Terminal Gunung Pereng
Begitu turun dari bus, Kang Acep menghirup dalam-dalam udara kotanya sepenuh rasa. Pastinya dia kecewa. Datang jauh-jauh ke Karawang hanya untuk mendapati hal kosong belaka. Jangankan kepastian Lies di mana, bahkan kabar terbarunya pun tak ada.
Kang Acep menepuk-nepuk jidatnya. Dia sedang duduk di pinggir trotoar terminal kaki lima. Menikmati seruputan teh botol di tangan sekedar mengusir penat. Di seruputan ketiga, dia buru-buru menelannya dengan cepat sebab matanya menangkap bayangan lima anak-anak remaja tanggung. Tidak terlalu jauh karena itu dia yakin sekali dia tidak salah lihat. Satu dari lima remaja tanggung itu seperti ... Lies !
Kang Acep buru-buru merogoh uang di saku celananya. Dan dengan terburu-buru pula membayar teh botol yang diminumnya. Sayangnya, Kang Acep baru saja menerima kembali uangnya dan berniat mengejar anak-anak remaja tanggung itu, ketika dia menoleh anak-anak itu sudah masuk angkot. Dan sial sekali angkot itu secepat kilat melesat pergi ....
Sia-sia Kang Acep berlari mengejarnya. Angkot itu terus saja berlari kencang.
"Aaahhh ssiiaaall !!" Kang Acep menendang kerikil di depannya dengan jengkel. Celaka sekali kalau itu beneran Lies ... Tapi sebentar, sepertinya dia tidak sepenuhnya sial. Rasanya Kang Acep kenal seragam yang dikenakan salah satu anak-anak tadi, sepertii ....Miftahul khoer !!!
Apa Lies pindah ke pesantren itu ? Gak perlu banyak tanya cuma bikin puyeng. Baiknya cek saja langsung. Dengan tidak banyak pikir, Kang Acep segera naik angkot berikutnya menuju pesantren miftahul khoer.
@@@@@@@@