"Ara kamu udah siap?" tanya Aditya kepada putrianya.
"Udah Pa," ucap Ara dan langsung turun kebawah.
Aditya menatap putrinya "kamu cantik sayang, walaupun kamu tumbuh tanpa kasih sayang dari mama kamu," batin Aditya.
"Kita mau kemana sebenarnya Pa?" tanya Ara.
"Liat aja nanti, ayo berangkat!" ucap Aditya pada Ara.
Ara mengikuti papanya dari belakang
dan masuk kedalam mobilnya.Ara tidak heran lagi, karna setiap pertemuan bersama rekan kerja papanya dia selalu ikut, tapi beda dengan sekarang, papanya terlihat aneh.
Sampainya di restoran Aditya langsung menuju ke tempat yang sudah ada Fanya sekretaris kantornya sedang duduk sendirian.
"Tante Fanya," sapa Ara pada Fanya, Fanya hanya tersenyum hanya kepada Ara.
"Tante Fanya ngapain disini?" tanya Ara.
Fanya melirik kearah Aditya dan langsung Aditya mengalihkan pembicaraan.
"Anak kamu mana Fa?" tanya Aditya.
"Lagi ketoilet mas," jawab Fanya.
"Kenapa tante Fanya panggil mas ya," batin Ara.
"Ma," panggil seseorang pada Fanya.
Ara melihat sumber suara "Kak Brian!" ucap Ara terkejut sedangkan Brian terlihat acuh saat melihat Ara.
"Kalian udah kenal?" tanya Aditya.
"Udah Pa, kak Brian ini ketua osis di sekolah Ara, yang nabrak Ara pertama sekolah dan dia juga yang bikin tangan Ara memerah ini juga karena ulah dia, Ara udah ceritakan sama papa," jelas Ara pada Aditya.
"Brian," ucap Fanya meminta penjelasan kepadanya.
"Maaf Ma, soal nabrak dia itu karna Ian buru-buru keruangan OSIS, kalau soal tangannya yang memerah itu karena dia enggak taat peraturan dan enggak mau di hukum," jelas Brian.
"Enggak gitu tan, Kak Brian jangan ngomong yang aneh-aneh deh, masalah kakak nabrak Ara itu seenggaknya kak Brian minta maaf, enggak langsung pergi gitu aja, Ara ini korban kak Brian tau, oh yang kakak bilang enggak taat, nih tanya sama papa Ara kalah Ara itu udah izin sama om kepala sekolah," ucap Ara tidak mau kalah.
"Jelas-jelas kamu yang salah, seharusnya kamu kasih tau sama aku kalau kamu udah izin bukan izin sama Fathan atau osis yang lainnya, malah bikin masalah sampai ke kepala sekolah,"
"Yang bawa aku ke kepala sekolah kak Brian bukan aku! Kenapa jadi nyalahin aku," ucap Ara.
"Sudah-sudah, kenapa jadi ribut? Gak malu di lihat orang-orang," ucap Aditya menengahi.
Brian dan Ara merasa malu karena orang-orang yang tengah melihat kearahnya.
"Papa mau ngomong sama kalian berdua," ucap Aditya dan menatap Ara dan Brian bergantian.
"Anak papa itu aku bukan kak Brian," ucap Ara pada Aditya.
"Ara," tegur Aditya.
"Iya Pa maaf, Papa mau ngomong apa?" tanya Ara.
"Papa mau menikah sama Fanya," ucap Aditya.
"Beneran pa?" tanya Ara memastikan.
Sebenarnya Ara senang papanya menikah dengan Fanya karena ia sudah lama mengenal Fanya dan juga sudah dekat dengan Fanya. Tetapi Ara tidak setuju karena ia harus mempunyai saudara seperti Brian.
"Bener Ma?" tanya Brian pada mamanya.
"Iya Ara, Brian, gimana kalian setuju?kalo tidak kita batalkan saja rencana papa," tanya Aditya pada Ara dan Brian.
"Ara setuju papa menikah sama tante Fanya, tapi Ara enggak mau kak Brian jadi kakak Ara," ucap Ara.
"Kenapa Ra? Tante minta maaf atas semua yang anak tante lakuin sama kamu," ucap Fanya meminta maaf karena Fanya tau Ara sangat tidak menyukai Brian apalagi setelah apa yang Brian lakukan kepada Ara.
"Bukan karena itu tante Fanya, kalau masalah kemarin enggak apa-apa tapi kalau misalnya papa sama tante udah menikah otomatis Ara sama kak Brian satu rumah, apa kata teman-teman Ara sama kak Brian nantinya dan juga kak Brian itu nyebelin nanti malah Ara yang capek sendiri karena ulah dia," jelas Ara.
"Kalau mama sama om Aditya mau, kita sembunyiin pernikahan mama sama om dulu gimana? Buat sekarang aja, sampai Ara bisa nerima Ian sebagai kakaknya," ucap Brian.
"Dan buat Ara, aku minta maaf sama kamu karena kejadian tiga hari ini yang buat kamu kesal, aku pastiin itu gak akan terjadi lagi, mau di sekolah di tempat lain bahkan di rumah saat mama sama om Aditya udah nikah," ucap Brian kepada Ara.
Brian melakukan itu supaya Fanya dan Aditya tetap menikah karena Brian sudah tau dari dulu kalau Fanya dan Aditya mempunyai hubungan. Brian tidak mau menghambat kebahagiaan mereka hanya karena dia dan juga Ara, calon adek tirinya.
"Iya Ara setuju, tapi kak Brian harus janji sama Ara, Ara mau kak Brian itu sama seperti kakak di luaran sana, enggak usah sok-sokan jadi laki-laki dingin biar orang-orang bilang kak Brian itu cool boy," ucap Ara.
Walaupun harus serumah dengan makhluk seperti Brian, seenggaknya ini yang membuat papanya bahagia karena menikah dengan Fanya.
"Jadi semuanya udah setuju," ucap Aditya dan tersenyum bahagia.
"Aku ada sesuatu untuk kamu," ucap Aditya dan menberikan sebuah kotak kepada Fanya.
"Apa ini mas?" tanya Fanya.
"Buka aja," jawab Aditya dan memberikannya pada Fanya.
Fanya membuka kota tersebut dan melihat isinya ad 2 buah kalung couple.
"Itu buat kamu dan juga Ara, kalau Brian laki laki," ucap Aditya dan tersenyum.
"Bagus banget mas, aku suka," puji Fanya.
"Ian pasangin kalung ini ke calon adek kamu," suruh Aditya pada Brian.
Brian langsung memakaikannya pada Ara dan Aditya memakaikannya pada Fanya calon istrinya.
Ara hanya menurut walaupun sebenarnya kalau bisa menolak ia akan menolak di pakaikan kalung oleh Brian.
"Makasih papa," ucap Ara saat melihat kalung itu sudah berada di lehernya.
"Makasih mas," ucap Fanya.
"Ian besok kita beli apa yang kamu mau," ujar Aditya.
"Iya om," jawab Brian tersenyum.
"Yaudah kita makan sekarang," ucap Aditya.
"Nikah nya kapan om?" tanya Brian pada Aditya.
"Minggu depan," ucap Aditya.
TBC
Salam sayang
Cahya Ramadanti

KAMU SEDANG MEMBACA
Arkara
Roman pour AdolescentsPerpisahan orang tua adalah hal yang paling menyakitkan bagi setiap anak, begitu juga yang dirasakan oleh Aldara Elina Rafandra. Perpisahan orang tuanya membuat Ara terpisah dengan mama dan juga kakaknya. Dan semenjak itulah Ara tidak pernah mendapa...