Mas Ajengan

14 4 1
                                    

      Yun sedang duduk-duduk santai di teras pondok depan kamarnya,ketika aku datang dengan beberapa lembar kertas di tangan dan satu lolypop untuknya.
      "Aku butuh penilaianmu," aku menyimpan kertas-kertas itu di pangkuan Yun. Lolypopnya tak ketinggalan. Yun menatapku yang sedang asik menjilati lolypop penuh tanya.
      "Cerpenku untuk lomba," kataku sambil tetap menjilati lolypopku. "Aku kasih kamu kehormatan jadi orang pertama yang membaca karyaku. Sebelum aku kasi ke mas ajengan nanti untuk dilombakan."
      Naa, dia menyebut Mas Ajengan lagi kan? Mendadak muncul ide di kepala Yun.
      "Aku pasti baca karyamu ini. Bahkan komplit dengan penilaiannya. Asal ... Kamu mau ngenalin aku ke Mas Ajenganmu itu ...."
      Lies terlihat seperti berpikir. "Nanti kalo dia naksir kamu,gimana?" kata-katanya lebih mirip gumaman sebetulnya. Karena itu Yun mengulang tanya.
      "Apa?"
      "Eehh tidak ... Baiklah,nanti aku kenalin. Gampaaangg ...."
      Saking senangnya Yun sampai lupa, ini kali pertama si preman pondok itu ber-kau dan aku dalam obrolan mereka. Ada angin apa? Tapi Yun yang hepi segera membuka lolypop bagiannya dan mulai membaca.
----------
      Dan yang dibilang Lies Mas Ajengan itu benar-benar di luar dugaan Yun. Dia seorang laki-laki muda. Usia belum lagi genap 20 tahun. Kasef tentu saja. Yang menakjubkan, antara Lies dan Mas Ajengan itu seperti tidak berjarak. Mereka bercanda seperti adik-kakak.
      "Euuhh ... Yun? Assalamu'alaikum ...." si Mas Ajengan itu menangkupkan dua tangan di dada, sebagai tanda perkenalan mereka, kala Lies mengenalkan.
      "Yun, ini abahku."
      "Abah?"
      Lies menahan senyum,sedikit berbisik. "Mas Ajengan ...."
      "Abah Acep cuma untukku. Anak-anak di sini biasa panggil Kang Acep ...."
      Yun sedikit pusing sebetulnya. Tapi dia buru-buru pasang senyum manis dan balas mengangguk kepada Mas Ajengan itu.
------------
      Nama komplitnya, Acep Adang Abdul Qudus. Anak pangais bungsu dari ibu kyai di pondoknya. Bukan perkenalannya dengan pemuda itu yang buat Yun terkesan. Tapi dia benar-benar takjub dan tak habis pikir, bagaimana anak seperti Lies itu bisa akrab dan dekat sekali dengan Kang Acep itu. Untuk ukuran pondok, Lies terbilang liar tapi Yun lihat Kang Acep teramat sangat menyayanginya. Keliatan sekali dari sikapnya yang nampak sabar sekali mendengarkan setiap omongan Lies. Atau ... Sesekali mengusap kepala Lies yang mengenakan kerudung asal saja itu.

Babu, My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang