketos, berhenti lo!" teriak Ara pada Brian yang tengah berjalan menuju ke arahnya.
Akan tetapi tidak ada tanggapan dari Brian, dia tetap berjalan tanpa mempedulikan Ara yang menatap garang kepadanya.
"Ra, jangan cari masalah sama kak Brian," tegur Ana dan memegang tangan Ara supaya tidak menyusul Brian.
"Dia yang cari masalah sama gue, bukan gue,"ucap Ara.
"Ara udah, nanti lo dapat masalah!" ucap Aletha juga.
"Berhenti nggak lo!"ucap Ara tanpa mempedulikan ucapan teman-temannya dan memegang tangan Brian.
"Apa?" tanya Brian dengan singkat.
"Gue mau lo minta maaf sama gue! Lo udah nabrak gue, enggak nolongin, enggak minta maaf lagi, ketos macam apa lo!" ucap Ara.
"Gue gak mau! Jangan macam-macam sama gue atau lo tau akibatnya," ucap Brian tepat di telinga Ara dan setelah itu ia pergi dari hadapan Ara.
"Dasar manusia batu!" ucap Ara dengan kesal.
"Gue udah bilang sama lo jangan cari masalah sama kak Brian Ra, kita baru satu hari disini, jangan jadiin sekolah ini seperti neraka buat lo," ucap Ana yang sudah berada di dekat Ara.
"Gue kesal sama dia Ana, seharusnya dia minta maaf sama gue kalau gak mau nolongin," ucap Ara.
"Kak Brian memang gitu Ra, tapi di balik sifatnya itu dia sebenarnya orang baik kok, bertanggung jawab sama tugasnya,"
"Bertanggung jawab dari mana, menurut gue lebih baik kak Fathan yang jadi ketua osis, lebih cocok dari pada dia, lebih ramah, lebih bersosialisasi dan tentunya bertanggung jawab," ucap Ara memuji Fathan.
"Lo suka sama kak Fathan Ra?"
"Setiap orang yang memuji orang lain lo bilang suka Tha?"
"Bukan gitu juga konsepnya Ra,"
"Sekarang kita pulang aja, lagian kelas 10 udah pada pulang," ucap Zolla yang sedari tadi diam dan mereka menyetujuinya, setelah itu mereka jalan ke arah gerbang.
"Kalian pulang sama apa?" tanya Ara.
"Gue di jemput nyokap," ucap Ana.
"Gue juga," ucap Zolla.
"Gue bawa mobil, lo gimana Ra?" tanya Aletha.
"Gue juga di jemput, tapi kayaknya belum di jemput deh," ucap Ara dan melihat jam yang ada di tangannya.
"Gue juga belum Ra, gue harus telepon bunda dulu baru di jemput," ucap Ana.
"Gimana kalau kita main dulu? Lo udah di jemput Zolla?" tanya Aletha.
Zolla melihat kearah gerbang dan ternyata disana sudah ada mamanya yang tengah menunggunya.
"Gue udah di jemput, tapi kalau mau main dulu gue ikut deh, gue izin sama mama dulu," ucap Zolla dan berlari ke arah mamanya.
"Main kerumah gue aja," usul Ara.
"Gue setuju, gue izin sama nyokap dulu," ucap Ana dan menelepon mamanya.
"Lo gak izin Tha?" tanya Ara pada Aletha.
"Orang tua gue di luar kota seminggu, jadi gue sekarang tinggal cuma berdua sama sepupu gue sekarang, paling juga dia belum pulang," ucap Aletha.
"Sepupu lo sekolah?" tanya Ara.
"Iya tapi gak disini, lagian gue jiga gak mau satu sekolah saka dia,"ucap Aletha.
•••
Sampainya di rumah Ara, Ara langsung menyuruh teman-temannya untuk masuk dan saat sampainya di dalam rumah mereka di memandang takjub dengan isi rumah Ara.
Rumah Ara tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Semua barang-barang tersusun rapi di tempatnya, banyak terdapat foto-foto Ara dan papanya, mulai dari foto Ara kecil sampai Ara sebesar sekarang.
"Rumah lo kenapa sepi gini Ra?" tanya Zolla karena tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.
"Papa gue lagi kerja, jadi gue sendiri di rumah," ucap Ara.
"Nyokap lo mana?" Tanya Ana karena tidak melihat mama Ara.
"Papa sama mama gue udah pisah waktu umur gue 2 tahun, jadi gue tinggal cuma sama papa sekarang, gue juga enggak tau dimana mama gue sekarang," ucap Ara kepada teman-temannya.
"Maaf Ra gue maksud," ucap Ana tidak enak hati.
"Biasa aja Na, gue enggak apa-apa, lagian udah terbiasa juga," ucap Ara.
"Kalian mau minum apa gue ambilin?"
"Enggak usah Ra, nanti kita ambil sendiri aja,"
"Ra itu foto siapa?"tanya Aletha saat melihat foto dua orang anak kecil.
"Itu gue sama kakak gue, tapi sekarang kakak gue tinggal sama nyokap, udah lama sih gue enggak ketemu sama dia, bisa di bilang kita enggak pernah ketemu sama sekali, lagian gak mungkin juga gue ingat saat umur gue dua tahun," jelas Ara pada teman-temannya.
"Lo gak kangen sama nyokap dan kakak lo?" tanya Zolla.
"Gue kangen sama mereka, apalagi sama kakak gue, ngeliat orang yang di jaga banget sama kakaknya buat gue pengen ngerasain itu juga," ucap Ara.
"Kenapa lo gak nanya sama bokap lo atau lo minta supaya bisa ketemu sama nyokap lo?" tanya Ana
"Gue enggak mau ketemu sama nyokap gue, gue takut setelah gue ketemu sama nyokap gue nanti nyokap nyuruh gue tinggal sama dia, gue enggak mau, gue gak mau tinggalin bokap, kalau misalnya takdir ketemu juga bakal ketemu," jelas Ara.
"Lo ketemu bukan berarti harus tinggal sama nyokap lo Ra,"
"Gue udah nyaman sama kehidupan gue sekarang, gue udah lama hidup kayak gini, jadi buat gue gak masalah,"
"Lo kalau udah pulang sekolah sendirian terus di rumah Ra?"
"Gue lebih sering ke kantor bokap, lo sendiri gimana Tha?"
"Gue juga sering di tinggal sama orang tua gue, tapi sepupu gue udah dari kecil tinggal sama keluarga gue, jadi gak sendirian,"
"Enak ya di tinggal kayak gitu? Kalau gue gak bisa gak pernah juga," ucap Zolla.
"Kalau gue paling di tinggal ke kantor sebentar, gak pernah di tinggal lama-lama," ucap Ana.
"Papa gue juga gak pernah tinggalin gue, kalau ada kerja ke luar kota selalu om gue yang pergi," ucap Ara.
"Itu tergantung kita kalau menurut gue, lagian gue udah biasa di tinggal orang tua gue,"ucap Aletha.
TBC
Salam sayang
Cahya Ramadanti

KAMU SEDANG MEMBACA
Arkara
Novela JuvenilPerpisahan orang tua adalah hal yang paling menyakitkan bagi setiap anak, begitu juga yang dirasakan oleh Aldara Elina Rafandra. Perpisahan orang tuanya membuat Ara terpisah dengan mama dan juga kakaknya. Dan semenjak itulah Ara tidak pernah mendapa...